BAB 1

15.1K 728 4
                                    

Happy reading, manteman😚

Eiits, jangan lupa pencet gambar bintang yang ada di pojok sebelah kiri, ya😉.

****

"Loh, kok kamu masih nyantai di sini? Nggak berangkat ke kampus?" Pertanyaan itu berhasil membuat seorang wanita yang sedang duduk santai di sofa sembari menonton televisi, berbalik.

"Ummi," ucapnya, "ini aku lagi nungguin Bang Abid," jawabnya santai sembari menikmati camilan yang sedang dipeluk oleh tangan kirinya.

"Ngapain kamu nunggu Abid?" tanya wanita paruh baya itu.

Wanita pemilik netra cokelat itu mengernyit bingung, tetapi mulut masih setia mengunyah makanan. "Ummi kok nanya gitu, sih? Kan emang biasanya gini kalau aku mau ke kampus. Nebeng sama Bang Abid, soalnya kalian nggak ngizinin aku ngendarain mobil sendirian," ujar wanita itu, menyerukan kebingungan akan pertanyaan umminya barusan.

"Maksud Ummi itu, ngapain kamu nungguin Abid yang udah berangkat ke kantor pas kamu masih siap-siap tadi ...."

"Uhhuuk ... uhhuuuk ...." Wanita itu langsung tersedak kala mendengar ucapan umminya. "Ummi beneran, Bang Abid udah pergi duluan?" tanyanya memastikan dengan kernyitan yang muncul di dahi karena merasakan tenggorokannya yang sakit.

Wanita paruh baya itu mengangguk, lalu mengambil gelas yang berisi air minum dan memberikannya pada wanita itu. "Ini kamu minum dulu, nanti tenggorokanmu bisa sakit."

Wanita yang memiliki nama lengkap Adinda Syabilla Almeira itu menyambut air minum yang diberikan oleh umminya--Maysarah. Seteleh meneguk sebanyak tiga kali, dia meletakkan gelas itu di atas meja, lalu pandangannya kembali menatap umminya.

"Hish, kenapa nggak ada yang bilang ke aku, sih kalau Bang Abid udah pergi. Tahu gini aku udah pergi dari tadi," ujarnya dengan wajah yang tampak kesal. "Abi mana, Ummi?" tanyanya.

"Abi lagi keluar, katanya cuma sebentar, tapi sekarang belum balik-balik juga," jawab Maysarah.

"Subahanallah, terus ini aku ke kampusnya sama siapa, Ummi?" tanyanya panik dengan nada suara yang terdengar seperti merengek. "Ummi ... mampus! Lima belas menit lagi kelas aku udah mulai, gimana, dong ini?" tanyanya makin panik setelah melihat jam tangannya.

"Seandainya mobil Ummi nggak mogok, Ummi yang akan nganterin kamu. Ya udah kamu pesen ojol aja," usul Maysarah yang juga mulai ikutan panik.


Syabil mengangguk kemudian mengambil tangan Maysarah untuk disalimnya. "Aku berangkat sekarang, ya. Assalamualaikum," pamitnya, lalu setelah itu mengambil tote bag dan juga ponselnya di atas meja. 

Sembari berjalan keluar rumah, Syabil memesan ojol di ponselnya. Setelah menunggu sekitar delapan menit akhinya ojol pesananya pun tiba. Syabil menerima helm dari ojol yang membuat Syabil bersyukur karena ojolnya seorang perempuan, lalu segera naik ke atas motor dan menyuruh mbak ojol itu untuk cepat menuju kampusnya.

Namun sayangnya nasib baik sepertinya tidak berpihak pada wanita yang tengah mengenakan jilbab segitiga berwarna hitam itu. Sebab kini, dia sedang terjebak macet. Helaan napas beratnya beberapa kali terdengar saat motor yang ditumpanginya belum juga bisa melaju dengan mulus.

Dream Priest (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang