Bagian 7. Battle with the Giant

91 1 0
                                    


Ketika tiba di aula, Mira terheran-heran karena Linda sudah tidak bersamanya lagi. Linda menghilang begitu saja, persis seperti ketika di depan gerbang kota sore tadi. Selanjutnya ia menyoroti seluruh penjuru aula depan penginapan tersebut. Ia melihat tangga menuju ke lantai atas tampak terlihat kusam dan berlumut. Ia juga melihat langit-langit aula yang jebol karena lapuk dimakan usia.

Mira kemudian mencoba menaiki tangga yang menuju lantai atas tersebut. Sebagian anak tangga terlihat hancur seperti bekas terkena hantaman reruntuhan tembok. Tibalah Mira di lantai atas penginapan. Lantai atas penginapan tersebut juga memiliki lebih banyak kamar daripada ruangan lain. Setiap kamar yang pernah Mira kunjungi memang lumayan lengkap karena memiliki kamar mandi di dalamnya.

Mulailah Mira membuka satu persatu pintu kamar yang berada di lantai atas tersebut. Hampir semua kamar pintunya dapat dibuka sehingga ia dapat memasukinya dan memeriksanya.

Mira juga sempat menemukan sebuah surat undangan pernikahan yang tercecer di depan salah satu pintu kamar penginapan.

Mira kemudian membuka surat undangan tersebut dan membaca isinya. Seperti isi surat undangan pada umumnya, namun yang menarik perhatian adalah adanya cap jempol bertinta darah di bagian tulisan isi surat undangan tersebut. Cap jempol tersebut telah menghitam pertanda darah yang menjadi tintanya telah mengering dalam waktu cukup lama. Cap jempol tersebut tentu berupa sidik jari yang bisa ditelusuri siapa pemilik sidik jari tersebut.

Mira kemudian memasukan surat undangan tersebut ke dalam tasnya dan selanjutnya melanjutkan membuka pintu-pintu kamar penginapan.

Mira terus menelusuri kamar-kamar yang berderet sepanjang lorong di lantai dua gedung penginapan tersebut hingga akhirnya ia tiba di ujung lorong di mana ia menemukan sebuah kamar yang pintunya terkunci. Kamar tersebut berdampingan dengan sebuah ruangan kecil mirip gudang yang mana pintunya tidak terkunci. Mira memasuki ruangan kecil tersebut dan mendapati sebuah rak besar yang di setiap barisnya terdapat peralatan kebersihan yang terlihat masih baru namun telah lusuh tertutup debu. Di antara benda-benda tersebut, Mira menemukan sebuah anak kunci yang tampaknya merupakan kunci yang dapat ia pergunakan untuk membuka pintu yang terkunci.

Mira kemudian keluar dari ruangan kecil tersebut dengan membawa serta anak kunci tersebut dan menghampiri pintu kamar yang terkunci tersebut. Namun ternyata anak kunci tersebut bukan peruntukkan pintu kamar tersebut. Mira kemudian memasukkan anak kunci tersebut ke dalam tas sembari berlalu meninggalkan lorong tersebut menuju tangga turun yang tampaknya mengarah ke barisan lain kamar-kamar penginapan di lantai satu. Sesampainya di awal deretan kamar penginapan, Mira menemukan selembar surat dengan isi seperti ini :

Kepada Ibu Yanti

Salam sejahtera, semoga ibu dan keluarga diberikan kesehatan selalu.

Saya adalah Bu Tari pemilik warung nasi sederhana di ujung Jln. Cempaka 5. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa putri ibu Yanti, Neng Komala telah pergi dari rumah saya tanpa pamit. Saya hanya ingin menanyakan apakah Neng Komala saat ini sedang berada di rumah ibu Yanti? Saya khawatir Neng Komala pergi dibawa orang asing. Bukankah saat ini kota dalam keadaan gawat karena maraknya aksi penculikan terhadap para remaja terutama gadis remaja?

Terima kasih sesudahnya, semoga ibu berkenan membalas surat saya.

Hormat saya

Bu Tari

Mira kemudian melipat surat tersebut dan menaruhnya ke dalam tas. Selanjutnya Mira melihat-lihat keadaan di ruangan kosong dengan tangga tersebut. Tidak ada perlengkapan apapun di ruangan tersebut alias kosong melompong. Hanya tumpukan sampah tampak menggunung di sudut ruangan.

Ketakutan Mira : Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang