Inilah Hidupku

71 42 46
                                    

*Ana pov
     Saat umurku 2 tahun ,aku menjadi anak yang pendiam semenjak superheroku pergi untuk selama-lamanya. Aku selalu diejek teman-temanku,selalu dibully dan disakiti karena tidak mempunyai ayah, aku selalu menagis setiap saat dan selalu bertanya kepada ibuku

"apa salahnya seorang anak yang tidak mempunyai ayah? apakah itu membuat malu seorang teman yang akan berteman denganku?"
Dan tanpa aku sadari  hal itu membuat ibuku sedih.

     Para ibu rumpipun suka menjelek-jelekkan ibuku dengan kata- kata yang tidak sepantasnya, bahkan mereka juga melarang untuk aku bermain dengan anaknya.

" Hush sana, mana tau kamu anak haram atau tidak, jangan pernah bermain dengan anakku" pekik Bu Dia sembari menarik tangan anaknya untuk menjauh dariku.

" Mengapa kalian mengejekku anak haram, aku punya ayah, dia sedang  bahagia dengan Tuhan. Tuhan sangat menyayanginya sehingga ayahku diajak tinggal bersamanya di Surga" jawabku polos.

"Hahahaha dasar,  sana tanya ibumu apa penyebab kematian ayahmu, apa hanya karena sakit biasa atau jangan- jangan dia jantungan karena melihat ibumu berselingkuh? Ibumu itu bekas perempuan malam" cetus Bu Nadia

     Setiap kalimat yang diucapkan oleh mereka sungguh membuat hatiku perih seperti ditusuk kaca beribu kali, aku tidak terima dengan apa yang mereka ucapkan tentang ibu, aku langsung menggigit bu Nafia dan lari pulang.
" Dasar anak nakal" teriak Bu Dia

     Saat dirumah aku bertanya kepada ibuku
" Bu, aku ini anak ayahkan? Aku bukan anak haram kan? Memangnya anak haram itu apa? Mengapa mereka selalu menyebutku anak haram padahal ayahku bernama Reno bukan haram." tanyaku dengan terisak

" Nak, kamu anak ayah dan bunda, jangan pernah difikirin omongan tetangga yang gak bener ya, sekarang Ana yang cantik harus senyum." senyum Ibu mengembang.

     Hari ke hari aku semakin tidak mempunyai teman, bahkan akupun tidak pernah keluar rumah. Aku menjadi anak yang pendiam, pemurung dan pemarah

" Mereka sudah keterlaluan pada Ana, aku tidak mau melihat anakku seperti ini" batin ibu

" Carikan saya tempat tinggal baru di Jakarta sekarang juga" perintah ibu pada orang yang berada di sebrang telefon

     Ibuku adalah orang yang tegar, dia selalu menghiburku bahkan ibu sampai memutuskan untuk pindah ke Jakarta agar aku menjadi anak yang periang dan tidak mendapat bullyan lagi.

   Saat umurku 3 tahun aku masih mengurung diri di rumah yang lumayan besar di Jakarta,jika kalian bertanya mengapa kamu tidak keluar rumah saja untuk mencari teman? Jawabannya mudah karena aku masih takut mendapat perlakuan kasar lagi dari tetangga. Di bulan ke 5 aku tinggal di ibu kota ini, aku memutuskan keluar rumah  untuk bersepeda. Saat di Taman,  aku melihat seorang anak kecil yang bermain dengan ayahnya, dia sangat bahagia, dia digendong, dicium,dipeluk dengan laki-laki yang aku tebak sangat menyayanginya itu, sehingga tak terasa air mataku menetes dengan deras ya

" ayah........" isakku

“kamu kenapa dek, kok menangis. Kamu jatuh dari sepeda” tanya laki-laki yang aku yakini seumuran dengan ibuku.

“ Aku ti..dak apa-apa om” ringikku.

“Kamu mau main? Ayo ikut om” ajaknya

“ Tidak om, kata ibu aku tidak boleh ikut sama orang yang tidak aku kenal” jawabku

“Ya sudah ayo om antar pulang” balasnya.

     Akupun sebenarnya takut dengan om ini, sebab aku tidak tau apakah om ini jahat atau tidak, namun kepalaku langsung saja aku anggukkan sebagai tanda iya, sehingga aku diantar om baik yang bernama Anto ke rumahku. Tak lupa aku berterima kasih dan segera masuk ke dalam rumah.

     Om Anto adalah pribadi yang sangat baik, dia terlihat sangat menyayangiku, dia adalah seorang duda yang ditinggal mati istrinya.Om Anto sering membawakan aku mainan dan terkadang mengajak aku dan Ibu jalan-jalan, aku sangat menyayanginya, tetapi percayalah posisi ayah di hatiku tidak dapat terganti oleh siapapun termasuk om Anto. Om Anto selalu ada saat aku dan ibuku membutuhkan bantuan.

" Om Anto cepat ke rumah ibu tiba- tiba saja pingsan" sambil memegang telfon

" Iya,  sekarang kamu tenang, Om akan segera datang" jawab lelaki itu dari rumahnya

     Om Anto datang dengan membawa dokter,  ibu langsung di periksa oleh dokter tersebut. Namun, saat dokter menjelaskan apa yang terjadi Om Anto menyuruhku menunggu di luar bersama bi Inem, aku takut jika terjadi sesuatu dengan ibu, apalagi aku sekarang hanya punya ibu seorang.
     Setelah 1 jam, wanita yang memakai jas putih itu keluar dari kamar ibu bersama om Anto

" Om Anto, ibu tidak apa-apa kan" tanyaku

"Ibu baik-baik saja Ana, ibu cuma butuh refereshing. Besok kita pergi jalan jalan ke Danau ya Ana, tapi sekarng Ana tidur dulu" Om Anto langsung membawaku ke Kamar

     Keesokan harinya aku langsung bersiap untuk pergi ke Danau bersama ibu dan Om Anto. Aku sungguh senang sekali, disana aku menaiki perahu dan menangkap kupu-kupu, bahkan aku bermain kura-kura dengan om Anto. Ku lihat ibuku sangat senang melihat ku.
.
.
.

*Ibu pov

"Aku senang melihat Ana bahagia seperti ini dengan Anto. Aku harap dia bisa membahagiakan Ana melebihi apa yang telah aku kasih kepada dia" batin ibu

"Ana sudah ayo turun kasihan Om Anto, Ana makan dulu sekarang dan ibu mau bicara dulu sama Om, ya" sambil menarik Ana dari Punggung Anto.

" Jangan pernah kasih tau ke Ana, jika nanti........"  cemasnya.

" Kamu harus tenang, kamu bisa bahagiain Ana untuk selamanya Rat, kamu harus percaya itu" balas Anto untuk menenangkan ku

" Ana itu, anak yang kurang kasih sayang dari ayahnya sehingga.." cetusku sambil mengusap air mata

"Ratna..."Balas om Anto namun  terpotong oleh Ana.

" Ayo pulang, Ana capek" gerutu Ana
.
.
.

*Ana pov
     Entah apa yang sedang dibicarakan oleh ibu dan Om Anto, tapi jika dilihat itu pasti hal yang sangat penting.

" Ayo pulang, Ana capek"  gerutuku sambil tersenyum polos

Bersambung
Hayoo.... Apa yang sebenarnya terjadi?☺☺

ADA APA DENGAN HIDUPKU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang