Maaf (2)

17 9 3
                                    

" Kamu mau bicara apa Na,?" tanya kak Arya

"Kak.....ki" jawabku terpotong karena melihat tangan Kak Arya yang terlukis darah yang sudah mengering.

"Kamu mau kemana Na?"

Aku tidak menggubris pertanyaan Kak Arya, aku tetap berjalan menuju tempat dimana Dinda menyimpan kotak P3K. Setelah aku menemukannya, aku segera kembali dan mengobati luka Kak Arya.

" Kok bisa seperti ini kak, kakak habis ngapain"

" Biasa anak laki-laki, tadi aku main dulu sama tembok" sambil nyengir kuda

" Dasar..... main kok sama tembok"

" Daripada aku mainin perasaan kamu,"

Aku tersadar seketika, aku tidak boleh seperti ini. Jika aku ingin hidup tenang di Sma, aku harus menjauhi Kak Arya. Ayah, om Anto maaf aku harus menjauhi dia, dia berbahaya untukku. Tapi mengapa hati ini terus menuntunku untuk berkata tidak, tidak untuk menjauhi Kak Arya dan tidak untuk berkata untuk dia harus pergi dariku.

" Apaan sih kak, tahan ya ini agak sakit"

" Masih sakit kalau kamu marah marah terus sama aku tau Na," dengan menatapku intens

" Gombal" kataku dan tanpa disengaja mataku bertemu dengan mata elangnya. Sungguh sangat indah dan menenangkan, namun mata itu tidak akan pernah bisa menjadi milikku. Gundah itulah yang aku rasakan, aku harus melakukan apa Tuhan?

" Na, kamu cantik, tapi masih cantik mama aku" katanya sambil membenahkan rambutku ke telinga

" Kak.... kenapa kakak selalu bersikap seperti itu kepadaku" tanyaku

" Bersikap apa?"

" Sudahlah kak"
" Kak, terima kasih untuk semuanya. Mulai hari ini kakak lebih baik jauhi aku, jangan pernah deket-deket aku lagi atau ngobrol sama aku lagi" jawabku penuh penekanan dan menyudahi mengobati luka Kak Arya

" Kenapa Na? Apa aku ada salah? Maaf"

" Nggak ada salah, aku yang salah. Aku salah sudah mengenal kakak" sambil menangis

" Kamu kenapa Na,?" sambil mengusap air mataku, namun dengan cepat aku membuang tangannya

" Apa ini karena kamu di bully tadi?" dan hanya aku jawab dengan gelengan

" Lalu apa Na? Bilang" cemasnya sambil berteriak sedangkan, aku hanya diam seribu kata sambil menangis

" Apa Na, jawab" bentaknya

" semua ini itu karena kakak. Aku dibully seperti itu karena kakak, kakak yang membuat luka lama yang sudah tertutup kembali terbuka. Aku benci sama kakak, kakak yang menyebabkan semua ini, andai saja kakak gak pernah ada dalam hidupku aku gak akan seperti ini. Aku benci sama kakak" balasku  dengan keras sehingga membuat Dinda dan kak Rangga berlari ke arah ku dan kak Arya

" Siapa yang melakukan semua ini Na, siapa?" tanya kak Arya

" Kakak gak perlu tau, aku cuma mau kakak pergi dari hidupku. Sekarang, dan untuk selamanya karena kakak cuma jadi pengganggu dalam hidupku yang mulai penuh warna" teriakku sambil mengepalkan kedua tangan

" Aku akan menjaga kamu Na, kamu jangan takut"

" Kakk gak perlu menjaga aku, aku cuma mau kamu pergi dari sini sekarang juga"

" Jika memang itu yang kamu minta aku akan pergi Na, maaf jika kehadiranku membuat hidupmu sengsara"
" MAAF NA"  sambil berjalan keluar rumah

" Ya, Arya tunggu. Balik dulu ya Din, Na" kata Kak Rangga

ADA APA DENGAN HIDUPKU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang