00.10

2.2K 226 12
                                    

Yeri dan ayahnya melangkah memasuki gang menuju rumah mereka dengan suasana hati yang baik. Entah mengapa, hari ini Tuhan berbaik hati memberi mereka hari yang indah. Ayah Kim bekerja dengan semangat dari hari ke hari, sedangkan Yeri masih melanjutkan pekerjaan sampingannya sebagai pegawai cafè dan guru privat Jungkook.

Ah, ngomong-ngomong soal Jungkook, Yeri agak kesal sih waktu memberi materi pada Jungkook tadi siang. Seriusnya dikit becandanya yang banyak.

"Yer, istirahat ya, plissss. 30 menit aja. Pala gue udah mumet. Bentar lagi pecahh."

"Gue gak ngerti ginian, Yer."

"Aduh, susah banget, anjay."

"Gue maen pubg, ya?"

"Yer menurut lu lebih susah matematika atau naklukin hati elo, sih?" (Oke, pertanyaan yang ini sempat buat Yeri memerah)

Tanpa sadar Yeri mengembangkan senyumannya mengingat betapa bawelnya Jungkook tadi. Pas diajarin dianya malah natep Yeri kagum. Ditanya udah paham, bilangnya iya. Tapi pas ngerjain soal, dia malah memaki-makin soal bahkan si pembuat soal. Dasar berandal! Pantes nih nilai rapornya merah semua. Wong, bolos sering, kalo di kelaspun main hp.

Tapi Yeri tidak merasa itu sebuah beban. Justru ia merasa itu adalah tantangan. Yeri harus bisa membuat Jungkook mengerti pelajaran yang dia ajarkan. Dengan begitu, ia tidak akan mengecewakan kepercayaan Tuan Jeon yang meminta Yeri untuk sabar dan terus melatih Jungkook. Seketika ia juga ingat kala Jungkook gencar memintanya untuk jadi guru privatnya. Jadi, ia dipercaya banyak orang dan dia harus berhasil, tanpa seorangpun yang kecewa.

"Yer, cepat masuk! Ada teman kamu di sini." Suara Mama menginterupsi begitu Yeri dan ayahnya tiba di rumah. Yeri mengernyit bingung. Ingatkan, dia tidak punya teman.

Yeri melepas sepatu dan terlonjak kaget melihat seorang cowok berhoodie silver tersenyum ke arahnya. Bukannya masuk, Yeri malah menatap cowok yang duduk di sofa rumahnya itu. Mukanya sih gak asing, tapi maafkan Yeri yang tidak mengingat namanya.

"Hai." Sang cowok menyapa membuat Yeri berada dalam suasana canggung. Dia tidak biasa bersosialisasi dan ity memperparah keadaan.

Oh hey, c'mon Yer, tidak biasa bersosialisasi apanya. Kau bahkan sekarang sangat akrab dengan Jungkook padahal dulu kalian bagai air dan api. Eh tunggu, Jungkook lagi, kan? Bisa tidak sih, sehari saja otaknya ini tidak usah mengulang memori bersama Jungkook. Oke, skip, gapenting.

"Siapa, ya?"

"Kamu lupain aku, Yer?"

Bedebah siapa ini? Kenal saja tidak; sok-sokan pake aku-kamu.

"Uhm, gue emang gak kenal. Mungkin salah orang kali. Di kompleks sini bukan hanya gue yang namanya Kim Yerim. Ada tuh anak tetangga di ujung gang."

Cowok itu tersenyum manis pada Yeri, "Aku gak mungkin salah orang, Yer. Mama kamu aja masih ingat, masa kamu enggak?"

Sial, lelaki ini makin menjadi. Apa susahnya sih langsung menyebut nama. Ini Yeri bukannya ingat, malah tambah bikin pusing.

Sesaat kemudian, lelaki itu mengulurkan tangannya, mengajak Yeri untuk bersalaman.

"Ini Park Jihoon,  temen masa lalumu."

▪▪▪▪

Bukannya pulang, Jihoon malah ikut makan malam bersama Keluarga Kim. Memang sih, Yeri perlahan mulai mengingat siapa Jihoon ini. Dulu mereka bertetangga dan Jihoon dulu sangat suka mengajaknya bermain, padahal Yeri sama sekali tidak menghiraukannya.

"Nak Jihoon kapan pindah ke sini? Kok tante tidak tahu?"

"Iya, saya baru sampai tadi sore. Langsung nyempetin waktu buat ke sini."

Dalam hati Yeri sungguh sangat malas dengan suasana seperti ini. Dia ingin tidur. Seharian sekolah dan bekerja membuatnya kelelahan dan hanya tidur yang bisa menghilangkan seluruh rasa lelahnya itu

Kebetulan, makan malam keluarga Kim diadakan di gazebo depan rumah, jadi Yeri punya pemandangan lain, yaitu bintang. Jelas, Yeri lebih memilih memandang langit Seoul malam hari walau membuat lehernya pegal, daripada harus ikut masuk dalam percakapan Ayah, Ibu, dan cowok baru itu.

"Saya nanti mau masuk ke sekolahan Yeri juga. Kebetulan ada paman saya di sana juga."

Yeri mendengar penuturan Jihoon yang bagian itu, tapi ia tidak peduli. Toh, Jihoon satu tingkat di atasnya. Dia bisa berakting tidak saling kenal.

Ayah Kim buka suara. "Ayah suka lelaki seperti Jihoon. Anaknya sopan dan baik. Cocok untuk kamu, Yer." Perkataan itu sukses membuat Yeri menatap tajam ke arah Jihoon dan kemudian kembali menatap bintang di atas sana.

Demi apa idih-idih amit-amit sama Jihoon. Sekalipun dia sopan. Sopan juga kadang bisa jadi kedok untuk menutupi kejahatan seseorang, kan?

Dari kejauhan, seorang cewek dengan pakaian serba hitam dan masker menutupi wajahnya mengabadikan momen kebersamaan Keluarga Kim dan Jihoon. Entah sudah berapa lama dia di situ dan entah berapa pula foto yang sudah dia ambil.

"Dia punya laki-laki lain selain elo, Kook. Sekali jalang tetap jalang."

Dan Hyewon tersenyum di balik maskernya dan beranjak pergi dari sana.

▪▪▪▪

Jungkook merebahkan tubuhnya dia atas kasur empuk berseprei hitam miliknya. Ia menopang kepalanya dengan dua tangannya yang berada di atas bantal.

Perlahan, kepingan memori kebersamaannya bersama Yeri terputar beruntun di kepalanya dan tanpa sadar ia tersenyum salah tingkah.

Perempuan itu hebat. Efeknya besar bagi dirinya. Bayangkan, hanya dengan satu hari ketika ia menyelamatkan Yeri dan mengetahui sisi lemah gadis itu, dunia seakan menarik hatinya agar hanya terarah pada Yeri.

Kini tanpa sadar, berulang kali Jungkook merutuki kebodohannya yang dulu khilaf dan suka membully Yeri. Tuhan, ampuni dia untuk yang satu ini.

Terbukti sekarang karma itu ada. Tubuh, otak, bahkan hatinya ingin Yeri selalu ada di sisinya. Kalau bisa 24/7. Sekarang saja buktinya, dia merindu gadis itu.

Senyumnya, tawanya, suara, mata, dan bahkan saat Yeri sedang galak padanya. Tuh kan, hanya mengingat Yeri saja, ia merasa nyaman dan mencapai euphoria terbesarnya.

Jungkook juga remaja labil seperti yang lainnya. Ia butuh kepastian, yang dia rasakan sekarang ini, apakah itu yang namanya cinta karena sungguh, rasa ini beda saat dulu bersama mantan-mantannya.

Oh jelas beda, dulu kau hanya bermain hati wanita dan tanpa perasaan. Nah kalau sekarang, kau pakai perasaan. Dan perasaan itu,

cinta.

Mata Jungkook perlahan memberat dan ia pun utuh tertidur sebelum mengucapkan, "Selamat tidur, Cantik. Mimpi indah."

Itu ucapan buat author.

Wkwk, gak deng.

Buat Yeri itu.

▪▪▪▪

Tbc.

Bagaimana perasaan anda ketika Jihoon muncul? B aja atau...?

Wkwk, maap gaje dan banyak typo.

With love,

blankswag🌷

PURPLE [jjk x kyr]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang