Bagian 9. Mas Adi

62 2 0
                                    


Mira kemudian keluar dari kamar mandi dan menghampiri tempat tidurnya Komala seraya berjongkok untuk memeriksa kolong tempat tidur tersebut. Mira tidak menemukan apapun di kolong tempat tidurnya Komala.

"Aku tidak menemukan apa-apa lagi selain mbak sendiri. Hehehe," ujar Mira seraya menghampiri Komala dan duduk di sampingnya.

"Di sini memang tidak apa-apa lagi, dek Mira. Aku hanya mempunyai buku-buku sebagai temanku selama di dalam kamar ini. Buku-buku ini pemberian kak Adi ketika kami masih selalu bersama di sekolah. Aku mempunyai beberapa lembar pakaian pemberian bu Tari namun kini sudah hancur dimakan usia. Daster ini satu-satunya yang tersisa yang menutupi tubuhku. Tidak ada dalaman sama sekali, jadi aku canggung sekali untuk pergi keluar meski aku tahu di luar sana tidak ada siapa-siapa," tulis Komala kemudian.

"Aku juga kalau berada di antara banyak orang pasti canggung banget, mbak. Lihat saja pakaian yang aku kenakan ini. Atasannnya mungkin masih mendingan, tapi rok mini ini sudah mini ada belahannya di kanan dan kiri. Pahaku pasti terlihat jelas ketika sedang berjalan apalagi menaiki tangga. Hehehe. Jangan sampai terlihat oleh kaum laki-laki saja," kata Mira seraya menarik bagian bawah rok mininya agar kedua pahanya tidak terlalu mencolok terlihat.

"Anggap saja sedekah, dek Mira. Hehehe," tulis Komala bercanda.

"Sedekah harus yang baik-baik, mbak. Memperlihatkan paha malah bisa memancing nafsu para laki-laki," tukas Mira kemudian.

Saat Mira dan Komala sedang asyik bercakap-cakap meski antar lisan dengan tulisan, tiba-tiba mereka berdua mendengar seperti suara derap langkah kaki orang yang sedang berjalan menuju ke arah pintu kamar sebelah di mana terletak lemari jalan masuk menuju kamarnya Komala.

"Mbak, sepertinya ada orang yang sedang menuju kemari. Semoga saja itu temanku," bisik Mira.

"Sebaiknya kita bersembunyi, dek. Takutnya orang tersebut bukan teman dek Mira dan memiliki niat jahat," tulis Komala seraya turun dari tempat tidurnya dan mengajak Mira bersembunyi di dalam lemari yang tadinya digunakan Komala bersembunyi ketika Mira memasuki kamarnya.

Mira dan Komala kemudian bersembunyi di dalam lemari tersebut sembari mengintip melalui lubang kecil di pintu lemari. Terdengar derap langkah kaki semakin dekat dengan posisi lemari di mana Mira dan Komala bersembunyi. Mereka berdua memang telah mempersiapkan peralatan untuk menghajar orang yang memasuki kamar tersebut bila orang tersebut berhasil membuka pintu lemari tempat di mana mereka berdua bersembunyi. Komala maupun Mira sama-sama memegang pentungan kayu di tangan masing-masing.

Terdengar derap langkah kaki mendekati posisi di mana lemari berada, tampaknya orang tersebut telah mengetahui jalan masuk menuju kamar rahasianya Komala. Tampak pintu lemari mulai bergoyang karena orang tersebut sedang berusaha membuka pintu lemar.

Saat itulah Komala dan Mira beraksi dengan mendorong kuat-kuat pintu lemari dari dalam hingga orang yang sedang berusaha membuka pintu lemari tersebut terjengkang jatuh membentur tempat tidurnya Komala. Saat Komala hendak memukulkan pentungan di tangannya tiba-tiba ia mengurungkannya saat ia mengenali orang yang terjengkang tersebut. Sedangkan Mira menyorotkan senternya ke arah orang tersebut yang ternyata seorang laki-laki muda yang tampaknya seusianya.

"Kamu siapa?!" gertak Mira seraya mengacungkan pentungan kayu yang dipegangnya.

Si laki-laki tersebut menggerak-gerakan kedua tangannya seperti sedang memberi isyarat. Tampak Komala mengambil selembar kertas buram dan menulisinya dengan pensil yang sebelumnya ia gunakan.

"Dek Mira, dia kak Adi yang sempat aku ceritakan itu. Ternyata dia masih hidup dan ternyata masih ingat kepadaku. Sekalipun kak Adi terlihat lebih tua, namun aku masih mengenalinya," begitu tulisan Komala yang ia perlihatkan kepada Mira dan juga laki-laki tersebut.

Ketakutan Mira : Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang