Menghilang

920 96 4
                                    

Selamat bermain~

Saat ini Hydrilla dan ketiga sahabatnya yang lain, sedang berada dirumah Anna, wanita yang menolong Albertine. Mereka menceritakan semuanya kepada Albertine, Anna dan juga Rafael.

Albertine terdiam membatu saat mengetahui bahwasanya sang Ayah dan kakaknya telah tewas dalam peperangan begitu juga dengan kehilangan Allexandrina secara tiba-tiba.

Rafael menatap tidak suka kepada para sahabat Albertine terutama Tania, ia merasakan firasat buruk akan terjadi. Sesaat ketika Albertine terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri, ia dipaksa pergi dengan Rafael.

Pria tersebut menarik tangan Albertine kuat, sehingga gadis tersebut mau tidak mau harus mengikuti Rafael. Anna hanya terdiam melihat tingkah putranya dan tersenyum tipis. Ia melihat kembali pada sahabat Albertine.

"Beri mereka waktu sebentar, Rafael memiliki urusan penting dengan Albertine" Ucap Anna disertai senyumannya.

⌚⌚⌚

"Apa yang kau lakukan?!" Ucap Albertine seraya mencoba melepaskan genggaman dari Rafael tapi mustahil, Rafael lebih kuat dari Albertine.

"Jangan dekati mereka!" Ucap Rafael penuh ketegasan membuat Albertine bingung.

"Jangan dekati mereka dan lupakan temanmu yang menghilang itu!" Titah Rafael membuat gadis tersebut menjadi marah.

"Apa maksud mu?! Mereka semu–" Ucapan Albertine berhenti sesaat.

Getaran kuat berasal dari tanah membuat mereka terkejut. Rafael menarik tangan Albertine dan beralih bersembunyi. Ia menarik gadis itu kedalam sebuah lorong kecil, getaran kuat dari tanah(gempa) tak berhenti membuat Rafael menarik gadis tersebut ketika ia memberontak.

"Apa yang terjadi–"

Rafael seketika membekap mulut Albertine dengan salah satu tangannya. Tangannya yang lain beralih menarik tubuh Albertine membuat gadis tersebut sedikit memberontak akan kelakuan Rafael.

Rafael seolah tak peduli dan menguatkan tangannya agar Albertine tidak lepas darinya, ia memberi tanda kepada Albertine itu mendengarkan sesuatu.

Crash

Brak

Bugh

Crash

Albertine terdiam, ia mendengar dengan seksama apa yang ia dengar. Perlahan Rafael melepaskan tangannya dari Albertine. Setelah beberapa saat, suara tersebut menghilang. Rafael melihat situasi dan situasi saat ini aman.

Ia langsung membawa Albertine keluar dari lorong tersebut. Baru saja akan melangkah, Albertine terhenti saat bau amis menusuk penciuman hidungnya. Gadis tersebut menutup hidungnya secara spontan. Ia menatap kearah depan dan terkejut apa yang mereka lihat.

"A-apa yang terjadi?" Tanya Albertine ketakutan saat melihat seluruh darah dan para penduduk desa tersebut terbunuh.

Darah berserakan dimana-mana. Layaknya sebuah sungai, darah-darah dari orang-orang tersebut mengalir, bau amis dari darah yang menusuk penciuman. Tahu bahwa gadisnya ketakutan, Rafael beralih menarik Albertine dan tidak menjawab pertanyaan gadis tersebut dan masuk kedalam rumahnya.

Anna dan Hydrilla turun diikuti dengan Farline dan Gracia. Menghampiri Albertine dan Rafael saat ini.

"Kau tak apa-apa nak?" Tanya Anna pada Rafael dan langsung mendapat anggukan dari sang anak, membuat sang ibu menghela napas lega.

"Dimana Tania?" Tanya Albertine saat ia tak melihat keberadaan Tania diantara sahabatnya.

Hydrilla terjatuh, Farline dengan sigap menahan tubuh Hydrilla begitu pun dengan Gracia. Hydrilla yang sejak tadi menahan tangisnya saat ini pecah.

Lagi, lagi dan lagi ia gagal melindungi sahabatnya sendiri. Farline berusaha menenangkan Hydrilla dan membantunya untuk tegar. Sedangkan Gracia diam terpaku menatap lurus dan kosong.

Melihat reaksi sahabatnya, Albertine sesaat berfirasat tidak baik.

"Apa yang terjadi?" Tanya gadis tersebut.

Mereka hanya terdiam tak ada satupun yang menjawab, Anna sendiri diam menunduk tak sanggup melihat Albertine.

"Katakan padaku apa yang terjadi!" Ucap gadis tersebut sambil jatuh-terduduk, ia mengguncangkan tubuh Gracia membuat Gracia tersadar.

"Katakan padaku, apa yang terjadi pada Tania" Ucap gadis tersebut menahan emosi yang seakan meluap.

"Ta-Tania mati. Di-dia dibawa pergi oleh orang-orang tersebut" Ucap Gracia dengan penuh ketakutan. Albertine terdiam seolah mencerna apa yang dikatakan sahabatnya. Seolah menolak otaknya berpikir.

"Jangan bercanda! Tania ngak mungkin mati!!!" Bentak Albertine. Seluruh terdiam tak berani menatap atau pun menjawab Albertine.

Melihat pertanyaannya tak kunjung dijawab, Albertine menangis. Kenapa disaat seperti ini ia harus kehilangan sahabatnya lagi?!

⌚⌚⌚

"Jadi bagaimana tuan?" Tanya seorang pelayan tersebut. Pria berperawakan berbadan besar tersebut menatap pelayannya sembari meminum minuman yang berada digelasnya.

"Biarkan dia sadarkan diri, dan saat itu kita manfaatkan dia"

⌚⌚⌚

"Begitu rindukah kau pada sahabatmu?" Tanya pria tersebut sambil memegang lembut wajah gadis yang berada dihadapannya.

Allexandrina mengangguk pelan, ia takut akan pria tersebut. Ia tak ingin jika dirinya berakhir mati ditangan pria tersebut.

Pria tersebut menghela napas, ia merasa tidak tega jika ia harus membiarkan gadis ini pergi.

"Ada suatu hal yang harus kuberi tahu, setelah itu baru kita temui sahabatmu" Ucap pria tersebut dan beralih pergi meninggalkan Allexandrina dengan beribu pertanyaan.

⌚⌚⌚

"Lihat!" Ucap Nabila dan mendapatkan perhatian dari sahabatnya. Sebuah cahaya merah yang terpaku pada suatu tempat seolah ada sesuatu disana.

"Sial!" Gerutu Atikah dan membuat Nurul yang melihatnya bingung.

"Kita harus kesana secepatnya!" Ucap Atikah dan beralih pergi dan diikuti oleh yang lain.



Tbc
Hai Author balek lageh
Jangan lupa Vomment ya:)

REINKARNASI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang