05-Naik sepeda

223 11 23
                                    

Cerita ini diangkat dari cerita rakyat dan diubah sesuai imajinasi penulis.

***

Berubah menjadi lebih baik tak harus menjadi baik, cukup menghargai tanpa mencela itu saja sudah cukup.

***

"Tumben lo bawa bekal?" tanya Merica yang tampak keheranan.

"Gak pa-pa, lagi ingin hemat," jawab Putih sejujurnya.

Merica hanya mengangguk-anggukan kepala, kemudian ia mengeluarkan sebuah permen karet juga sebuah lem.

Bawang Putih yang melihatnya hanya menautkan alisnya pertanda tidak mengerti, lagi pula sekarang tidak ada pelajaran yang harus membawa bahan-bahan itu.

"Pilih mana?" tanya Merica sambil menyodorkan kedua benda itu.

Bukannya menjawab, Bawang Putih malah bertanya balik. "Buat apa?" tanyanya sambil mengambil permen karet.

Dibukalah pembungkus permen karet berisikan lima buah, ia mengambil satu dan memakannya.

"Makasih," ucap Bawang Putih santai.

"Ih Putih, bukan buat dimakan, tapi buat ngerjai orang," dumel Merica.

"Siapa?"

"Merah. Gimana? Keren gak ideku?"

Bawang Putih hanya menghela napas sebentar, sebelum ia mengatakan sesuatu, ia membuang permen karet di mulutnya ke dalam plastik sisa tadi.

"Kamu benci banget, ya, sama Bawang Merah?"

Merica menganggukkan kepala.

"Merica, kamu tahu tidak? Benci itu tidak baik loh, secara benci itu menuju ke arah yang salah. Benci itu berarti kamu tidak pernah melihat kebaikan orang itu sama sekali, dan pasti pandanganmu ke dia selalu negatif. Coba saja kamu mengenal orang dengan melihat ke sisi positifnya, jangan melihat ke sisi negatifnya. Apa yang kamu cari, itu yang akan kamu dapat," jelas Bawang Putih.

"Lah, emang aku gak pernah lihat kebaikannya Merah. Mana pernah dia bikin kebaikan?"

"Kamu aja gak tahu, coba deh kamu cari tahu!" titah Putih yang mendapat anggukan semangat dari Merica.

Merica tampak kebingungan dengan tulisan yang tertera di buku Bawang Putih yang diberikan beberapa menit lalu. Terdapat beberapa misi yang tertera di sana, terlihat begitu rapi memang, tapi Merica tak yakin itu semua akan mulus tanpa ada cela.

"Lo yakin?" tanya Merica.

Bawang Putih mengangguk sambil tersenyum lebar. Merica sebagai sahabatnya hanya bisa pasrah dan ia juga akan membantu sebisanya.

"Ayo!" ajak Merica sambil menggandeng tangan Bawang Putih.

Di sepanjang perjalanan menuju perpustakaan, Merica memaksa Bawang Putih untuk menceritakan beberapa hal yang terjadi kemarin dan hari ini.

"Ayo Merah!" ajak Bawang Putih saat mengajak Bawang Merah berangkat ke sekolah bareng tadi pagi.

"Ibuuu!" Bawang Merah merengek tak mau.

Bawang Merah Bawang Putih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang