07

15.6K 793 18
                                    



Stella hendak mengutarakan protesnya karena Farzan hanya mengizinkannya menginap tiga hari saja di rumah ini ketika suara ketukan pintu terdengar.

"Masuk!" ucap Farzan. Lalu muncullah seorang maid dengan Clara yang menangis digendongannya.

"Maaf, Tuan. Tadi Non Clara menangis dan terus menerus memanggil Bik Marni."

"Clara, sini ya sama Papa dulu, dan kamu Aida silakan kembali."

Maid itu tersenyum tipis kemudian sedikit membungkukan tubuhnya. "Baik Tuan, saya permisi."

"Clara mau sama Bik Marni, Pa," rengek Clara. Sementara Stella masih terdiam di tempat duduknya.

"Ayolah, Sayang. Sama Papa aja ya." Farzan meraih Clara kemudian digendong. Namun, Clara berusaha melepaskan diri dari papanya kemudian berlari menuju Stella.

"Bik Marni, Clara masih kangen sama Bibi," Clara kembali merengek. Sementara perempuan yang dipeluk itu masih terdiam. "Bik, Clara lapar lagi, suapin Clara ya, Bik." Lanjut gadis kecil itu.

"Eh iya, Sayang." Stella baru sadar setelah Clara memeluknya dengan erat.

Farzan geram melihat kedekatan putrinya dengan perempuan asing itu. Bukan tanpa alasan, ia hanya takut sesuatu terjadi pada putri kecilnya itu. Bagaimana kalau perempuan asing itu adalah salah satu anggota sindikat penculikan anak.

"Bik, temanin Clara main yuk," Clara merengek kembali pada Stella.

"Tapi Clarakan masih sakit." Bukan, bukan Stella yang menjawab tapi itu adalah Farzan.

"Clara udah sembuh, Pa, Clara mau main sama Bik Marni aja."

"Tapi, Sayang—"

"Pokoknya Clara mau main sama Bik Marni."

"Oke. Tapi mainnya enggak boleh lama-lama ya, Clara harus banyak-banyak istirahat."

"Siap, Pa," ucap Clara dengan mata berbinarnya.

"Tolong jaga anak saya dan jangan macam-macam!" ucap Farzan sambil memandang Stella. Sementara Stella hanya bisa mengangguk.

Memangnya siapa yang ingin macam-macam dengan anak ini? batin Stella menggerutu sebal.

Bukan tidak mau menjawab, tapi sepertinya tenaganya telah habis apalagi hari ini ia sama sekali belum makan apapun, minum air putih saja belum.

"Dan satu lagi." Stella menghentikan langkah ketika Farzan kembali berucap, ia memandang lelaki itu dengan pandangan bertanya.

"Tolong katakan kepada Clara siapa kamu senenarnya, saya enggak rela kalau anak saya kamu tipu-tipu seperti itu!!"

"Baik, Paman!!" ucap Stella setengah geram. Stella merasa Farzan sangat menyebalkan, membuatnya ingin melakukan kriminal kepada lelaki itu, sayangnya ia tak berani.

Farzan menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi begitu Clara dan Stella keluar dari ruangannya, rambutnya ia acak-acak gusar. "Semoga perempuan itu tidak membawa pengaruh buruk kepada Clara."

***

"Bik Marni, Clara pingin sup buatan Bibik, Clara kangen sama masakan Bibik, Bibik maukan masakin Clara?"

Gadis cilik di depannya memandang Stella penuh permohonan, perempuan itu tampak gelagapan dengan permintaan Clara. "Masak?" tanyanya tak percaya.

Seumur hidup ia tak pernah masuk ke dapur selain untuk mengambil makanan, sementara menyentuh wajan, kompor, dan perkakas lain untuk memasak ia tidak pernah barang sekali pun.

Hot Daddy Meet Naughty Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang