Mira keluar dari ruangan tersebut dan mendapati si hantu suster sedang menunggunya di depan pintu. Mira kemudian memeriksa ruangan lain di seberang ruangan tempat ia mendapatkan pisau mawar.
Di ruangan tersebut Mira tidak menemukan apa-apa, hingga kemudian ia keluar untuk memeriksa toilet pria maupun wanita yang terdapat di sana. Di kedua ruang toilet itupun, Mira tidak menemukan apa-apa lagi.
Mira pun kembali ke lorong untuk kembali menuju ruang lift dan tangga yang mengarah ke lantai tiga. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba si hantu suster menghadangnya seraya mengacungkan telunjuknya dan menggoyang-goyangnya.
Mira mengerti maksud si hantu suster tersebut. Tampaknya si hantu suster tidak membolehkannya naik ke lantai tiga, entah apa alasannya, ia masih tidak mengerti.
Karena Mira terdorong rasa penasaran dan juga keinginan untuk menemukan temannya yang mungkin ada di lantai tiga rumah sakit tersebut, maka Mira memilih tetap memaksakan diri naik ke lantai tiga. Terlebih si hantu suster tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegahnya karena ia tidak berwujud makhluk kasar yang dapat menyentuh manusia.
Namun tampaknya si hantu suster tidak menyerah untuk menghalangi Mira. Kali ini Mira dibuat benar-benar mengurungkan niatnya untuk naik ke lantai tiga karena si hantu suster memberi isyarat lain yang membuatnya bertanya-tanya.
Si hantu suster menunjuk-nunjuk ke arah ruangan yang berada di seberang ruang operasi yang bersekat gordon hijau. Mira sejenak menggerenyitkan kening karena seingatnya ia sudah menelusuri ruangan tersebut namun tidak menemukan apa-apa alias zonk.
Namun karena penasaran dengan si hantu suster yang memberinya isyarat untuk ke ruangan itu kembali membuat Mira akhirnya menuju ruangan tersebut.
Di dalam ruangan itu seperti sebelumnya Mira tidak menemukan apa-apa. Namun kemudian ia teringat tustelnya yang kemudian ia mengambilnya dan membidik setiap sudut ruangan tersebut.
Tak lama Mira menemukan semacam grafiti di dinding ruangan. Grafiti tersebut tidak dapat dilihat jika tidak melihat dengan menggunakan lensa tustelnya. Grafiti tersebut bersifat abstrak dan ruwet.
Mira kemudian mencoba memecahkan teka-teki grafiti tersebut dengan bantuan tustel dan senter yang ia sorotkan dengan membentuk pola-pola khusus. Saat pola grafiti tersebut terlihat membentuk seperti sosok seorang dokter sedang membedah pasiennya, Mira dengan segera menjepretnya dengan tustel.
Setelah itu Mira membongkar tustelnya dan mengambil film negatif yang telah terisi foto negatif. Sejenak Mira memperhatikan film negatif terakhir yang bergambar seorang dokter sedang melakukan pembedahan pasiennya, dan di sebuah laci rak di dekat dokter tersebut terlihat sebuah kunci tergantung dengan seutas tali.
Mira pun mengerti bahwa ia harus mencari kunci tersebut di suatu ruangan yang ditunjukkan dalam foto negatif tersebut. Namun seingatnya, ia belum mencapai ruangan tersebut karena ciri-ciri ruangan tersebut belum ia temukan sebelumnya. Barangkali ruangan tersebut adanya di lantai tiga RS, namun entah di koridor mana, ia tidak dapat memastikannya.
Mira kemudian beranjak keluar dari ruangan tersebut dan mendapati si hantu suster di depan pintu. Selanjutnya Mira berlalu menuju tangga yang berada di samping lift. Kali ini si hantu suster tidak menghalang-halanginya. Tampaknya tidak ada hal tertinggal lagi oleh Mira di ruangan lantai dua koridor kiri itu.
Sesampainya di lantai tiga, Mira menuju koridor kanan rumah sakit. Seperti halnya di lantai dua, koridor kanan lantai tiga juga memiliki banyak ruangan. Namun dari sekian banyak ruangan terdapat satu ruangan yang pintu masuknya berteralis besi dan dalam kondisi terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketakutan Mira : Book 1
TerrorShort resume : Cerita berawal dari sekelompok siswa dan siswi sebuah sekolah di Sukabumi. Mereka berencana menjenguk wali kelas yang sudah beberapa minggu sakit keras. Karena kampung halaman sang wali kelas cukup jauh, mereka harus menyewa sebuah an...