30

6.5K 523 12
                                    


Siang ini Stella bergegas menuju sekolah Clara untuk menjemputnya. Buru-buru ia melajukan mobilnya, karena dia takut terlambat dan Clara ngambek. Bukan dia lupa, tapi hari ini ia sudah mulai kursus memasak, bagaimanapun Stella sadar kalau dia juga harus bisa memasak untuk suami dan anaknya. Mengingat itu membuat dia tertawa, di usianya yang masih muda sudah memiliki seorang anak bahkan sudah sekolah.

Sibuk melamun, Stella hampir saja melewati sekolahnya Clara, untung saja ia buru-buru tersadar dan jalanan tidak begitu ramai, kalau ramai bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan. Saat Stella turun dan melihat gerbang sudah terbuka, buru-buru ia menyebrang jalan, takut kalau Clara yang berlari menujunya. Belum sampai ia menyebrang tapi putrinya sudah memanggilnya.

"Mommy!" teriak Clara sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Tunggu di situ ya, sayang, Mommy yang ke situ." Clara mengangguk sebagai jawaban.

Stella mempercepat langkahnya hingga ia tidak melihat kanan kiri, saat ia berada di tengah jalan tiba-tiba Clara kembali berteriak, "Mommy!!"

Brakk

Sebuah mobil BMW i8 warna merah melintas dengan kecepatan tinggi dan menyerempet tubuh Stella hingga kepalanya membentur aspal.

Belum sempat Stella menjawab dia merasa tubuhnya sudah terpental, ia merasakan benturan di dahinya, dan saat ia mencoba meraba tangannya basah dan berwarna merah, ia yakin pasti dahinya berdarah.

"Mommy!! Mommy enggak apa-apa 'kan? Mommy enggak boleh pergi," teriak Clara setelah berada di dekat Stella lalu memeluknya.

"Mom-" belum sempat Stella melanjutkan perkataannya tiba-tiba kesadarannya hilang.

"Clara! Ada apa?" teriak bocah laki-laki yang berseragam sama dengan Clara.

"Juna, hiks, tolongin Mommyku, tadi dia tertabrak," lirih Clara.

"Sebentar, ya."

"Pak Tio!" teriak Juna yang sepertinya tengah memanggil sopir yang menjemputnya.

"Ada apa, Den?"

"Pak, tolongin tante ini ya, kasian."

"Tapi, Den. Nanti kalo dicariin sama Mama bagaimana?"

"Sudah, itu biar Juna yang ngomong, sekarang Pak Tio tolongin tante ini ya, kasihan tahu!" omel Juna.

Mendengar omelan majikan kecilnya juga melihat bukti bahwa perempuan itu sedang tidak sadar membuat hati Pak Tio tergerak. Yang penting nyawa orang dulu, urusan majikannya biar nanti saja.

Segera ia mengangkat tubuh Stella ke dalam mobilnya, lalu mengantarkannya ke rumah sakit. Clara terus-terusan menangis memanggil Mommynya.

"Clara, kamu tenang ya, Mommymu pasti baik-baik saja, lagian ada aku di sini buat nemenin kamu."

"Tapi, Jun hiks," isak Clara.

"Tenang, kita lagi menuju rumah sakit, entar pasti Mommymu sembuh kok, 'kan ada om Dokter yang merawatnya." Juna berusaha menghibur Clara.
Clara bingung harus ngapain, Clara takut Mommy pergi. Walaupun sahabatnya sudah menenangkannya, Clara tetap khawatir dengan keadaan Stella, Clara takut mommy-nya akan meninggalkannya seperti film yang pernah ia tonton, meninggal setelah kecelakaan.

Gadis kecil itu menangis sesenggukan sembari meraih wajah Stella, mengelus pipi perempuan itu yang terdapat noda darah dari dahinya yang terluka.

"Mommy, bangun ....
Juna, kenapa Mommy enggak dengerin Clara?" tanya gadis itu kepada Juna yang duduk di sebelahnya.
Juna menggelengkan kepalanya karena ia juga tidak tahu, bocah lelaki itu tak tega melihat Clara menangis seperti itu.

"Sebaiknya Clara telepon Papa Clara," ucap Juna.
Clara menganggukan kepalanya, ia mengeluarkan ponsel dari tasnya, kemudian menghubungi kontak bernama Papa di sana.

Dering pertama, Farzan langsung mengangkat panggilan dari Clara.
"Hallo, Daddy?" sapa Clara.

Di sebrang sana, Farzan mengerutkan keningnya mendengarkan suara parau Clara, seketika itu juga Farzan langsung khawatir mendengar Clara terisak.

"Hallo, Sayang, kamu kenapa?" tanya lelaki itu.

"Daddy, Mommy kecelakaan."

Setelah menyampaikan kabar itu, Clara kembali menangis karena tak kuat menahannya.
Tubuh Farzan menegang seketika, beberapa detik ia tak mengucapkan apa-apa, masih dengan rasa terkejutnya.

"Terus kamu sama Mommy-mu sekarang ada di mana?"
Clara terdiam untuk beberapa saat, ia tak tahu harus menjawab apa karena mobil itu terus melaju.

"Clara enggak tahu Daddy, tapi Clara sama Mommy sekarang lagi di mobil Juna, mau ke rumah sakit."

"Rumah sakit mana, Sayang?"

"Clara enggak tahu Daddy."

Medengar jawaban Clara, Farzan menarik napasnya secara perlahan lalu mengembuskannya kembali untuk menenangkan debaran jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat.

"Tolong Clara berikan ponselnya ke orang yang mengemudikan mobil Juna," pinta lelaki itu.

Langsung saja Clara memberikan ponselnya kepada sopir Juna.
Farzan langsung menanyakan Stella akan dibawa ke mana.
Sopir itu lalu menjawab bahwa Setalla akan dibawa ke rumah sakit yang tidak jauh dari sekolah Clara.
Setelah mendapatkan kabar itu, langsung saja Farzan bergegas menuju tempat di mana Stella akan diobati.

###

Kecelakaan yang dialami Stella tidak begitu parah, hari itu juga ia diperbolehkan pulang.

Dengan dipapah Farzan, Stella keluar dari ruangan tempatnya dirawat. Dari kecelakaan itu Stella hanya mendapatkan luka di dahinya, tetapi banyak mendapat lebam di tubuhnya.
Bagi Stella itu tidak menjadi masalah, yang terpenting dirinya masih bisa hidup walau sekujur tubunya terasa sakit semua.

Yang membuat Sella kesal adalah orang yang telah menabraknya itu melarikan diri begitu saja. Tetapi Stella yakin bahwa orang itu memang sengaja untuk mencelaikaijya, karena ia beberapa kali mendapati mobil itu mengikutinya. Ia yakin orang itu pasti akan mengikutinya, itu keyakinannya, tapi untuk orangnya siapa, ia tidak mau menebak sembarangan.

Clara sedih, tapi juga Clara senang. Setelah hening beberapa saat ketika mobil yang dikemudikan Farzan meninggalkan pelataran parkiran rumah sakit, Clara membuka percakapan.

Farzan melirik Clara dari kaca spion di atasnya, memberikan senyum menenangkan kepada gadis kecil itu.

"Kenapa?" tanya Farzan.

"Sedih karena Mommy kecelakan, senengnya karena Mommy udah bangun sekarang. Tadi Clara takut Mommy ningglin Clara, habisnya tadi Mommy, Clara panggil-panggil enggak bangun," balas gadis kecil itu.

Stella ikut memandang Clara dari kaca di atasnya, tersenyum kepada gadis itu.

"Mommy pingsan, Sayang, makanya enggak jawab panggilan kamu."

"Iya, Clara tahu." Gadis kecil itu mengangguk. "Maafin Clara, ya, Mommy, gara-gara Clara Mommy jadi begini."

Clara menunduk sedih, sedari tadi ia tak berani melihat wajah Stella karena tak tega melihat kepala Stella yang dibungkus oleh perban.

"Kok Clara ngomong gitu?" tanya Stella tak mengerti. "Ini bukan salah Clara kok, ini murni kecelakaan, Sayang, Clara enggak boleh merasa bersalah gitu ya, nanti Mommy sedih loh."

Bibir gadis kecil itu mencebik dengan kedua mata berkaca, ia menganggukan kepalanya mendengar ucapan Stella. Walaupun begitu, ia tetap merasa bersalah karena selalu meminta mommynya itu untuk menjemputnya setiap hari sehingga perempuan itu kini mengalami kejadian yang tidak diinginkan.



***

With love
Kak-Ra
@nurlatifahoktaviany

Hot Daddy Meet Naughty Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang