02 | Tak Terduga

839 28 0
                                    

Nadilla terlihat mencari sesuatu di parkiran sekolah. Dia kehilangan Caca! Padahal tadi Caca ada di sampingnya, apa dia yang terlalu fokus dengan game atau bagaimana?

"Duh, Ca... Lo kemana, sih? Kalo lo ilang bisa-bisa gue baku hantam sama Kak Ratu!" Monolog Nadilla.

"Nadilla!"

Nadilla bernapas lega. Suara ini, dia yakin kalau suara ini adalah suara Caca. Nadilla membalikkan badannya. "Lo kemana aja?"

"Hehe... Caca tadi kan udah bilang sama Nadilla, kalo Caca mau ke toilet dulu. Lagian sih! Nadilla asik banget main game nya!" Caca menggembungkan pipinya.

"Caca imut..." Nadilla mencubit gemas pipi Caca yang seperti bakpao.

"Ih, Nadilla! Sakit tau!" Keluh Caca.

"Maaf." Nadilla tersenyum manis.

"Ya udah, yuk pulang!" Ajak Nadilla. Mereka kemudian pergi menuju mobil yang terparkir di dekat tiang listrik. Itu adalah mobil Nadilla.

"Cantika!"

Panggilan dari seseorang membuat keduanya berhenti melangkah. "Suara siapa, Ca?" Tanya Nadilla.

Caca menggeleng. "Serem ih, nggak ada orangnya."

"Cantika." Seseorang menepuk bahu Caca.

"Astaga!" Kaget Caca. Dia mengelus dadanya. "Kamu siapa sih?" Tanya dia.

"Kaget ya? Hehe... Maaf." Orang itu menyodorkan tangannya ke arah Caca. "Nama gue Rian, Rian Baskara."

"E-eh?" Caca bingung, mengapa orang ini mengajaknya berkenalan? Padahal, Caca baru melihat orang ini.

"C-cantika Lavina." Dengan ragu Caca membalas jabatan tangan itu.

"Ekhem!" Nadilla sengaja batuk agak keras. "Di sini ada jomblo, tolong hargain."

Seketika, Caca melepaskan jabatan tangan itu. "Makanya jangan pentingin game mulu, Nadilla!"

Nadilla hanya menyengir. "Ya itu kan bagian dari hidup gue juga, Ca."

"Iya, iya terserah Nadilla."

Pandangan Caca beralih ke arah lelaki yang dari tadi diam tak bersuara. "Kenapa manggil Caca? Ada perlu apa?"

"Mm... Itu, m-mau ngajak pulang bareng. Mau nggak?"

"Tapi, Caca pulang sama Nadilla." Jawab Caca. "Lagi pula, Caca kan baru kenal sama Rian. Maaf ya, Rian? Mungkin lain kali aja, kalo kita udah kenal lama. Maafin Caca, Rian nggak marah kan?" Tanya Caca dengan wajah penuh harap bahwa Rian tidak marah.

"Nggak, gue ngerti kok." Rian tersenyum.

"Makasih, Rian. Udah ngertiin Caca. Caca pulang dulu, Rian hati-hati ya pulangnya?" Pesan Caca.

"Iya Ca, lo juga." Rian tersenyum, lagi.

Kemudian, Nadilla dan Caca pergi sampai akhirnya menghilang dari pandangan Rian. "Gimana gue nggak suka? Lo lucu banget, Ca." Rian tersenyum.

*****

"REZA!"

Reza menghela napas. Bagaimana bisa dia berteman dengan manusia yang otaknya ada di Desa Konoha? Seperti Davin.

"Kenapa?" Tanya Reza.

"Hehe... Gue mau liat pr Kimia, dong! Gue belum ngerjain nih." Pinta Davin.

"Di tas." Mengerti dengan apa yang Reza ucapkan, Davin segera membuka tas Reza. "Dapet dah, makasih abang Reza! Sayang deh, unch.."

"Najis." Gumam Reza.

KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang