Bagian 5. Kegelapan Itu Semakin Suram

71 1 0
                                    

Mira mencoba membuka pintu kamar-kamar yang lain. Sebagian kamar-kamar yang Mira datangi ada yang pintunya dapat dibuka ada juga yang pintunya terkunci. Saat Mira memasuki salah satu kamar yang kebetulan pintunya tidak terkunci, ia mendapatkan pemandangan horror di dalam kamar tersebut. Ia melihat banyak kerangka manusia bergeletakkan di lantai.

Sedangkan tempat tidur di dalam kamar tersebut tampak terlihat begitu kotor. Bahkan dinding kamar tersebut dipenuhi noda darah yang telah mengering. Tampaknya kamar tersebut pernah menjadi saksi bisu pembunuhan massal.

Mira menghitung ternyata ada sekitar 10 kerangka manusia yang posturnya terlihat berbeda-beda. Bahkan di antaranya terdapat satu kerangka yang berukuran manusia yang masih bayi. Rata-rata kerangka yang terdapat di dalam kamar tersebut berukuran dewasa, serta terdapat dua kerangka yang tampaknya adalah anak-anak. Kerangka-kerangka tersebut sebagian ada yang berpakaian lengkap, namun ada juga yang polos.

Mira kemudian menyoroti kerangka-kerangka tersebut sambil mencari-cari sesuatu yang mungkin dapat menjadi petunjuk. Saat itulah perhatiannya tertuju pada sebuah pisau belati yang tertancap di salah satu kerangka.

Mira pun mengambil pisau tersebut dan membungkusnya dengan kain gordon yang telah ia robek. Pisau yang telah dibungkus tersebut Mira masukan ke dalam tas. Setelah itu Mira memeriksa seluruh isi ruangan kamar hingga seluruh sudut tidak ada yang ia lewatkan. Setelah mencari-cari cukup lama, Mira tidak menemukan apa-apa lagi yang bisa menjadi petunjuk. Ia pun keluar dari kamar horror tersebut, dan menutup pintunya kembali.

Mira terus berjalan melewati koridor setelah kamar-kamar yang ia kunjungi berada. Hingga kemudian sampailah Mira ke sebuah ruangan besar yang tampaknya itu adalah ruangan khusus untuk makan karena tempat tersebut seperti sebuah restoran yang dilengkapi meja-meja dan kursi-kursi khas restoran serta di sisi lain terdapat beberapa buah etalase kaca serta meja yang di atasnya terdapat kompor gas. Tampak di atas satu kompor tersebut terdapat sebuah panci masak berukuran sedang.

Saat Mira sedang melihat-lihat tempat tersebut sambil berjalan-jalan tiba-tiba ia dikejutkan dengan sesosok bayangan yang tiba-tiba berkelebat melewatinya di belakang. Mira celingukan sambil mengarahkan senternya ke berbagai arah dan betapa terkejutnya ia saat sosok tersebut tiba-tiba menampakkan diri di hadapannya.

Mira melihat dengan jelas sosok tersebut adalah seorang gadis berpakaian serba batik berwarna orange. Sosok gadis tersebut mengenakan setelan baju batik warna orange berlengan pendek dilengkapi pita berwarna merah jambu di bagian leher. Sedang bawahan si gadis mengenakan rok mini dengan motif batik serupa dengan bajunya dengan bagian samping kanan kiri terbelah sehingga kedua pahanya terlihat. Si gadis juga mengenakan alas kaki berupa sepatu hak rendah berwarna cokelat.

Saat melihat parasnya, si gadis tersebut berparas cantik dengan rambutnya yang digelung. Namun hal yang mengganggu bagi Mira adalah si gadis tersebut berkulit pucat seperti kurang darah. Wajah si gadis terlihat begitu pucat dan sayu serta kelopak dan kantung matanya tampak menghitam. Si gadis batik tersebut tampak tidak bergeming saat Mira menyorotkan lampu senter ke wajah si gadis. Mira sudah dapat memastikan bahwa si gadis tersebut adalah sosok penampakan lain yang ia temui setelah penampakan Hantu Liontin.

Saat Mira menyorotkan senter ke arah wajah si gadis, si gadis tampak menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Mira memberanikan diri mendekati si gadis batik tersebut sambil terus menyorotkan senternya ke arah wajah si gadis. Si gadis tampak mundur sambil menutupi mukanya dengan tangannya dan tanpa diduga si gadis berlari ke arah Mira dan 'wwwuuutt, Mira merasakan seolah-olah tubuh si gadis bersatu dengan tubuhnya. Sekejap Mira merasa kepalanya begitu pusing dan penglihatannya seperti berkunang-kunang, namun ia tetap bertahan dan mencoba tetap berdiri meski terhuyung-huyung.

Saat penglihatannya mulai normal dan pusing di kepalanya hilang, Mira melihat-lihat sekelilingnya, si gadis sudah tidak berada di sekitarnya. Namun betapa terperanjatnya Mira saat menyadari pakaian yang ia kenakan telah berganti menjadi pakaian yang sebelumnya dikenakan si gadis batik. Mira dengan penuh keheranan memeriksa pakaian batik orange yang melekat di tubuhnya tersebut. Baju batik yang ia kenakan terasa begitu ketat karena memang postur tubuh si gadis batik lebih kecil daripada tubuhnya sendiri. Begitupun dengan rok batik yang terlihat lebih pendek daripada rok seragam SMA yang awalnya Mira kenakan.

Mira juga melihat ke arah alas kakinya yang juga telah berganti dari sepatu ketch biasa menjadi sepatu sepatu hak rendah berwarna cokelat yang awalnya dipakai oleh si gadis batik. Meskipun terasa agak ketat, Mira mencoba terbiasa dengan pakaian yang mendadak melekat di tubuhnya tersebut.

Mira kemudian menelusuri seisi ruangan tempat makan-makan tersebut sambil menyorotkan lampu senternya. Mira sekarang menggunakan senter yang ia temukan di dalam tas yang ia temukan di salah satu kamar penginapan tersebut. Tentu cahaya senter tersebut lebih terang daripada senter kecil yang menempel di korek gas yang ia gunakan sebelumnya.

Mira kemudian melihat-lihat barisan meja dengan kompor dan etalase yang dulunya digunakan para koki untuk memasak. Saat hendak mendekati meja yang berada di ujung barisan, Mira merasakan bulu kuduknya kembali merinding dan tengkuknya terasa dingin seperti tertiup AC. Sayup-sayup terdengar seperti suara perempuan mendengkur dengan nada lirih dan terdengar menyeramkan. Mira dengan memasang sikap waspada mencoba mendekat sumber suara mendengkur tersebut. Semakin dekat dengan sumber suara, semakin keras terdengar suara dengkuran lirih tersebut. Saat Mira melihat ke arah sebuah kursi kayu yang terlihat kotor dan sebuah panci masak berukuran besar di depannya, tiba-tiba suara dengkuran lirih tersebut berubah menjadi suara teriakan lirih disusul cekikikan tawa membuat bulu kuduk terasa begitu merinding. Suara teriakan lirih tersebut menjadi tidak jelas di mana sumbernya, sehingga Mira beberapa kali memutar badan untuk melihat di mana sumber suara tersebut.

Tiba-tiba saja terdengar jeritan mengerikan diiringi penampakan sesosok perempuan berpakaian putih dekil dengan rambut panjang tergerai dengan wajah mengerikan pas di hadapan Mira, "Huiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkk,"

"Uhhh, aaaaaaaaa," sontak Mira terperanjat kaget sambil mundur beberapa langkah hingga membentur meja di belakangnya. Mira merasa jantungnya berdetak begitu kencang, keringat dingin membasahi wajah hingga tubuhnya.

Saat Mira memfokuskan penglihatannnya, sosok penampakan tersebut menghilang namun suaranya masih santer bergema di ruangan tersebut. Lagi-lagi Mira harus menghadapi hantu yang tidak dapat ia lihat kecuali pas menyerang. Mira dengan sigap menyorotkan lampu senternya ke segala arah dengan harapan dapat memukul mundur hantu tersebut.

Sepenglihatan Mira, makhluk tersebut berwujud seorang perempuan berpakaian serba putih dekil dengan rambut hitamnya yang tergerai acak-acakan serta wajahnya yang terlihat begitu mengerikan. Kedua mata makhluk halus tersebut tampak bulat melotot dengan sorot yang mengerikan.

Saat Mira sedang berusaha menemukan di mana keberadaan hantu perempuan tersebut, tiba-tiba saja hantu tersebut menampakkan diri dengan jeritan khasnya yang mengerikan. Mira lagi-lagi mundur beberapa langkah sambil menyorotkan lampu senternya ke arah depan. Mira juga menyorotkan senternya ke beberapa arah lain sambil terus memasang sikap waspada.

-Bersambung-

Ketakutan Mira : Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang