01

47.1K 1.1K 5
                                    


Hai, aku repost cerita ini lagi ya man teman😁 semoga kalian enggak bosan😊





Stella Oktavia Soeroso

"Gawat!" ucap Suroso begitu bokongnya menyentuh empuknya sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gawat!" ucap Suroso begitu bokongnya menyentuh empuknya sofa. Ia melonggarkan Sedikit dasinya yang terasa mencekik, memandang anak serta istrinya dengan risau.

Dilihat dari ekspresinya, keduanya yakin ada sesuatu yang buruk menimpa sang pemimpin. "Ada apa, Pa?" tanya mereka hampir secara bersamaan.

Suroso membandang Rianti, istrinya. Kemudian memandang Natasha, putri sulungnya secara bergantian. Setelah itu ia memandang sekitar mencari sesuatu yang diharapkannya tidak sedang berada di rumah. "Stella ada?" Suroso berbisik menanyakan keberadaan putri bungsunya dengan was-was.

Walaupun heran serta tidak mengerti Ranti dan Natasha menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Suroso. "Enggak ada Pah," jawab Natasha.

"Pergi hangout bareng temen-temennya," sahut Ranti.

Suroso mengembuskan napas lega yang mengundang tatapan heran Ranti serta Natasha. "Ada apa?" ulang Ranti.

"Dani meminta Papa untuk melunasi semua utang-utang kita, Mah." Ranti terkesiap matanya melotot sempurna menatap Suroso, tak jauh berbeda dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Natasha. keduanya sangat terkejut.

"Bagaimana ini, Pah?" tanya Ranti panik utang mereka tidak sedikit, setidaknya ada sembilan nol di belakang angka tiga, tak lupa pula bunga-bunganya karena mereka selalu menunggak. Mereka akan membayar dengan apa. Sedangkan perusahaan yang satu-satunya dimiliki tengah mengalami kemerosotan. Uang yang dipinjam itu juga sebenarnya untuk modal perusahaan. Namun, mereka tergoda menggunakan uang itu untuk jalan-jalan ke luar negeri, berkeliling dunia serta membelikan sesuatu yang sebenarnya tidak penting dan sekarang mereka bingung menggunakan apa untuk membayar utang. Dani merupakan seorang mafia bisnis gelap, jika tidak segera membayar mereka yakin banyak cara licik untuk menagih.

"Papa juga nggak tahu, Mah. " Bahu Suroso melayu. Sebenarnya ada dua cara yang ditawarkan Dani untuk membayar utang. Namun, ia ragu mengatakannya, juga yakin anak serta isinya pasti tidak setuju.

"Apa uang perusahaan betul-betul enggak ada?" tanya Natasha. Hatinya risau jika benar-benar keluarganya tidak memiliki uang sepeser pun untuk membayar utang.

"Enggak ada, Sayang. Kamu tahu sendiri Papa PHK banyak karyawan untuk sedikit mengurangi beban perusahaan."

Suroso memandang kedua orang di depannya dengan ragu. Ia harus mengatakan ini. "Sebenarnya Dani memberikan dua pilihan untuk kita membayar utang," ucapnya dalam satu tarikan napas.

Rianti dan Natasha memandang Suroso dengan berbinar seolah memiliki harapan baru. "Apa pilihannya, Pah?" tanya mereka kompak.

"Pertama, dengan menyerahkan seluruh aset milik kita—"

"Natasha ya enggak mau hidup miskin, Pah!" sahutnya cepat.

Bahunya naik turun, napasnya memburu Natasha memandang papanya tak habis pikir kalau seandainya ia menyerahkan seluruh asetnya. Rianti mengelus bahu Natasha menyuruhnya agar tetap tenang.

"Masih ada pilihan kedua, Sayang." Rianti menatap Suroso. "Pilihan keduanya apa, Pah?"

Suroso menghela napas berat, menatap manik mata Rianti dalam. "Pilihan keduanya adalah dengan menikahkan salah satu dari putri Papa dengannya."

"Apa?" pekik Rianti dan Natasha.

"Natasha Enggak mau hidup miskin, tapi Natasha juga gak mau jadi istrinya dia Pah. Pokoknya jangan Natasha yang dijadiin istri dia, Natasha gak mau!" Natasha memandang tajam papanya itu.

Suroso juga tidak mau hidup miskin, ia juga tidak mau kalau anak-anaknya sampai menikah dengan mafia sialan itu, tapi bagaimana lagi ia tidak memiliki uang. Demi kebahagiaan keluarganya harus ada salah satu yang harus dikorbankan, sebagai kepala keluarga itu tidak salah bukan, ia akan memaksa salah satu dari anaknya untuk menjadi jaminan. Selamat ini ia sudah berjuang membahagiakan keluarganya lalu tidak salah bukan jika ia meminta timbal balik dari salah satu dari mereka.

"Untuk membayar utang-utang kita, di antara kamu dan Stella harus ada yang mau berkorban!" suara dan tatapan Suroso berubah menjadi tegas memandang Natasha. Ia tak mau anaknya membangkang perintahnya.

"Papa gak bisa gitu dong!" Rianti memandang Suroso tajam tidak menerima jika anak-anaknya harus dikorbankan dalam masalah ini. "Mama nggak rela kalau anak-anak Mama jadi istri si Dani itu!"

"Terus Mama maunya apa. Mama mau hidup miskin, jadi gembel, terlunta-lunta di pinggir jalan, mengemis, Mama mau?"

Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya. Ia tak sudi hidup miskin, cukup di masa lalu, tidak untuk sekarang. Rianti menggelengkan kepalanya menolak ucapan suaminya itu.

"Biar Stella saja yang dijadikan jaminan, Natasha tidak mau. Kurang apa selama ini Natasha, Natasha kerja di kantor bantuin Papa, pusing dan capek mengurusi semuanya. Sedangkan Stella, dia kerjaannya hanya belanja, main sama teman-temannya tanpa memikirkan kita Pah, sesekali dia harus diajarkan betapa susahnya mencari uang bukan menghambur-hamburkan uang setiap hari seperti ini. Toh yang selama ini banyak mengeluarkan uang itu Stella, dia membeli mobil yang dia mau, apapun kalian belikan, mana pernah kalian memperlakukan Natasha seperti itu."

Suroso merenung sejenak memikirkan ucapan Natasha barusan, ia setuju dengan putri sulungnya itu, memang selama ini ia terlalu memanjakan Stella, semua yang Stella inginkan pasti ia akan turuti. Saatnya kini ia harus meminta Stella untuk membayar utang budi dengan dijadikan sebagai pembayaran utangnya.

"Setuju tidak setuju Stella harus kita jadikan sebagai jaminan." ucap Suroso tegas.

***

Stella mendengar semuanya. Jantungnya berdegup perih, matanya berkaca-kaca, niatnya ingin mengambil barang yang tertinggal justru mendengar sebuah pengakuan yang tidak ia ketahui sebelumnya. Ia tak pernah tahu bahwa keluarganya meminjam uang kepada entah siapa itu, yang ia tahu papanya kaya raya sehingga dapat memberikan limpahan harta kepadanya, ia bahkan tak tahu perusahaan yang ia kira sebagai sumber harta keluarganya kini nyaris gulung tikar.

Ia tak menyangka kenapa papanya bisa berbuat seperti ini kepadanya berniat menjadikannya sebagai pembayar hutang. Kakaknya yang ia sayang juga berbuat seperti itu, menghasut papanya untuk menghancurkannya. Mamanya apalagi, tidak membelanya sama sekali.

Lihat saja, ia akan kabur ia tidak akan mau kembali ke rumah ini. Biarkan saja keluarganya itu mencari-carinya, ia akan bersembunyi.

Stella menatap wajah sumringah kakaknya dari kejauhan. Terdengar jelas kalau kakaknya mengatakan, "Kapan kita memberitahukan ini kepada mafia itu?"

"Secepatnya!" jawab papanya yang membuat hati Stella kian hancur.

Perlahan Stella memundurkan langkahnya, berbalik melangkah keluar dari pintu rumah mewah itu melewati gerbang begitu saja dengan sedikit berlari, masuk ke dalam mobil temannya yang terparkir.

"Udah?" tanya temen Stella. Stella hanya mengangguk tanpa berucap, enggan berbicara apapun saat ini.

Stella berjanji tidak akan pernah menginjakkan kakinya di sini.

***

Hai hai hai😀😀

Aku bawa cerita baru, Dengan tema berbeda loh😀😊

Dan ini cerita kolaborasi antara aku dan juga Kak-Ra

Semoga kalian suka😘😘

Hot Daddy Meet Naughty Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang