04-Misi

231 13 15
                                    

Cerita ini diangkat dari cerita rakyat dan diubah sesuai imajinasi penulis.

***

Pemaksaan akan berakhir dengan kesalahan, namun tak ada alasan untuk melemparkan kesalahan ke orang.

***

"Heh Putih! Gue pinjam dress lo itu, siniin!" paksa Merah sambil menarik paksa dress milik Putih.

Dress itu adalah pemberian bundanya, saat itu umurnya masih 16 tahun, diberikan saat ulang tahunnya.

"Jangan Merah! Ini punya aku," kekeuh Putih sambil menarik dress berwarna putih itu.

Merah tetap saja memaksa untuk meminjamnya, terjadilah aksi tarik-memarik dress Putih, keduanya tak ada yang mau mengalah. Sampai pada akhirnya, baju itu sobek menjadi dua, satu ada di Putih, dan satunya lagi ada di Merah.

"Ibu!" teriak Merah yang ingin mengadu.

Ibunya datang sambil membawa jus jeruk, sesekali ia menyedotnya. "Apa sayang?" tanya ibunya.

"Ini Bu, Putih gak mau pinjamin bajunya ke Merah, sampai sobek-sobek gitu," adu Merah dengan mata yang melotot ke arah Putih.

"Kenapa kamu tidak mau meminjami anak saya?" tanya Ibu dengan teriak.

Air mata Bawang Putih mengalir seketika, ini adalah satu-satunya kenang-kenangan dari Bunda selain kalungnya. Dress ini sudah lama Putih simpan, niatnya sih tidak akan memakainya, eh akhirnya malah sobek gak karuan.

Emosi Putih sudah memuncak, namun entah mengapa lidahnya keluh untuk mengatakan sesuatu, yang bisa ia lakukan untuk menyalurkan kekesalannnya hanyalah menangis.

"Ayah pulang!" Terdengar suara dari luar rumah, sepertinya Ayah sudah pulang dari Magelang.

Semua terdiam seketika sebelum Ayah memasuki rumahnya, sebelum itu juga, Bawang Merah sudah membuat rencana agar ia tak menjadi tersangka.

Bawang Merah terduduk di lantai, air mata buaya sudah mengalir, rambutnya juga sudah ia bikin acak-acakan, lengan bajunya ia sobek dengan sekali tarikan tangan.

"Loh, ini kenapa semua menangis?" tanya Ayah saat melihat kedua putrinya menangis bersama.

Ibu Bawang Merah tentu saja sudah memahami drama yang dibuat anaknya, dalam hati ia sudah berteriak kegirangan dan membanggakan kepintaran otak anaknya.

"Ini Mas, tadi 'kan Merah mau pinjam baju Putih, tapi Putih melarang. Ya terus Merah mengalah, eh Putih malah ngejar terus ngedorong Merah sampai jatuh, Putih juga menjambak rambut Merah, saat merah melawan, Putih malah menyobek lengan baju Merah. Akhirnya Merah menangis, eh waktu dengar suara Mas, Putih langsung menyobek bajunya sendiri, malahan tiba-tiba nangis, aku gak tahu sih maksudnya," jelas Ibu yang benar-benar dusta dan membalikan fakta.

Ayah Bawang Putih tentu saja marah, dan ia sudah terperdaya ucapan istrinya. "Putih, kamu jadi jahat sekarang. Siapa yang mengajari?!" bentak Ayah.

Air mata Bawang Putih tidak bisa dibendung lagi, wajahnya pusat pasi, badannya lemas seakan sudah tak mempunyai daya, tanpa mengucapkan sepatah apa pun atau sekedar menjelaskan dusta ibu barunya, Bawang Putih berlari ke kamarnya sambil membawa dress sobek.

Tanpa ia sadari, ia terlalu cepat berlari saat di tangga, akibatnya ia terjatuh hingga bagian lengan dan kakinya berdarah, tapi Putih tak lagi memperdulikannya, ia tetap melanjutkan perjalannya.

Bawang Merah Bawang Putih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang