00.15

1.8K 207 14
                                    

Jungkook melajukan motornya lumayan cepat menuju kantor ayahnya. Pikirannya kalut dan ayahnya tentu bisa membantu. Sangat bisa malah.

Kalian tahu? Sepulang sekolah tadi dia melihat Yeri keluar dari ruang kepsek dengan derai air mata di pipinya. Jungkook sempat menariknya dan bertanya apa alasan sampai gadis itu menangis. Yeri hanya menggeleng dan berkata bahwa ia akan pergi jauh.

Jungkook cukup peka terhadap kondisi itu. Ia tahu betul, Yeri pasti telah di-drop out atas tuduhan 'ciuman' oleh Hyewon padanya. Pasalnya sepulang sekolah tadi ia dipanggil menghadap ke ruang kepsek. Maka dari itu di sinilah ia berada---di kantor ayahnya.

Begitu tiba di kantor, Jungkook langsung berlari ke ruangan ayahnya. Menghiraukan resepsionis yang berteriak menahannya. Oh shit, siapa peduli? Ini kantor ayahnya dan tentu ia bisa berbuat apa saja. Resepsionis itu pilih melawan atau dipecat, huh?

"A-Ayah!" Panggil Jungkook begitu ia masuk ke ruangan ayahnya. Tampak Tuan Jeon sedang memeriksa tumpukan map berisi file-file perusahaan.

Tuan Jeon mendelik, "Ketuk pintu dulu bisa kan, Kook?"

"Iya... Lain kali Jungkook ngetuk dulu. Tapi ini lebih penting, Yah."

Melihat putranya yang kesusahan mengatur napas, Tuan Jeon mendengus, "Duduk dulu, Nak!" Jungkook menurut dan duduk di hadapan ayahnya. Tampak beberapa detik setelahnya ia diam dan mengatur napasnya.

"Nah, sekarang bisa cerita sama Ayah." Tuan Jeon mengesampingkan map-map tadi dan beralih ke putra sulungnya. Pria berumur itu rasanya ingin tertawa melihat ekspresi panik anaknya.

"Ayah, pokoknya Ayah harus bantuin Jungkook. Yeri, Yah... dia dikeluarin sama kepsek."

"Yeri? Yeri anaknya Pak Kim?" Jungkook mengangguk, "Ayah tau, dia difitnah dan itu ngebuat dia harus dikeluarin."

Tuan Jeon mengernyitkan dahi, "Hnn, memang difitnah apa?"

Jungkook mengerucutkan bibirnya. Duh, gemas sekali. "Ihh, panjang ntar kalo Jungkook ceritain. Pokoknya Ayah harus telepon Pak Kepsek sekarang dan suruh dia batalin drop-out-nya Yeri."

Tuan Jeon mengangguk pelan. "Oke, Ayah bantu." Jungkook lantas tersenyum sumringah di tempatnya. "Makasih, Yah."

Tuan Jeon tersenyum melihat tingkah anaknya ini. Jungkook tidak biasa seperti ini. Ia tahu betul sifat anaknya yang suka main hati perempuan. Tapi baru kali ini ia berusaha mati-matian untuk seorang wanita.

Pria itu makin yakin. Jungkook memang menaruh hati pada anak sahabatnya itu.

▪▪▪▪

Yeri menelan ludahnya. Bagaimana caranya ia menjelaskan semua itu pada ayah dan ibunya. Susah payah selama ini mereka membiayainya hidupnya, bahkan dulu sampai ayahnya maling, tapi apa balasannya sekarang? Pasti mereka merasa sangat kecewa.

Belum lagi kenyataan bahwa hanya dirinya yang dikeluarkan dari sekolah menambah sakit hatinya. Ingatkan Yeri untuk tidak lagi percaya pada keadilan karena itu omong kosong.

Jungkook juga menghilang di saat seperti ini. Entah mengapa dia membutuhkan Jungkook, sekarang, untuk mendekapnya sambil menyalurkan ketenangan.

"Yeri!! Ada telepon buat kamu." Teriak Mamanya membuyarkan kekalutannya. Mau tak mau dengan langkah gontai ia pergi untuk menjawab telepon tersebut.

"Siapa, Ma?"

"Jawab dulu. Katanya dari sekolahan." Perkataan Mama Kim sukses membuat Yeri melorotkan bahunya. Kenapa lagi, sih?

PURPLE [jjk x kyr]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang