03-Mulai

378 15 37
                                    

Cerita ini diangkat dari cerita rakyat dan diubah sesuai imajinasi penulis.

***

Awal dari sebuah keburukan terkadang berasal dari sebuah kebaikan yang sudah direncanakan.

***

"Ibu pulang!" teriak ibunya memenuhi ruangan rumah dengan interior cukup mewah ini.

Kedua gadis yang sama-sama bernama depan 'Bawang' langsung berlari menuju pintu depan. Yang satu ingin bertemu ibunya, yang satu ingin bertemu ayahnya.

"Oleh-oleh mana?"

"Ayah sehat?"

Pertanyaan yang dilontarkan keduanya sangat berbeda dan berlawanan. Nama awal yang sama tak selalu mengidentifikasikan bahwa sifatnya juga sama, mungkin itu hanyalah sebuah kebetulan belaka.

Ibu Bawang Merah membawa begitu banyak barang belanjaan yang pastinya berasal dari Pulau Dewata, Bali. Sedangkan ayah Bawang Putih membawa dua koper berukuran jumbo.

Bawang Merah dan ibunya sudah masuk ke dalam rumah, sedang memilah-milah barang kesukaan dengan jeritan-jeritan tak jelas, padahal Ibu juga yang membelinya, tapi tetap saja histeris.

"Ibu, ini bagus banget, cocok di badan Merah," jerit Bawang Merah tak jelas.

"Gelang emasnya mahal nih, ini punya Ibu," tambah ibunya.

Bawang Putih dan ayahnya sedang berpelukan di depan pintu, menyalurkan segala kerinduan selama beberapa hari ini yang terpendam.

"Ayah, Putih kangen," ucap Bawang Putih dengan senyuman yang belum luntur sedari tadi.

"Ayah juga, Sayang."

"Ah, aduh sakit," ucap ayah sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Ayah, Ayah kenapa? Ayo kita masuk!" ucap Putih panik sambil memapah ayahnya menuju kamar.

Keduanya padahal lewat di depan Ibu dan Bawang Merah, tapi kedua keluarga barunya itu tak menoleh ataupun merespons sama sekali, mereka tetap bingung dengan oleh-oleh yang begitu banyak. Bawang Putih ingin sekali memarahi kedua orang itu, tapi waktunya tidak tepat.

Sesampainya di kamar bercat putih dengan hiasan beberapa patung-patung kesukaan ayah, ia mengambil obat setelah membawa ayahnya tidur di ranjang.

Ayah Bawang Putih memang sering sakit-sakitan, mungkin gara-gara kecapekan, tahu sendiri bagaimana sibuknya dengan pekerjaan yang tak pernah melihat waktu. Ada lagi penyakit ayah Bawang Putih, yaitu nyeri dada; yang salah satu penyebabnya adalah penyakit jantung.

"Ayah pasti kecapekan, Putih khawatir Ayah," ucapnya. "Jangan bikin Putih merasakan hal yang sama seperti waktu itu! Ayah harus sehat pokoknya!"

"Iya, Sayang. Ayah bakalan sehat lagi," kata Ayah dengan senyum yang terlihat lelah.

Bawang Putih keluar dari kamar lalu berlalu ke ruang tamu guna menyumpah serapahi kedua makhluk tak berperikemanusiaan. Sudah tak tanggung-tanggung lagi ucapan yang akan Bawang Putih ucapkan, sayangnya kini ia malah berhenti di balik tembok.

"Biarin aja deh, mati aja sekalian. Kan emang itu niat Ibu, waktu di Bali aja Ibu ngasih obat yang salah, makanya sekarang penyakitnya lebih parah," ucap Ibu sambil menyombongkan diri di depan anaknya.

Bawang Merah Bawang Putih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang