KEBERANIAN(SEASON 1)

100 10 0
                                    

"Bersabarlah dalam segala hal, tapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri."
-

---------------------------------------------------------------------
Usai berpamitan dengan Paman Sadi , mereka berdua lekas pulang dan turun . Namun, semua sedikit meleset dari angan - angan mereka . Rupanya jalanan yang mereka sisir tadi telah disihir oleh Paman Sadi , sebenarnya jalanan aslinya penuh dengan kelokan dan sedikit curam .Tetapi, karena Paman Sadi ingin menghemat sedikit waktu ia menggunakan sihirnya agar  jalan di gunung itu tidak terlalu curam dan terjal.

Tak hanya sampai disitu , seperti perihal pepatah sudah terjatuh tertimpa tangga hujan kembali menangis dengan derasnya membasahi kedua remaja tersebut.

"TERSS....TERS.." Deru hujan berjatuhan berima berulang kali.

Dengan pemikiran cerdasnya , Naka segera mengeluarkan dua tangkai payung dari tasnya dan meminjamkan salah satunya kepada Daima.

" Syyut." Suara selerakan tas naka mendecit.

"Ambillah dan gunakan hanya ini yang bisa kuperbuat !" Seru Naka sedikit malu diikuti pipi memerah jambu enggan menatap Daima.

"E.e.eh, Baiklah." Balas Daima nada rendah sedikit canggung.

Dibukalah kedua payung itu bewarna hitam dan putih diiringi dengan rintihan hujan yang tak kunjung mereda.

"Sebaiknya kita segera pulang sebelum fajar terbenam , sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 5.30! kita harus segera!" Ujar Naka menampakkan jam tangan kepada Daima.

"Kalau begitu ayo !"

Langkah demi langkah terus berlalu , waktu demi waktu ikut berlalu kedua remaja itu masih tengah menyusuri jalan dari gunung tersebut. Dengan perlahan menyusuri jalanan yang sedikit curam dan licin karena hujan , dalam hati mereka yang ingin segera pulang kerumah.

Karena usaha keras , mereka berdua berhasil sampai di kaki gunung tersebut, dan tidak terasa hujan pun sedikit demi sedikit merada. Mereka pun segera menuju Jembatan perbatasan yang menghubungkan gunung dengan pemukiman penduduk.

Alangkah indah dan eloknya pemandangan di sore hari itu dengan gradasi warna jingga sang naga bewarna warni itu seolah membelah langit diikuti dengan kicauan burung hantu.

"Ah  sampai juga akhirnya! melelahkan sekali." Ucap Naka melepas penat dengan menutup payung putihnya.

"Benar sekali , dan benar - benar tidak terduga kita berhasil keluar dari gunung itu ! dan langsung disambut dengan pemandangan seindah ini!" Seru Daima seraya menutup payung hitam yang dibawanya.

"Kamu tahu gak aslinya pertanda munculnya pelangi ?" Tanya Daima dengan sedikit maksut.

"Emm apa , oh aku tau keberuntungan akan memihak kekitakan ?" Ucap Naka dengan polosnya.

"He bukan , itu artinya semacam perasaan , pelangi itu gatau munculnya kapan sama seperti perasaan manusia yang sebentar ada dan sebentar hilang ." Deru Daima merujuk pada sesuatu.

Setelah mendengar itu Naka sedikit termenung seraya Ia mengembalikan payungnya hitam putih itu kedalam tas .

"Umm maksut kamu apa sih , aku ga begitu paham ?" Takas Naka dengan polosnya.

"Eh yaudalah ya gak usah di pikiran , inikan udah hampir jam 6 kita harus segera pulang !" Celetuk Daima mengalihkan perbincangan.

" Em , yaudah oke ayo !" 

Akhirnya sampailah mereka di rumah masing - masing , namun dengan sedikit binggung Naka masih memikirkan perkataan Daima tadi , tidak begitu ambil pusing tapi perasaanya ingin saja memikirkan perkataan yang tadi .

+hari berikutnya+

tepat sekali sekarang adalah Hari Minggu , hari yang benar - benar digunakan untuk melepas penat , namun dari hal itu .Hari adalah hari dimana pagelaran Expo Sulap di adakan dengan diresmikannya permainan mesin capit batu safir itu .

Karena ingat dengan perkataan Paman Sadi mereka pun berjanjian untuk bertemu di Jalan Delima dekat dengan Muara Sungai yang mengarah ke Pagelaran Expo. Mereka sengaja menyusun rencana saat mereka menyusuri gunung  agar kondisi tidak terlalu canggung.

"Oh sebentar lagi pukul 11.00 aku harus bersiap - siap ," bisik Naka didalam hati seraya melihat jam dinding.

dengan segera ia pergi keluar rumah dan menuju ke muara sungai , tak kalah sigapnya dengan Daima ia sudah lebih dulu berangkat menuju muara sungai . Dengan bersusah payah dan bermandikan keringat Naka berlalari kencang dengan napas terpatah - patah setelah melihat Daima lebih dulu datang di bawah mentari yang benar - benar menyenga itu .

" Oh maaf aku terlambat , apakah kau dari tadi menungguku?" Sahut Naka tidak enak hati.

"Tidak- tidak ! Santai saja ! baru saja kok sekitar 2 menit yang lalu ," Seru Daima mendinginkan suasana.

"syukurlah kalau begitu , Bagaimana kalau kita segera menuju ke Pagelaran Expo!"

" Oh oke ayo jarak nya tidak terlalu jauh hanya 350 meter dari sini ," ucap Daima.

"Kalau begitu kita agak santai dikit ya , aku benar - benar lelah dari tadi lari - lari!"

" Aku pun juga agak lelah , kau ingin minum kebetulan aku membawa minuman ion ini dua !" Tawar Daima yang membuat perasaan Naka tersipu malu.

"Eeh , baiklah , terimakasih untuk minumannya !" Naka mengambil perlahan minuman yang di genggam Naka namun ia tak kuasa kembali menatap mata Daima .

-BERSAMBUNG-

Magic Symbol'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang