20

17.5K 960 74
                                    

Satu jam berlalu semenjak dirinya masuk ke kamar mandi dan berendam air dingin. Namun, sesuatu yang di bawah sana tak kunjung tertidur membuatnya sangat frustrasi. Dan bagaimana ia bisa melupakan kalau pikirannya masih berada di sungai tadi siang. Bayangan sensasi bibir dingin milik Stella masih melekat di bibirnya, bagaimana benda bulat milik perempuan itu berhimpitan dengan dadanya atau saat ia merasakan kelembutan kulit Stella di tangannya.

Farzan mengerang, menenggelamkan seluruh tubuhnya di bak mandi berisi air dingin itu berharap pikiran kotor segera enyah dari otaknya.

Sementara Stella, perempuan itu sesekali memandang pintu kamar mandi karena sedikit khawatir Farzan tidak kunjung keluar dari sana.

Stella berpikir apa yang sedang lelaki itu lakukan di kamar mandi, ia sedikit tahu kalau Farzan tidak suka berlama-lama di kamar mandi.

Apa Paman jatuh terpeleset, lalu kepalanya terbentur cukup keras, kemudian pingsan? Pikiran buruk memenuhi kepala Stella.

perempuan itu bangkit dari rebahannya, ia melangkah menuju pintu kamar mandi, membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu kemudian masuk lebih dalam tanpa perizinan hingga dirinya melihat sesuatu yang tak seharusnya ia lihat, sesuatu yang sebelumnya ia tak pernah lihat sekali lagi.

"Aaaaaaaaa, Paman!!" jerit Stella sembari membalikan tubuhnya. Sementara Farzan terkejut bukan main mendengar jeritan itu.

"Stella!!" desis Farzan. Hampir saja berhasil menghilangkan pikiran buruknya, tetapi justru disuguhi Stella dengan pakaian super minimalisnya.

Lelaki itu membalut pinggangnya dengan handuk, menghapiri Stella, menarik tubuh perempuan itu kemudian menghimpitnya di antara tembok dan tubuhnya. Stella yang terkejut sontak menjerit ketika punggungnya terasa sedikit nyeri, terlebih rasa dingin menyengat kulitnya ketika berhimpitan dengan Farzan.

"A-apa yang Paman lakukan?" bisik Stella ketika lelaki itu mengendus-endus sekitar leher dan wajahnya.

Farzan terus melakukannya, aroma tubuh Stella sangat memabukan untuknya, kombinasi antara aroma cerry dan stroberi.

Stella menggerak-gerakan tubuhnya berusaha menghindar dari himpitan lelaki itu. Farzan yang kesal karena Stella tak mau diam akhirnya melakukan lagi apa yang ia lakukan tadi di sungai membuat Stella terdiam seketika. Lagi-lagi Farzan melumat habis bibirnya, ia tidak bisa berkutik ketika lelaki itu melakukannya seolah waktu terasa berhenti.

Sesuatu yang keras terasa menusuk-nusuk perutnya, tanpa diberitahu pun Stella sudah tahu apa itu. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Farzan namun hanya ciumannya yang terlepas.

"Paman kenapa?" tanya Stella. Dirinya heran sekaligus penasaran atas sikap Farzan yang aneh ini, lelaki itu terus saja menyentuhnya dari tadi siang.

Stella jadi curiga, jangan-jangan ada sesuatu yang merasuki lelaki itu.

Farzan tak kunjung menjawab, lelaki itu kembali mengendus-endus leher naik ke wajah kemudian telinganya. Lelaki itu berbisik di sana, "Kamu harus tanggung jawab Stella."

Stella bergidik seketika, bisikan Farzan entah mengapa terasa menggoda ditelinganya.

"Tanggung jawab apa, Paman, aku berbuat salah?" tanya Stella dengan bibir yang terasa bengkak.

"Ya, Stella, bahkan kesalahanmu sangat banyak!"

"Bu-bukankah Paman sudah memaafkan kesalahanku?" Stella gugup mendengar jawaban Farzan.

"Bukan itu Stella, tapi ini lebih dari semua kesalahan kamu."

"Ap-apa yang Paman—" Belum selesai Stella berkata, bibirnya sudah kembali dilumat oleh Farzan.

Sepertinya bibir Stella telah menjadi candu bagi Farzan, buktinya semenjak ciuman pertama mereka tadi siang Farzan tidak bisa benar-benar menghilangkan pikiran-pikiran mesumnya.

"Saya menginginkan kamu, Stella," ucap Farzan dengan parau di tengah-tengah ciuman panasnya.

"Ta-tapi, Paman—"

Farzan langsung membungkam Stella hingga tak bisa berkata-kata lagi. Lelaki itu terus menggoda tubuh yang berada dalam kungkungnya itu hingga sang pemilik terhanyut. Farzan mengangkat tubuh Stella membuat Stella melingkarkan kedua kakinya di pinggang lelaki itu.

Kakinya seperti kehilangan tulang, lemas seperti jeli, Stella tak tahu kenapa tubuhnya bisa bereaksi seperti itu mendapat sentuhan bertubi-tubi dari Farzan. Tubuhnya terbanting di atas ranjang empuk dengan Farzan berada di atasnya, semakin ganas menghabisis bibirnya.

Stella membalas apa yang Farzan lakukan tak kalah ganasnya, ia mulai terpengaruh dengan godaan lelaki itu. Stella melakukannya dengan mahir, jika berpikir ia adalah gadis polos, maka lenyapkan pemikiran itu karena ia sering melakukan ini bersama pacarnya dulu. Hanya berciuman saja, tidak melakukan hal-hal yang lebih, ia masih menjunjung tinggi kehormatannya sebagai wanita.

Stella memiliki prinsip bahwa ia akan melakukan 'itu' hanya dengan lelaki yang sudah ia nikahi saja.

Kemahiran Stella dalam berciuman tentu saja membuat Farzan semakin menjadi, segera ia melepaskan tautan bibirnya agar tidak melakukan hal-hal yang lebih lagi terhadap Stella, ia tak ingin melakukan itu kalau Stella tak ingin, tapi ia akan berusaha untuk membuat Stella menginginkannya.

Desahan Stella mengalun lembut tatkala Farzan melepaskan bibirnya, perempuan itu sedikit kecewa karena Farzan mengakhirinya saat ia masih berada di atas awan, kini ia terasa dihempaskan begitu saja.

Farzan masih berada di atas Stella, ia memandang raut wajah perempuan itu yang tampak gusar. Farzan tersenyum miring memandangnya, ia tahu kalau Stella sedang kecewa saat ini.

"Kenapa Stella, kenapa ekspresi wajahmu jadi seperti ini?" tanya Farzan. Suaranya terdengar sangat serak menahan sesuatu yang ada di dalam dirinya.

Wajah Stella merona malu, Farzan pasti tahu perasaan apa yang sedang ditahannya kini. Perempuan itu menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Farzan, berusaha keluar dari kungkungan tubuh besar lelaki itu, tapi sekuat apa pun ia berusaha tubuh Farzan tak beranjak sedikit pun.

"Kenapa Stella, apa kamu menginginkannya juga?" tanya Farzan kembali.

Stella menghindari tatapan lelaki itu, ia masih sungguh merasa aneh atas sikap Farzan yang berubah menjadi lelaki penggoda seperti itu.

Tak kunjung mendapatkan jawaban, Farzan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Stella, memberikan jejak-jejak panas di sana.

Stella mendesah, bagaimanapun juga ia hanyalah manusia biasa yang akan terjerumis jika terus digoda seperti itu. Jauh di dalam lubuh hatinya ia juga sangat menginginkan Farzan, tapi gengsi menahan segalanya, mereka masih berada dalam tahap asing untuk melakukan hal-hal yang lebih.

Sementara Farzan, lelaki itu sepertinya sudah tidak bisa lagi menahan hasrat, keinginan untuk menyentuh Stella begitu besar. Ia tak peduli lagi, ia sangat yakin bahwa Stella juga menginginkannya.

Dengan sekali sentak, Farzan menyingkirkan seluruh penutup yang membalut tubuh Stella hingga keduanya kini sama-sama polos.

Farzan kembali menggoda Stella. Stella yang tak kuat memejamkan matanya erat dan ketika ia membuka matanya kembali, netra coklatnya bertabrakan dengan netra tajam lelaki itu.

"Katakan kalau kamu juga menginginkannya, Stella, saya akan melanjutkan ini!" bisik Farzan. Ia betul-betul membutuhkan kepastiannya kini.

Stella tak bersuara, sesungguhnya ia tak tahu harus menjawab apa, ia menginginkannya.

"Kamu diam, Stella," Farzan kembali berbisik. "Saya anggap kamu setuju dengan ini."

Perempuan itu menjerit, lengannya yang ditumbuhi kuku panjang mencengkram kedua bahu Farzan erat, menyalurkan rasa sakit yang menyerang pada bagian bawah tubuhnya.

Farzan melakukannya!

With love
Kak-Ra
@nurlatifahoktaviany

Hot Daddy Meet Naughty Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang