02-Baru

525 21 14
                                    

Cerita ini diangkat dari cerita rakyat dan diubah sesuai imajinasi penulis.

***

Yang baru tidak selalu melupakan yang lama, mungkin saja itu cara untuk membuat hidup kembali berwarna.

***

Sejak kepergian bundanya tiga bulan yang lalu, seorang janda cantik beranak satu sering sekali datang ke rumah bersama anaknya, entah untuk menemani Bawang Putih dan Ayahnya menikmati waktu bersama, ataupun membantu Bawang Putih bersih-bersih rumah.

Sama seperti pagi ini, ibu dan anak itu datang ke rumah Bawang Putih. Hari ini kan hari Minggu, jadi Bawang Putih libur sekolah.

"Ayah, kita ke kafe ya?" pinta Bawang Putih sambil memegang tangan ayahnya.

Ayahnya tersenyum menanggapi permintaan Bawang Putih, ia sangat menyukai Bawang Putih saat sedang manja. "Iya, ayo kita berangkat."

Saat mau masuk ke mobil berwarna hitam, langkah Bawang Putih dan ayahnya berhenti. "Ada apa?" tanya ayah Bawang Putih dengan berbalik badan.

"Mas, mau ke mana?" tanya janda itu yang di belakangnya terdapat anaknya.

"Saya mau ke kafe," jawab ayahnya.

"Ayo Ayah! Bawang Putih lapar," ucap Bawang Putih sambil menarik pergelangan ayahnya menuju mobil.

"Tante, kalau mau di rumah gak pa-pa, kalau mau pulang juga gak pa-pa. Bawang Putih sama Ayah duluan," teriak Bawang Putih sambil melambaikan tangan dari dalam mobil.

Setelah kepergian keduanya, ibu dan anak itu menggeram kesal. Ibunya merasa tidak dihargai sama sekali, padahal selama tiga bulan ini ia berjuang mati-matian untuk merebut hati ayah Bawang Putih.

"Enak aja anak itu, dia sudah merendahkan harga diri kita. Lihat, apa yang akan saya lakukan, Bawang Putih!?" ucap Ibu itu sambil menarik anaknya untuk pulang ke rumah.

***

"Enak banget Ayah, Putih suka," ucap Bawang Putih di sela makannya.

"Hati-hati, Sayang! Nanti kesedak baru tahu," titah ayahnya yang sedang mengaduk-aduk kopi hitam yang dipesannya.

Bawang Putih menyukai nasi goreng pedas, kini ia sudah menghabiskan satu porsi penuh nasi goreng pedas yang terkenal di kota ini. Tak ada hal yang paling ia suka kecuali datang ke tempat ini bersama sang Ayah sambil menikmati hidangan lezat yang tersaji.

"Ayah kok gak makan?" tanya Bawang Putih.

"Gak pa-pa, sudah kenyang, tadi ibunya Merah masakin Ayah."

Dari air mukanya, ayah Bawang Putih terlihat kebingungan, atau dengan kata lain ia galau. Putih yang melihatnya langsung saja bertanya.

"Ayah kenapa?"

"Ayah? Memangnya Ayah kenapa?" tanya balik ayahnya.

"Ayah kayak galau gitu, persis banget kayak remaja yang lagi jatuh cinta," celetuk Putih.

"Iya, eh enggak."

Bawang Merah Bawang Putih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang