Happy reading 🐥
Jangan lupa pencet gambar bintang yang ada di bagian pojok sebelah kiri, yaw ;)
****
Syabil mematut diri di depan cermin seraya memasangkan jilbab pasmina di kepalanya. Setelah memasangkan jarum pentul, ia sedikit merapikan tatanan jilbabnya. Sebelum meninggalkan kamar, ia mengambil ponsel dan tas salempangnya, lalu barulah ia berjalan keluar dari kamar.
"Sudah mau berangkat sekarang?" Pertanyaan itu berhasil membuat atensi Syabil yang tadinya menatap layar ponsel seketika menengok ke arah sumber suara.
Syabil tersenyum, kemudian menghampiri seseorang yang tadi bertanya kepadanya. "Iya, Abi," jawab Syabil lalu memeluk lengan Rahman.
Rahman tersenyum hangat, kemudian mengusap pelan kepala Syabil. "Alfi jemput kamu nggak?" tanya Rahman seraya berjalan menuruni anak tangga bersama Syabil.
"Nggak, Abi. Soalnya Alfi juga ke tamannya naik taksi, mobil dia dibawa sama sepupunya."
Rahman mengangguk-angguk paham sebagai tanggapan. "Ya udah, yuk! Biar Abi aja yang nganterin kamu." Ucapan Rahman barusan mendapat gelengan keras dari Syabil.
"Nggak usah, Abi. Aku udah pesen taksi juga. Bentar lagi pasti dah nyampe," ujar Syabil seraya tersenyum.
"Abi beliin kamera, ya?"
Syabil beralih menatap Rahman sembari menggeleng keras. "Nggak usah, Abi. Aku belum mau punya kamera. Lagian kalau foto pake HP aku lumayan kok hasilnya, Bi. Nanti, deh kalau aku udah mau kamera pasti minta kok sama Abi," jelas Syabil yang diiringi dengan senyumnya.
"Ya udah aku berangkat sekarang, ya. Taksinya udah ada di depan. Assalamualaikum." Setelah menyalimi tangan abi dan umminya, Syabil segera berlari kecil keluar rumah, karena merasa tidak enak jika supir taksi menunggunya terlalu lama.
****
"Yuk kita ke sana!" ajak Alfi tak lama setelah Syabil tiba di dekatnya.
"Bentar dulu. Aku baru dateng kali," protes Syabil karena ketidak sabaran sahabatnya yang satu ini.
"Terus kalau kamu baru datang kenapa? Gak ada juga yang mau sambut kamu dengan kudapan, kan?" ucap Alfi, "udah, ah ayo!"
Syabil yang tidak ingin berdebat akhirnya mengangguk, lalu mengikuti langkah Alfi, karena wanita itu menarik tangannya begitu saja. Setelah mendudukkan dirinya di bangku, Syabil mulai mengeluarkan ponselnya, lalu kembali berdiri. Kedua netranya mulai mengamati sekitar, mencoba mencari objek yang indah untuk diabadikan. Fokus Syabil terpecahkan saat suara Alfi menginterupsi.
"Bil, sebelum kamu foto-foto. Mending kamu foto aku dulu. Untuk beberapa menit aku yang akan nawarin diri untuk jadi objek foto kamu," ujar Alfi yang diakhiri dengan cengirannya.
Syabil memutar bola mata malas. "Itu, sih maunya kamu. Ya udah ayo!"
Alfi bersorak bahagia, kemudian berdiri dari duduknya dan mulai mencari tempat yang sekiranya bagus sebagai latar fotonya. Setelah menemukan latar yang bagus, Alfi segera mengkode Syabil dengan tangannya. Syabil berjalan mendekat dan mulai menyuruh Alfi untuk berpose. Tanpa ragu Alfi mulai berpose, mulai dari tertawa lepas, pose seolah berjalan, dan lain sebagainya. Kadangkala Syabil juga yang menuntunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Priest (Sudah Terbit)
SpiritualLayaknya Fatima Az-Zahra yang mencintai diam-diam Ali bin Abi Thalib, maka begitu pula yang dirasakan oleh Syabil setelah kedatangan dosen baru di kampusnya. Namun, jika Ali bin Abi Thalib yang juga memiliki rasa pada Fatima Az-Zahra, maka berbeda h...