Bagian 7

2.9K 264 19
                                    

Mendadak sekolah diliburkan. Entah untuk berapa hari. Itu diakibatkan penemuan anggota tubuh manusia yang bertebaran diarea sekolah. Kali ini bukan cuma hanya satu. Namun dua korban sekaligus. Setelah semuanya dikumpulkan, jasad tersebut masih kurang kepala. Hingga setelah penelusuran yang memakan waktu tujuh jam, kepala mereka ditemukan mengapung disumur dengan kedua mata yang terbuka.

Dengan adanya kejadian pembunuhan disekolah, pihak yayasan merasa dirugikan. Dia ragu apakah ada murid yang mendaftar tahun depan. Mengingat kasus pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi sudah tersebar luas. Tentu saja para orangtua khawatir anak mereka turut menjadi korban pembunuhan. Bahkan beberapa orangtua memutuskan memindahkan anak mereka ke sekolah lain. Meskipun sekolah ini turut menjadi sekolah terbaik dikota ini.

Dua orang yang dimutalasi itu merupakan dua orang teman satu geng dari dua orang korban pembunuhan sebelumnya. Dan ada hubungannya dengan bisu. Orang-orang mulai berspekulasi bahwa bisu mulai lelah hingga untuk menuntaskan dendamnya bisu membunuh sekaligus dua orang kemudian memutilasinya. Anggota tubuh mereka sengaja disebar untuk menunjukkan bahwa bisu benar-benar tidak suka perlakuan mereka berempat dan menunjukkan bahwa bisu bisa saja melakukan hal yang sama kepada mereka yang berani melakukannya. Yeah, spekulasi yang bisa saja benar. Oleh karena itu, pihak kepolisian membawa potongan tubuh tersebut kerumah sakit untuk dilakukan otopsi dan mengunjungi bisu dipanti asuhan untuk dilakukan penangkapan. Pihak orangtua turut membenarkan spekulasi anak mereka bahwa bisu-lah yang selama ini melakukan pembunuhan dan menekan pihak kepolisian untuk segera melakukan penangkapan.

Namun sesampainya di panti asuhan, pihak kepolisian tidak bisa langsung saja menangkap bisu. Bisu tidak ada ditempat. Bisu dirawat dirumah sakit karena pengeroyokan. Dan itu membuktikan bahwa bukan bisu pelakunya. Pihak rumah sakit turut membenarkan bahwa bisu dirawat dirumah sakit dari kemarin dan tidak bisa berjalan. Kedua kakinya terdapat memar kehitaman dan juga anggota tubuh lainnya seperti perut, lengan, dan bahu. Hingga sekarang bahkan bisu belum sadarkan diri.

Selama ini tersangka pembunuhan hanyalah bisu. Tuduhan-tuduhan yang merupakan asumsi dari orang-orang hanyalah bisu. Dan setelah mengetahui bahwa bukan bisu pelakunya, membuat orang-orang kembali menerka-nerka mengenai pelaku pembunuhannya. Mereka hanya dapat memikirkan bahwa yang menjadi pelaku pembunuhan merupakan orang-orang yang tidak suka dengan mereka berempat atau bisa dibilang musuh mereka. Atau bisa saja teman mereka yang menusuk mereka dari belakang. Sepak terjang mereka disekolah ini tidak perlu diragukan lagi. Mereka terkenal sebagai penguasa sekolah yang bebas sesuka mereka menindas kaum lemah tanpa adanya gangguan dari pihak sekolah. Orangtua salah satu dari mereka merupakan pemegang saham diyayasan sekolah ini. Satu dua dari pegawai sekolah, guru dan staff kesiswaan merupakan keluarganya. Sehingga apa yang mereka lakukan tidak dicampuri oleh pihak sekolah. Sudah banyak orang yang menjadi korban mereka. Dipalak, disiksa, dibully, dan segala perbuatan buruk yang mereka lakukan pasti meninggalkan bekas didiri orang-orang yang telah mereka tindas. Dan bukan tidak mungkin kalau mereka bisa saja menaruh dendam dihati mereka kemudian menyusun rencana untuk membalas mereka sewaktu-waktu. Terlebih jikalau mereka bekerja sama. Pembunuhan bisa saja mereka lakukan sebagai ajang balas dendam.

Polisi masih terus melakukan penyelidikan. Tidak adanya bukti ditemukan membuat kepolisian kesulitan. Bahkan cctv yang dipasang tiba-tiba tidak berfungsi sehingga tidak ada rekaman yang menunjukkan pelaku melakukan aksinya. Kerusakan cctv telah diketahui mulai dari kasus pembunuhan pertama. Kemudian pihak kepolisian mengganti kamera cctv dengan yang baru. Namun keesokannya tidak ada hasil rekaman yang direkam oleh kamera cctv. Kepolisian kembali memeriksa kamera cctv yang baru dibelinya namun ternyata mereka lupa mengaktifkan kamera tersebut. Setelah diaktifkan, kepolisian kembali mengecek hasil rekaman terakhir. Anehnya tidak ada rekaman yang didapat saat malam hari. Kepolisian menduga bahwa pelaku merupakan pihak sekolah yang tau dengan betul sekolah ini dan memiliki koneksi ke ruang pengamat cctv.

Penjaga ruangan pengamatan cctv pun merasa tidak ada yang masuk keruangannya. Setelah ditinggalkan tidak ada yang aneh dengan ruangannya. Semua sesuai pada tempatnya. Setelah divisum pun tidak ada sidik jari lain yang ditemukan dalam ruangan tersebut selain sidik jari penjaga. Ruangan tersebut hanya memiliki satu kunci yang hanya dimiliki oleh penjaga. Maka tidak mungkin ada yang masuk kedalam ruang cctv selain dirinya. Mau menuduh penjaga sebagai pembunuh? Penjaga sama sekali tidak ada hubungannya dengan para korban pembunuhan. Namun bisa saja penjaga menjadi pembunuhnya. Tidak ada yang tau. Sehingga penjaga ruang monitor cctv diawasi selama penyelidikan ini berlangsung.

Pembunuhan ini diprediksi sudah direncanakan dengan matang dan pelaku pembunuhannya merupakan orang yang memang ahli dalam pembunuhannya sehingga dalam melakukan aksinya dia melakukannya dengan bersih tanpa meninggalkan jejak selain korbannya.

Jujur baru kali ini polisi menangani kasus pembunuhan dan menemui jalan buntu. Tidak ada yang bisa ditanyai dalam kasus ini. Tidak adanya bukti dan tidak adanya saksi membuat kepolisian berpikir keras mengenai penyelesaian kasus ini. Terlebih tekanan dari keluarga korban membuat kepolisian ditambah pusing. Kepolisian berharap tidak ada lagi korban keesokannya dan segera menemukan pelaku. Kepolisian akan menutup kasus ini setelah sebulan kemudian tidak ada lagi korban dan belum menemukan bukti terkait pelaku pembunuhan.

***

Setelah kepolisian meninggalkan ruang rawat bisu, aku memutuskan untuk tinggal dan berhenti mengikuti kepolisian. Aku ingin melihat keadaan bisu. Dari yang kudengar bisu tidak sadarkan diri dan hal itu membuatku khawatir.

Tidak ada yang menjaga bisu. Diruangannya hanya ada bisu sendiri yang terbaring diranjangnya. Mungkin ibu panti tidak bisa menemani bisu dirumah sakit karena tidak ada yang mengurus anak-anak lain di panti. Aku cukup mengerti akan itu.

Kuamati wajah bisu yang tengah tertidur. Tak ada yang salah dengannya. Namun kenapa dia selalu menjadi bahan olokan, bahkan pelampiasan saat mereka kesal. Rasanya aku tidak kuat tiap saat menyaksikan bisu yang disiksa. Aku tidak kuat mendengar kata-kata tajam yang dilontarkan mereka. Bukan aku yang merasakan itu semua, namun rasanya sesakit ini. Lalu bagaimana dengan bisu yang selama ini menjadi objek utama yang merasakan itu semua.

Tak lama, bisu membuka kedua matanya. Dia memandangku dengan tatapan... sendu. Dia menggenggam kedua tanganku seraya menggelengkan kepalanya. Aku sontak saja memeluknya sembari menangis. Menangisi nasib bisu yang begitu malang.

Aku merasakan tangan bisu dirambutku. Dia mengelusnya naik turun.

"Berhentilah..."

***

BISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang