16

13.9K 896 67
                                    


Kedua bola mata Stella nyaris keluar dari singgasananya ketika melihat waktu pada ponselnya yang menunjukan angka 12.30, itu artinya ia telat menjemput Clara.

Terlalu asyik berbelanja membuatnya lupa diri, bahkan ia lupa ada berapa puluh paper bag yang ia bawa di kiri kanan tangannya.

Perempuan itu mempercepat langkah kakinya demi secepatnya keluar dari pusat perbelanjaan itu, ia menyetop taksi yang kebetulan berlalu di hadapannya, memasuki mobil berwarna biru itu dengan napas yang memburu.

Stella memberitahukan tujuannya kepada sopir taksi ketika bapak tua itu bertanya ke mana tujuannya.

Jarak antara pusat perbelanjaan yang ia datangi dengan sekolah Clara cukup dekat hingga dua puluh menit kemudian ia berhenti di depan gerbang sekolah Clara. Stella menyerahkan beberapa lembar uang sesuai argo kepada sopir taksi itu.

Ketika tangannya mendorong handle pintu, ketika itu pula matanya tak sengaja melihat seorang pria dewasa tengah bersimpuh di hadapan seorang gadis kecil.

"Mampus gue!!"

Stella jadi berpikir ulang untuk melanjutkan taksi ini hingga sampai ke rumah, tapi apa bedanya, ia pasti tetap akan mendapatkan omelan maha dahsyat dari Farzan. Perempuan itu keluar dari mobil, melangkahkan kakinya secara perlahan menghampiri mereka.

Farzan yang bersimpuh membelakangi Stella, tak menyadari bahwa perempuan itu sudah ada di belakangnya, justru Claralah yang menyadari pertama kali kehadiran Stella.

"Mommy?!" pekik gadis kecil itu begitu gembira melihat Stella sudah kembali.

Clara berlari kecil menghampiri Stella, memeluk pinggang ramping Stella setelah berada di hadapannya.

"Mommy, Mommy ke mana aja?" tanya Clara manja. "Dari tadi Clara tungguin," lanjutnya sembari melepaskan pelukannya pada Stella. Gadis cilik itu memberengut kesal memandang Stella.

Stella meringis merasa bersalah, juga ketakutan ketika matanya bersitatap dengan Farzan yang menatapnya tajam. Perempuan itu tertawa canggung untuk menutupi rasa takutnya, ia memandang Clara, menolek bertatapan dengan Farzan.

"Mo-Mommy, Mommy habis beli hadiah untuk Clara," ucap Stella gugup.

Mendengar apa yang Stella katakan, wajah Clara yang semula muram kini berbinar bahagia, gadis cilik itu segera mengulurkan tangannya kepada Stella.

"Mana, Mommy, Clara ingin lihat hadiah dari Mommy!" pekik gadis kecil itu gembira.

Langsung saja Stella menyerahkan dua paper bag kepada Clara, dua barang dalam paper bag itu memang ia beli khusus untuk Clara, ketika ia menemukan dua benda lucu itu di pusat perbelanjaan ia jadi teringat Clara, maka dari itu ia membelinya.

"Clara, buka hadiahnya di dalam mobil saja ya, Sayang, Papa ingin bicara dulu dengan Mommy Stella," ucap Farzan yang sedari tadi diam saja menginterupsi gerakan Clara yang ingin membuka paper bag itu.

Gadis kecil itu mengguk seraya berlari masuk ke dalam mobil yang tak jauh terparkir dari posisi mereka, kini hanya ada Farzan dan Stella dan beberapa orang asing di sekitar mereka.

Lelaki itu menatap Stella, menelitinya dari ujung kaki hingga ujung kepala, kemudian tatapannya berhenti di kedua lengan Stella yang sedang menenteng banyak-banyak paper bag, Farzan tak bisa memastikan jumlahnya ada berapa. Namun jika dilihat sekilas, Stella tampak seperti toko berjalan.

Dengan sekali sentak Farzan menarik salah satu pergelangan tangan Stella kasar, hingga tubuh Stella nyaris bertabrakan dengan tubuh Farzan.

"Apa yang kamu lakukan, Gadis Nakal?!" geram Farzan membuat mereka tentu saja menjadi pusat perhatian orang-orang di sana membuat Stella meringis selain meringis merasakan rasa sakit di pergelangan tangannya.

"Pa-Paman, bi-bisa tidak marahnya di pending dulu?" tanya Stella entah keberanian dari mana, tapi ia benar-benar malu menjadi pusat perhatian seperti ini.

Sesaat, Farzan menutup matanya jengkel, kemudian menatap Stella tajam membuat nyali Stella ciut seketika. Setelahnya, Farzan menyeret Stella kembali menuju mobil. Ia membukakan pintu samping kemudi, mendorong tubuh Stella untuk duduk di sana.

Stella hanya diam selama mobil itu melaju membelah jalanan ibukota, menikmati detik-detik dalam hidupnya sebelum dieksekusi oleh Farzan. Sesekali ia meladeni celotehan Clara yang duduk di bangku belakang, menceritakan betapa gembiranya ia diberikan hadiah olehnya.

Dua puluh menit mencekam itu kini berlalu tak terasa, mobil Farzan memasuki halaman rumahnya yang besar itu kemudian berhenti. Mereka bertiga sama-sama berjalan memasuki rumah itu.

"Ayu?" panggil Farzan kepada pelayan yang kebetulan berpapasan dengan mereka.

Pelayan yang dipanggil Ayu itu menoleh kemudian menghampiri ketiganya. "Iya, Tuan?" tanyanya kepada Farzan.

"Tolong jaga Clara dulu sebentar, ajak dia makan siang," perintah lelaki itu setelahnya menolehkan kepala kepada Clara. "Clara sama Mbak Ayu dulu ya, Papa ingin berbicara dengan Mommy."

Stella berharap Clara menolak. Namun, sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya. Clara mengangguk semangat bahkan sampai menyeret tangan pelayan itu untuk sampai di ruang makan, gadis kecil itu kelaparan.

"Ikut saya!!" ucap Farzan sembari menyeret tangan Stella menaiki undakan tangga satu persatu menuju lantai dua membawa perempuan itu ke kamarnya.

Farzan tidak berhenti menyeret Stella hingga rasanya Stella ingin menangis saja atas perlakuan kasar lelaki itu, bahkan setelah Farzan mengunci pintu kamarnya lelaki itu tetap menyeret pergelangan tangan Stella menyentak Stella hingga tubuhnya terhempas kasar di atas ranjang empuk Farzan.

Wajah Stella pucat pasi seketika ketika Farzan menindih tubuhnya, sebelah tangan lelaki itu mencengkram kedua sisi rahang milik Stella hingga Stella meringis antara takut dan nyeri terlebih tatapan Farzan yang tak bisa ia alihkan.

Keduanya saling menatap dengan tatapan berbeda, Farzan dengan tatapan bengisnya dan Stella dengan ketidak berdayaannya.

"Apa yang kamu lakukan, Stella, Clara menunggumu nyaris satu jam tadi, dia menolak pulang kalau tidak denganmu hingga sopir yang menjemputnya meneleponku, setelah aku ada di hadapan Clara, dia masih menolak diajak pulang bahkan saat aku mengerahkan segenap kekuatanku untuk membujuknya, dia tetap menolak dengan alasan ingin menunggumu menjemputnya, bayangkan kalau seandainya tadi kamu tak kembali, Clara pasti akan tetap menunggumu bahkan hingga larut hingga kamu menjemputnya!" ucap Farzan penuh penekanan di setiap kosa kata yang diucapkannya.

Stella menggigit bibir bawahnya, kepalanya menggeleng ke sana ke mari. Ia tidak bermaksud untuk meninggalkan Clara, hanya saja ia bosan menunggu Clara hanya di depan gerbang karena selain murid dan guru, orang lain tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam sana, jadi ia memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Namun, godaan datang hingga membuatnya masuk ke dalam pusat perbelanjaan.

dengan tidak tahu dirinya menelusuri semua toko dan butik yang ada di sana.

Perempuan itu hendak membuka mulutnya untuk membalas Farzan. Namun, dikatupkannya kembali ketika lelaki itu menggelengkan kepala menginterupsinya agar Stella jangan dulu berbicara.

"Dengar Stella, Clara terlalu kecil untuk menunggumu selama berpuluh-puluh menit seperti itu, bagaimana kalau ada yang berniat jahat, bagaimana kalau ada yang berniat menculiknya, bagaimana dan bagaimana jika sesuatu yang buruk menimpanya, Stella?"

"Clara itu putri saya satu-satunya, yang saya sayangi dan saya cintai. Saya tidak mau sesuatu yang buruk menimpanya. Dari bayi, Clara tak pernah mendapatkan kasih sayang secara utuh dari keluarganya, maka dari itu saya akan sekuat tenaga menuruti semua keinginanya, melindunginya, dan apa pun yang membuatnya bahagia. Jadi, tolong Stella, lakukan juga apa yang saya lakukan kepada Clara."

***

Hallo gaess..
Maap ya baru update😂😂
Sok sibuk sih akunya😀😀

With love
Kak-Ra
@nurlatifahoktaviany

Hot Daddy Meet Naughty Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang