"Nadilla! Nadilla!"
Bisikan dari seseorang sangat mengganggu kenyamanan gadis itu. "Apa sih, Ca?" Tatapannya masih terfokus pada game yang sedang dimainkannya.
"Ih, Nadilla! Lihat Caca, dong!" Pinta temannya.
Nadilla hanya menghela napas panjang, terpaksa ia harus mem-pause game yang sedang dimainkannya. "Kenapa?" Tanya Nadilla.
"Hehe.. Santai dong, Nadilla. Caca jadi takut nih." Ucap Caca ketika ia melihat ekspresi Nadilla yang seram menurutnya.
"Iya, Caca cantik. Kenapa?" Kali ini Nadilla melembutkan suaranya.
Caca tersenyum manis. "Jadi, gini Nad... Masa kemaren Caca ketemu sama cowok yang dinginnya pake banget! Mana dia nggak mau bantuin Caca lagi! Kan kesel!"
Nadilla mengerutkan dahinya. "Lo ketemu dimana sama dia? Kenapa bisa ketemu? Emang dia nggak mau bantuin apa?"
Caca terkekeh pelan. "Ya ampun, Nadilla... Nanya tuh satu-satu! Jangan kayak angkot ngebut!"
Nadilla cuma menyengir. "Maaf, abisnya gue penasaran sih. Siapa yang lo ceritain itu, Ca. Kepo nih gue, kan siapa tau dia ganteng." Nadilla senyum-senyum tidak jelas.
"Kata siapa dia ganteng? Nggak ih! Dia itu cowok ter-dingin dan nyebelin sedunia! Gimana nggak kesel coba? Dia nggak sengaja nabrak Caca waktu Caca mau nganter tugas ke kantor. Bukannya minta maaf atau bantuin, dia malah jalan aja. Ngeleawatin Caca!" Cerita Caca dengan penuh kekesalan.
Nadilla cuma ketawa kecil liat ekspresi Caca yang baginya itu bukan terlihat marah, tapi malah kayak anak kecil yang tidak mau makan sayur.
"Kayak gimana sih orangnya? Penasaran gue, Ca. Emangnya dia kelas berapa?"
"Nggak tau. Caca nggak pernah liat dia, Caca aja baru tau sama dia kemaren."
Nadilla menganggukkan kepalanya. "Lo inget mukanya nggak?"
Caca terlihat berpikir. "Sedikit." Jawab Caca.
"Pokoknya gue harus–"
"Nadilla! Nadilla!" Panggil Caca heboh.
"Kenapa sih, Ca?" Nadilla memandang heran temannya itu.
"Itu tuh yang udah nabrak Caca kemaren! Yang nggak minta maaf sama sekali!" Caca menunjuk seorang lelaki dengan postur tubuh tinggi dengan rambut yang seperti aktor-aktor di drama korea, serta tatapannya yang dingin menusuk. Dia terlihat sendirian di sana. Duduk sambil memakan mie ayam."Serius, Ca?" Tanya Nadilla hati-hati.
"Iya, Nadilla." Jawab Caca antusias.
"Lo nggak salah?"
"Ya ampun Nadilla, mana mungkin Caca salah orang! Itu beneran cowok ngeselin yang udah nabrak Caca!"
"Ca, lo tau?" Nadilla menatap Caca serius.
"Nggak, kan Nadilla belum kasih tau." Jawab Caca polos.
"Ya ampun, Ca... Cowok yang udah nabrak lo itu Reza, Ca! Reza Ardian Gray!" Nadilla berkata dengan hebohnya.
"Terus? Emangnya apa yang salah? Kenapa Nadilla heboh gitu, sih? Biasa aja kali, Nadilla." Jawab Caca.
Nadilla menatap Caca tidak percaya. "Ca, lo seriusan nggak tau siapa itu Reza Ardian Gray?"
Caca menggeleng.
"YA AMPUN, CACA!" Nadilla menggebrak meja kantin secara refleks.
Sontak, seluruh pasang mata menatap ke arah mereka. Termasuk lelaki dingin yang sedang mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB
Teen Fiction"Aku hanya minta satu. Tolong hargai perasaanku, apa itu terlalu sulit?" Cantika Lavina. Dia menyukai seorang laki-laki di sekolahnya yang terkenal dingin, cuek dan tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Apa Cantika mampu mempertahankan perasaann...