Pertemuan di Lorong

3.4K 340 87
                                    

●●●●●

"Tera!"

Yeri berlari ke arah Tzuyu yang berjalan di sepanjang lorong sekolahnya. Waktu memang masih menunjukkan pukul 06.20 maka tak salah jika sekolah masih sepi.

"Ku kira, cuma aku yang akan datang sepagi ini."

Tzuyu tersenyum ke arah Yeri yang tengah memeluk tubuhnya sendiri, cuaca memang sedikit mendung makanya udara terasa dingin.

"Sudah sarapan?"

Yeri memang tipikal orang yang senang berbicara, makanya ia selalu memulai pembicaraan. Tzuyu senang, setidaknya ia mendapatkan teman yang tahu bagaimana membuatnya tidak diam terus. Tzuyu memang sedikit canggung untuk memulai perbincangan.

"Sudah, Rena sarapan apa tadi?"

Senyum Yeri merekah, tampaknya ia siap menceritakan secara lengkap apa saja kejadian di meja makan tadi.

"Rena! Tera! Tunggu!"

Teriakan Doyeon membuat keduanya berhenti dan berbalik, wajah gadis itu terlihat penuh peluh. Yeri terbahak sambil menunjuk wajah Doyeon.

"Ya ampun, kau habis ngapain sih?"

Doyeon mendengus, ia menyempatkan dirinya untuk memandang tajam Yeri sebelum menjatuhkan kepalanya ke bahu Tzuyu. "Tadi aku berlari kesini, sengaja biar bisa bareng-bareng ke Kelasnya."

Tzuyu berjalan di tengah-tengah kedua temannya, ia hanya menimpali sesekali tiap ada pembicaraan yang membawa namanya atau hanya tersenyum sebagai respon.

"Jadi, sekolah kita punya cerita. Cerita tentang asal usul nama sekol-"

Bruk!

Tzuyu tak bisa mendengar kelanjutan dari ucapan Doyeon karna terjatuh. Ia merasa keningnya sedikit nyeri karna menabrak sesuatu yang kerasa di depannya. Ia tadi sempat mendengar Yeri dan Doyeon yang berteriak memanggil namanya.

"Kau tak apa?"

Uluran tangan di depannya membuat Tzuyu mendongak, ia merasa terpaku ketika melihat tatapan tajam lelaki di depannya. Tzuyu menyambut uluran itu kemudian berdiri.

"Maaf, aku terburu-buru. Ada yang terluka?"

Tzuyu menggelengkan kepalanya, ia memang tak merasa luka atau sakit di tubuhnya. Hanya sedikit nyeri dibagian keningnya.

"Kau yakin?" Lelaki didepannya kembali bertanya, Tzuyu mengangguk. "Baiklah, sekali lagi maaf."

Setelah memastikan Tzuyu memang tak terluka, laki-laki itu pergi ke arah gerbang. Tzuyu masih mengelus keningnya yang masih terasa nyeri.

"It-itu kan Kak Langit."

Yeri menatap punggung lelaki yang berjalan menjauhi mereka dengan wajah tak percaya sementara Doyeon tersenyum. Ia tak menyangka jika hari pertama sekolah ia sudah bertemu dengan salah satu pujaan di sekolah ini.

"Kak Langit?"

Yeri mengangguk, melihat ekspresi Tzuyu yang bingung membuatnya berteriak. "Jangan bilang kau tak kenal, siapa itu Kak Langit?"

Tzuyu tersenyum kecil, "Aku memang tak kenal."

"Tera, bagaimana kau bisa bertahan selama ini?"

Doyeon menepuk pundak Tzuyu sambil menatap prihatin sementara Yeri sudah menjelaskan mengenai Kakak kelasnya itu.

●●●●●

Yeri dan Doyeon menemani Tzuyu yang masih mencatat beberapa hal yang mesti dibelinya. Tzuyu di tunjuk sebagai Bendahara, makanya sore ini dia berniat untuk membeli semua peralatan yang di butuhkan kelasnya.

#37 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang