BAB 6

7.2K 465 15
                                    

Happy reading 🐥

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, dengan cara pencet gambar bintang yang ada di pojok bawah sebelah kiri, yaw😉

****

Syabil yang baru tiba di kelas, segera mendudukkan dirinya di kursi, tepat di sebelah Alfi. Setelah duduk dengan nyaman Syabil mengeluarkan materi yang sudah dia rangkum tadi malam. Syabil memang tidak yakin jika materi yang kini ada di bindernya muncul sebagai soal saat quis nanti. Namun, tidak ada salahnya mempelajari ulang materi yang sudah dia rangkum semalam.

"Rajin amat, Bil," ujar Alfi setelah meletakkan ponselnya di atas meja. "Kamu pasti nggak tahu, ya?" tanya Alfi seraya tersenyum jenaka dan menunjuk wajah Syabil.

Syabil beralih menatap Alfi dengan kernyitan yang muncul di dahinya. "Tahu apa?" tanya Syabil.

"Gini nih, kalau males cek grup, ketinggalan informasi."

"Emang ada apaan, sih?" tanya Syabil penasaran.

"Kamu pasti nggak tahu, kan kalau Bu Nirmala hari ini sampai seterusnya nggak akan ngajarin kita Ekonomi lagi?"

"Loh, kok gitu?" tanya Syabil semakin bingung.

memang Syabil kerap kali ketinggalan informasi mengenai kelasnya karena ia sangat malas membuka grup. Dibanding membuka grup, dia lebih sering membuka aplikasi Instagram atau Youtube untuk menonton. Untung saja Alfi selalu memberitahunya jika ada informasi penting di grup.

"Kurang tahu juga, sih. Tapi yang aku denger dari yang lain, katanya Bu Nirmala pindah ke luar negeri karena ngikut suaminya," jelas Alfi yang kemudian mendapat anggukan paham dari Syabil.

"Jadi, hari ini nggak ada quis, ya? Terus hari ini kita diajar sama dosen baru juga dong?" tanya Syabil.

"Kemungkinan, sih quis nggak akan ada, tapi, ya siapa tahu aja Bu Nirmala udah pesen ke dosen baru itu kalau quis hari ini harus tetep diadain, kan?" tanya Alfi, "iya, katanya hari ini dosen baru yang akan ngajar kita."

"Dosen pengganti Bu Nirmala laki-laki atau pe ...." Pertanyaan Syabil seketika berhenti saat suara salam terdengar yang kemudian disusul oleh suara langkah kaki. "Perempuan ternyata," gumam Syabil setelah ikut menjawab salam berbarengan dengan teman sekelasnya.

"Selamat pagi semua," sapa dosen wanita yang tengah mengenakan hijab segitiga bermotif itu.

"Pagi, Bu!" seru semua mahasiswa dengan semangat. Sontak saja hal itu membuat wanita yang jika Syabil prediksikan seumuran dengan Abid itu tersenyum.

Ternyata senyum dosen itu berhasil membuat semua lelaki dan sebagian perempuan yang ada di dalam kelas memekik tertahan.

"Ya ampun, Bu senyumnya manis banget. Bisa-bisa saya diabetes dadakan, Bu," ucap Bayu--teman sekelas Syabil yang memang terkenal suka ceplas-ceplos saat berbicara.

"HUUU!" Sorakan dari yang lain terdengar setelah Bayu menyelesaikan ucapan--lebih tepatnya gombalannya.

"Sudah, sudah ...," lerai dosen itu seraya tersenyum. "Baik, sebelum kita membahas kontrak belajar, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu."

"Jadi, perkenalkan nama saya Afifah Hilya Nafisha dan kalian bisa panggil saya Bu Afifah. Di sini saya sebagai dosen baru yang akan menggantikan Bu Nirmala dalam mata pelajaran Ekonomi di jurusan Manajemen. Jadi, saya mohon kerja samanya," ujar Afifah, dosen baru itu.

Dream Priest (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang