Bagian 14.Malpraktek Yang Biadab

44 1 0
                                    


Mira kemudian bangkit dari posisi duduknya dan mengarahkan senternya ke arah makhluk koper yang sedang berjingkrak-jingkrak sembari mengeluarkan asap berwarna hijau pudar.

Si makhluk koper terlonjak ke belakang saat wajahnya terkena sorot lampu senternya Mira. Sedangkan Mira tetap berada di posisinya karena ia tidak mungkin dapat beranjak karena masker emergency tersebut tersambung ke tabung oksigen yang cukup berat sehingga tidak mungkin dapat diangkat olehnya sendiri.

Mira akhirnya mencoba keampuhan senter besar yang sedang ia sandang. Satu kali sorotan senter tersebut cukup ampuh membuat si makhluk koper terkapar di atas lantai. Koper wadah makhluk tersebut tampak kembali menutup disusul dengan menghilangnya aroma bau busuknya.

Mira kemudian membuka maskernya setelah yakin makhluk koper tersebut sudah tidak berkutik lagi. Ia pun menghampiri koper tersebut dan memeriksa pengunci tutup koper yang ternyata telah kembali terkunci rapat.

Mira masih merasa ragu jika makhluk busuk tersebut tidak akan mengganggunya lagi. Ia kemudian mencoba mencungkil koper tersebut dengan pisau yang dibawanya untuk memastikan jika makhluk tersebut sudah menghilang.

Setelah beberapa saat Mira berusaha mencungkil koper tersebut, koper berhasil dibukanya. Mira menemukan seonggok tengkorak manusia yang sudah hancur di dalam koper tersebut. Tampak beberapa buah jarum suntik menancap di tengkorak itu. Mira menggerenyitkan keningnya ketika melihat itu, dan ia pun kembali menutup koper tersebut dan menaruhnya di dalam sebuah lemari kecil yang berada di dalam bangsal rumah sakit.

Mira menyebut makhluk koper tersebut sebagai "Hantu Koper Busuk". Karena bau busuknya yang sangat menyengat dan hampir membuatnya kehilangan kesadaran. Mira sendiri merasa begitu bersyukur setelah lepas dari bahaya yang hampir merenggut nyawanya tersebut.

Mira selanjutnya memeriksa seisi bangsal rumah sakit tersebut. Bangsal yang berisi sekitar 60 buah ranjang pasien yang terbaris rapi tampak memberikan kesan angker di dalam bangsal itu. Setiap ranjang pasien diberi semacam bilik gorden berwarna hijau sebagai pembatas dan juga sebagai penutup bilik pasien.

Mira memeriksa setiap bilik yang ia temui, dan di salah satu bilik ia menemukan sebuah boneka teddy bear yang tergeletak di atas ranjang pasien. Selanjutnya ia melihat ada tulisan yang terpampang di perut boneka tersebut. Tulisan berbunyi : "Untukmu, Dewiku Tersayang".

Sejenak Mira merasa bingung karena tidak ada tempat agar ia dapat membawa boneka tersebut. Namun Mira memilih tetap membawa boneka itu meski agak sedikit kerepotan.

Selanjutnya ia menelusuri bangsal rumah sakit hingga ia tiba di pintu lain yang mengarah ke luar bangsal. Mira kemudian membuka pintu tersebut, dan setelah pintu berhasil dibuka, ia pun melangkah keluar bangsal menuju lorong yang membatasi bangsal dengan ruangan sebelah rumah sakit.

Di lorong tersebut, Mira memeriksa setiap setiap kamar pasien yang pintunya dapat dengan mudah ia buka. Di kamar pasien yang saat ini sedang ia periksa, Mira menemukan potongan surat kabar yang terlihat sangat lusuh dan hampir rusak. Mira kemudian membaca artikel di surat kabar tersebut yang tampaknya itu satu-satunya artikel yang masih dapat dibaca.

60 Pasiennya Tewas Secara Bersamaan, Bagaimana Tanggapan Pihak Rumah Sakit?

Kejadian memilukan yang terjadi di Rumah Sakit Benimo pada Kamis malam tanggal 3 Oktober 1986 membuat kaget sekaligus miris bagi khalayak umum. Bagaimana tidak, sebanyak 60 orang pasien yang menjalani perawatan inap di salah satu bangsal rumah sakit dilaporkan tewas tanpa diketahui penyebab pasti. Sejauh ini pihak Kepolisian telah memeriksa saksi-saksi terutama dari pihak Rumah Sakit Benimo. Dari sekian banyak saksi, belum ada satu orang pun yang ditetapkan sebagai tersangka.

Ketakutan Mira : Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang