Pada kenyataannya, apa yang dia ucapkan kemarin memang benar. Hari ini dia ditemukan tewas di ruang kepala sekolah. Mayatnya ditemukan tergantung tanpa kulit yang menempel ditubuhnya. Kepala sekolah yang pertama kali melihatnya langsung berteriak dan seketika pingsan. Sekolah pun mendadak ramai, lagi. Belum selesai kasus pembunuhan yang pertama, muncul lagi korban berikutnya. Dan korban-korban pembunuhan ini merupakan teman dan ada kaitannya dengan bisu. Aku langsung teringat pembicaraan kami kemarin. Juga pembicaraannya dengan bisu mengenai rencana pembunuhan. Apa yang dia ucapkan kemarin sesuai dengan hari ini. Kemarin dia mengatakan tentang mayatnya yang digantung setelah di kuliti diruang kepala sekolah menjadi kenyataan. Aku tidak tau apakah memang bisu yang melakukannya atau Tuhan berbaik hati dengan mengabulkan ucapannya kemarin.
Para siswa disekolah ini terus saja menduga-duga mengenai pembunuh mereka. Ada juga yang ketakutan dikarenakan takut menjadi korban selanjutnya. Hal tersebut membuat suasana sekolah kian riuh.
Aku duduk dibangku koridor sekolah. Terlihat tidak tertarik dengan hal sama yang dilakukan oleh siswa disekolah ini. Aku hanya duduk menyaksikan apa yang mereka lakukan. Bahkan setelah mayat tersebut lewat dihadapanku, aku masih diam. Hingga satu-satunya orang yang berani mengusikku datang kemudian mengajakku bicara.
"Kau tidak melihat?"
"Aku melihat. Aku punya mata."
Dia kemudian duduk disebelahku sambil memutar matanya. "Kau tau betul apa maksudku"
"Ya aku sudah melihat. Dia digantung, tidak ada lagi kulit tersisa dimayatnya." Ya memang aku sempat melihat kondisi mayatnya sebentar. Barulah aku duduk ditempat ini setelahnya.
"Kau terlihat tenang-tenang saja. Tidak seperti siswa lain," katanya. "Mereka gelisah memikirkan siapa pembunuhnya dan siapa korban selanjutnya. Mereka takut mereka yang jadi korban selanjutnya. Akupun sama. Aku gelisah, takut menjadi korban selanjutnya," katanya lagi.
"Memangnya apa yang harus ku khawatirkan? Mati itu sudah ditakdirkan. Kau tinggal menunggu saja kapan nyawa itu dicabut. Jadi kau tidak perlu khawatir. Kalaupun kau yang menjadi korban selanjutnya, itu berarti ajalmu sudah tiba."
Dia berdecak. "Aku heran denganmu. Kau begitu santai seolah tidak terjadi apapun disekolah ini."
"Itu berarti kau tidak begitu mengenalku," kataku. "Aku memang cuek. Tidak begitu peduli dengan hal disekitarku." Setelahnya aku berdiri meninggalkannya terduduk sendirian. Pembicaraan kami sangat membosankan. Lebih baik aku mencari bisu dan melihat keadaannya.
***
Bisu tidak hadir hari ini. Kesimpulan yang kudapatkan ketika dia tidak mengikuti kelas hari ini hingga usai. Bahkan seluruh penjuru sekolah tidak ada satupun yang melihatnya hari ini. Bisu telah menjadi buronan. Polisi dan pihak sekolah mencarinya atas kasus pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini. Teman mereka yang sudah terbunuh melaporkan ke pihak kepolisian bahwa satu-satunya orang yang bisa mereka curigai yang menjadi dalang atas pembunuhan ini adalah bisu. Dia juga telah menceritakan mengenai rencana pembunuhan yang dia ajukan ke bisu dan menjadi kenyataan hari ini. Memang dia tidak memiliki bukti apapun mengenai tuduhannya pada bisu. Tapi pihak kepolisian menampung dan akan mengintrogasi bisu.
Untuk membantu proses penyelidikan, pihak sekolah memberikan alamat panti asuhan tempat selama ini bisu tinggal. Pihak kepolisian akan menjemput bisu kemudian melakukan introgasi di kantor kepolisian.
Diam-diam, aku mengikuti polisi menjemput bisu hingga mereka sampai di kantor polisi. Bahkan aku juga mengamati saat bisu di introgasi oleh polisi. Aku memilih tempat bersembunyi yang tidak akan dilihat oleh polisi sekaligus dapat mendengar apa yang ditanyakan oleh polisi kepada bisu.
Sayangnya aku tidak tau apa jawaban dari bisu. Aku hanya mendengar pertanyaan-pertanyaan polisi tapi tidak dengan jawaban bisu. Aku yakin bisu menjawab dengan menuliskannya dikertas yang diletakkan didepannya. Bahkan aku tidak bisa membaca ekspresi bisu. Yang kutahu hanya bisu tidak ditahan dan kembali dipulangkan ke panti asuhan.
Aku menunggu hingga polisi pergi lalu aku menghampiri bisu. Ada beberapa hal yang perlu kutanyakan padanya.
"Kenapa kau tidak masuk sekolah hari ini?" Bisu melihat padaku sebentar kemudian mengambil sebuah notes yang sering dibawanya.
'Kau mengikutiku?'
Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah balik bertanya padaku, "jawab pertanyaanku dulu."
'Kurasa itu bukan urusanmu.'
Aku terkejut. Bisa-bisanya dia menjawab pertanyaanku dengan ketus seperti itu. Tidak seperti bisu yang selama ini kutau.
"Kau–"
Perkataanku terhenti begitu melihat tulisan yang dia tulis di note nya. Hal yang membuatku lebih terkejut lagi.
'Hentikan semua ini. Kau tidak perlu ikut campur dalam urusan orang lain. Lebih baik kau mengurus dirimu sendiri.'
Aku menatapnya tidak percaya. Dan dia seolah tidak peduli denganku. Dia berlalu begitu saja meninggalkanku sendirian didepan halaman panti asuhan tempatnya tinggal. Dipikiranku bertanya-tanya mengenai sikapnya. Ada apa dengannya?
***
Semua orang mengetahui bahwa bisu pembunuh. Tidak perlu bertanya siapa yang menyebarkan berita tidak benar tersebut. Ini membuatku khawatir mengenai perasaannya ketika dia mulai bersekolah kembali hari ini. Para siswa pasti akan menggunjingkannya dan membully-nya lebih parah lagi dari yang dulu. Namun bisa saja hal itu membuat bisu tidak lagi diganggu. Tidak akan ada yang berani lagi bermacam-macam dengannya. Mungkin hanya membicarakan bisu secara diam-diam.
Aku penasaran bagaimana reaksi para siswa ketika bisu masuk sekolah hari ini. Maka dari itu aku sengaja duduk dikoridor untuk melihat reaksi para siswa. Aku merupakan siswa yang langsung masuk kelas begitu datang ke sekolah. Sehingga orang yang selama ini menjadi teman dudukku mengejekku ketika melihatku duduk dikoridor setelah meletakkan tas ku dibangku ku.
Namun hingga bel berbunyi tanda-tanda kehadiran bisu tidak terlihat. Hal itu sedikit membuatku kecewa hingga aku memutuskan untuk masuk ke kelas sebelum guruku masuk dan memulai pelajarannya. Sepulang sekolah aku akan ke panti tempat bisu tinggal untuk mencari tau ada apa dengan bisu.
Nyatanya di panti asuhan bisu juga tidak ada. Aku sempat bertanya apakah polisi menjemput bisu dan ibu panti menjawab tidak. Ibu panti justru mengatakan bahwa tadi pagi bisu pergi ke sekolah. Saat ini ibu panti terlihat khawatir mengenai bisu. Baru kali ini dia mendengar bahwa bisu tidak sampai disekolah. Melihat bisu dibawa polisi saja dia menangis kemarin. Dia yakin bisu tidak melakukan itu semua dan akupun meyakini itu.
Karena tidak tau mau kemana lagi, aku memutuskan untuk pulang kerumah. Untuk ke halte, aku mesti berjalan kaki sekitar tiga ratus meter dari panti tempat bisu tinggal. Kemudian menunggu bus yang akan mengantarku ke halte dekat dengan kompleks perumahan tempatku tinggal. Sebenarnya uangku juga cukup untuk menaiki taksi. Hanya saja aku ingin berlama-lama dijalanan. Dalam artian, aku tidak ingin cepat-cepat pulang.
Ditengah perjalanan, aku mendengar suara gaduh. Dan itu berasal dari kananku. Sebuah tanah lapang yang hanya dipagari tembok setinggi tiga meter. Awalnya kupikir itu hanya suara kucing yang berkelahi atau kucing kawin. Namun begitu mendengar suara ringisan disertai suara kaleng yang terbentur, aku yakin bahwa ada sesuatu dibalik pagar ini. Jangan lupakan bahwa aku adalah anak yang memiliki tingkat penasaran tinggi. Sehingga aku langsung masuk untuk memeriksa apa yang sedang terjadi tanpa memikirkan hal apa yang selanjutnya kuterima.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
BISU
Mystery / ThrillerHanya bisa diam tanpa mampu membantah Hanya bisa mendengar tanpa mampu berbicara Hanya bisa menerima tanpa mampu melawan Dia memang bisu, tidak bisa bicara. Tapi dia juga manusia yang berhak diperlakukan sebagaimana mestinya. 27 Januari 2017