Part 7

26.6K 4.8K 1.8K
                                    

SETELAH makan malam bersama, Yuta dan Lucas pamit terlebih dahulu karena mereka memiliki kesibukan masing-masing. Tinggalah Taeyong, Ten, Mark, Jeno dan Jaemin di rumah sederhana itu. Makan malam di hari ulang tahun Taeyong pun tidak terkesan mewah, hanya seadanya, yang terpenting adalah kebersamaan.

Jeno dan Jaemin sudah terlebih dahulu berlari ke ruang tengah untuk menyalakan televisi. Mereka berdua sepakat untuk menonton salah satu film animasi The Incredible 2. Yah meskipun Jeno sudah menonton film ini dua hari yang lalu, tapi tidak masalah jika ia kembali menontonnya bersama Jaemin. Lagi pula filmnya juga sangat seru!

"Nono, tahu tidak? Minggu kemarin aku, Mommy dan Daddy bermain bersama di taman bermain! Apa ya namanya? Lotㅡah! Aku tidak bisa mengingatnya dengan baik," Jaemin mengerucutkan bibir di akhir cerita. Ia lupa nama taman bermain yang minggu lalu ia kunjungi bersama kedua orang tuanya.

Jeno yang awalnya fokus menonton kini mengalihkan pandangan dan menatap Jaemin dengan kedua mata yang mengerjap penuh kesedihan. "Apakah sangat seru bermain bersama Daddymu?"

"Tentu saja! Daddy selalu menuruti apapun yang aku inginkan, ia juga menggendongku seharian ketika aku lelah. Seruuuuu sekali!" serunya sembari tertawa riang; tidak memperhatikan bahwa kini wajah Jeno sudah berubah menjadi lesu.

Tadi saja acara bermain ke kebun binatang hancur berantakan karena Jeno terus menyebutkan kata Daddy, dan apa sekarang? Jaemin menceritakan kisah menyenangkan padanya, hanya saja, Jeno benar-benar merasa begitu terpukul. Kenapa ia tidak bisa seperti anak-anak lain? Pergi liburan bersama keluarga lengkap yang diisi dengan Ayah, Ibu dan kedua anak. Kenapa ia tidak bisa merasakan semua itu? Apa karena ia sudah bertingkah buruk selama ini?

"Jeno?" panggil Jaemin lembut, ia merasa heran karena lelaki tampan itu tidak membalas ucapannya.

Kedua mata Jeno berkaca-kaca, film yang di putar kini sudah tidak bisa mengalihkan kesedihan yang ada di dalam hatinya. "A-aku juga ingin.." bisiknya lirih.

"Ingin apa?" Jaemin tidak mengerti kenapa sekarang Jeno bersikap seperti ini. Ia sedikit terkejut saat melihat teman kecilnya itu menangis.

"Aku juga ingin memiliki seorang Daddy, bermain bersamanya ke taman bermain. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya di gendong oleh Daddy-ku, aku ingin Daddy-ku memberikan apa yang aku inginkan.. Aku.. Aku.. Hiks.. Aku menginginkan semua itu.. Hiks.. Aku ingin memiliki sebuah keluarga yang lengkap.. Hiks.." tangisnya pecah, kemudian ia menekuk lutut dan menyembunyikan wajah di kedua lututnya. Kenapa dadanya terasa sakit sekali?

Bibir Jaemin menekuk ke bawah, sedetik kemudian ia juga menangis bersama Jeno. Entahlah, ia tidak bisa melihat sahabatnya itu menangis, rasanya Jaemin juga ingin menangis. Dan pada akhirnya Jaemin memberingsut mendekati Jeno dan menangis bersama di hadapan televisi yang sedang menampilkan adegan komedi.

"Taeyong," gumam Ten penuh dengan rasa iba, mereka berdua sedang berada di dapur. Letak dapur dan ruang tengah cukup dekat, Taeyong mendengar semua yang Jeno bicarakan.

Kini hatinya terasa begitu sakit, apakah selama ini ia belum bisa menjadi sosok ibu yang baik sehingga kedua anaknya tersiksa? Baik Jeno maupun Mark, kedua anak itu pasti menginginkan keberadaan Jaehyun. Keduanya masih terlalu kecil untuk hidup seperti ini, tanpa Ayah, tanpa kepala keluarga.

Isakan kecil keluar dari belah bibirnya. Taeyong menelungkupkan kepala di meja makan. "Aku.. Apakah aku.. Membuat kedua anakku menderita Tenie?" rasa bersalah itu terasa semakin menusuk, apakah seharusnya ia tidak perlu membawa kedua anaknya saat kejadian dua tahun yang lalu?

Mendengar itu Ten menggeleng tegas, ia memeluk tubuh Taeyong dari arah samping. "Tidak, kau tidak pernah membuat kedua anakmu menderita Taeyongie. Kau adalah salah satu sosok Ibu yang begitu sempurna, kau merawat kedua anakmu dengan sepenuh hati dan hidupmu. Kau merawat mereka dengan penuh kasih sayang, tidak memperdulikan dirimu sendiri yang ternyata lebih rapuh dari yang mereka duga. Sejauh ini, aku tidak pernah menemui seseorang seperti dirimu Taeyong, kau kuat, kau bisa mengatasi semua ini sendirian. Di depan kedua anakmu, kau mencoba untuk terlihat baik-baik saja, tapi lihat sekarang. Kau hancur, Taeyong, aku tidak ingin melihatmu seperti ini.. Jangan pernah memiliki pikiran seperti itu lagi, kau adalah sosok Ibu yang paling sempurna." jelasnya sembari menitikkan air mata.

Two Beds And A Coffee Machines《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang