Pulang menjelang malam, baginya adalah sebuah siksaan berat. Tugas dari sekolah, baginya ibaratkan satu butir batu sungai yang besar. Langkahnya terseok-seok menuntun sepedanya masuk ke garasi. Menghambur ke kamarnya dan membebaskan dirinya dari beratnya barang yang dibawa. Lalu pergi bersih diri. Selama 6 bulan Ferd sekolah, dia kelelahan, dua kali sakit yang memakan banyak hari.
Setelah bersih diri dan berganti pakaian, Ia langsung membanting tubuhnya ke kasur, tak peduli lapar, gravitasi kasurnnya kian kuat. Ia memejamkan mata sebentar, melepas keperihan mata dalam memandang segala pemandangan seharian. Ia merasakan rambutnya kering, terpanggang akibat berpikir terlalu panjang. Tapi entahlah ilmunya masuk atau tidak.
Dahinya mulai berkeringat, pasti ada sesuatu yang terpikirkannya. Tugas tanggungan yang tertinggal. Walaupun sudah selesai ujian akhir semester, Ia masih teringat. Ia berusaha melenyapkan hal itu yang terus terbang di pikirannya seperti lebah masuk rumah manusia.
“Sudah akhir semester, kok aku merasa terbebani? Ah, sudah lupakan. Kok repot,” pikirnya. Sejenak Ia memandang dinding kamarnya. Poster Film robot, poster komposer legendaris : Ludwig van Beethoven, naskah teks cerpen berisi tentang dunia peri di mejanya yang akan dipublikasikan ke Wattpad, kalender monokromatik, karya tangannya yang keren. Sudah dapat ditebak, Ia sedikit melankholis, tapi lebih dominan jantannya.
“Ya, mungkin aku perlu imajinasi sebagai sesuatu, Optimus atau Beethoven, atau tokoh terkenal lainnya,” katanya membentuk suatu ide. “Mungkin tidak berhasil,” sambungnya. Akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.
RINGGG!!!
Tiba-tiba hari pagi. Fred merasa malas. Ia mengambil ponselnya yang jauh, tapi gagal. Ia bergumam “Mungkin jadi peri atau penyihir.” Ia mencoba dengan telunjuk dan menujuk ke ponselnya. Ia mengangkat jarinya pelan, ponsel terangkat.
“OMAHA!!!” serunya, gayanya persis Peyton Manning. Ia bangkit dari kasurnya dan menghambur keluar. Ia melihat banyak orang yang terbang menggunakan sapu lidi seperti penyihir umumnya, tak banyak juga memakai karpet. Ia bergegas bersih diri dan berganti pakaian dan ikut terbang, melintasi di atas kompleks rumah-rumah yang berjajar di tepi jalan seperti orang yang hendak menyambut presiden lewat. Ia memandang jauh, nun disana terdapat lingkaran cahaya.
“Portal!” Ia bergerak menuju ke tempat itu, seetika ia berada di kota besar. Ia melihat ada serangan di dalam selipan bangunan-bangunan tinggi itu.
“Jika aku disini sebagai penyihir, maka aku tahu kekuatanku sendiri!” katanya dengan antusias. Ia langsung meluncur ke tempat kejadian perkara. Setelah sampai di tempat, belum dekat hingga sumber penyebab, Ia berhenti dengan rasa terkejut, napasnya pendek-pendek, hidungnya kembang kempis. Ia mengenali sumber penyebabnya, Dr. Doom. Fred garuk-garuk kepala.
“Mengapa dia bisa di sini? Ah, tak peduli, akan kuhajar dia!!” kata Fred. Ia menuju ke arah Doom. Fred menyerang dengan segala kekuatannya. Jalar tumbuhan, bekuan es, laser, dan petir. Semua dapat ditahan Doom.
Sekarang hanya mereka berdua, bertarung hebat. Saat Dr. Doom mengeluarkan kekuatan besarnya, Fred terbang ke atas pontang panting. Jurusnya keluar, dan sapu yang ditumpangi Fred hangus dan jatuh ke bawah.
Dan.. Brughh!!
Fred jatuh dari tidurnya. Mimpinya sungguh fantastis. Ia mengamati sekelilingnya.
“Aduh, kok buyar, padahal seru,” katanya dengan nada agak menyesal. Ia mengambil ponselnya. Waktu menunjukkan pukul 07:05.
“Untung harinya Sabtu. Kalau Senin, aku jadi bolos dong....” katanya. Ia bangkit, menuju meja yang terdapat naskah cerpennya. Dalam hati ia berkata, Dunia imajinasiku sungguh menarik. Kemudian meninggalkannya. Setelah Fred keluar dari kamar, di lembaran itu terdapat semacam debu peri terbang dan menghilang.
Mungkinkah, kisah yang ada di lembarannya menjadi nyata?

KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Pena dan Kebahasaan
RastgeleHanya berisi sebuah kumpulan cerpen-cerpen buatan saya (Antologi cerpen) yang mungkin bisa digunakan sebagai referensi, inspirasi, atau sekedar dibaca saja. Bila ada kesalahan penulisan kaidah kebahasaan, mohon beri komentar yang baik. Salam Novelis...