Bagian 15. RSJ di Dalam RS

42 1 0
                                    


Mira segera memfokuskan penglihatannya, dan sejenak melihat si perempuan naas sedang berjalan terseok-seok mendekatinya. Mira menyorotkan lampu senternya ke arah wajah si perempuan naas. Namun si perempuan naas tersebut menghilang saat wajahnya terkena sorotan cahaya senter.

Kembali si perempuan naas menyerang Mira dengan penampakkan wajahnya yang berbalut darah.

'Wuaaaaaaaaaak, wuaaaaaak, wuaaaaaaak....' Tiga kali si perempuan naas menyerang Mira hingga hampir kehilangan kesadarannya.

Mira merasakan kepalanya begitu pening serta jantungnya berdetak begitu kencang, dan ia pun berlutut di atas lantai sambil menunduk karena merasakan kepalanya begitu pening.

Mira merasa jantungnya seperti mau lepas saja setelah terkena tiga kali serangan si perempuan naas secara berturut-turut. Badannya pun terasa begitu lemas, dan ia pun tergeletak di atas lantai lorong dengan posisi menyamping.

NB : Selama terkena serangan tersebut Mira selalu mundur hingga keluar dari kamar si perempuan naas.

Terlihat Mira seperti tidak bergerak lagi. Ia tampaknya benar-benar kalah bertarung dengan perempuan naas tersebut. Mira pun benar-benar kehilangan kesadarannya. Tampaknya si perempuan naas bukanlah tandingannya atau barangkali ada syarat khusus untuk mengalahkannya.

Selama bertarung Mira sempat menggunakan senter besarnya, namun ternyata cahaya senter besar tersebut hanya memperparah keadaan saja di mana si perempuan naas menjadi semakin ganas setelah terkena sorotan lampu senter besar tersebut.

Perempuan naas berpenampilan mengerikan itu bisa jadi merupakan penampakkan dari "Korban Malpraktek", di mana seorang perempuan yang hendak melahirkan malah ditangani oleh dokter gadungan. Akibatnya sudah dapat ditebak jika si perempuan yang hendak melahirkan tersebut gagal melahirkan karena si dokter gadungan malah membedah perutnya dengan pisau bergerigi yang biasa digunakan oleh para psikopat. Pada akhirnya sang bayi tewas di dalam rahim, dan ibu si bayi pun tewas dalam kondisi perutnya terburai.

Mira yang sedang dalam keadaan pingsan tampak terlihat tergeletak begitu saja di atas lantai. Secara perlahan kesadaran Mira mulai kembali pulih. Saat tersadar, Mira melihat ke sekelilingnya. Ia melihat bahwa lingkungan di sekitarnya telah berganti. Ia tidak lagi berada di lorong rumah sakit. Mira kini berada di dalam sebuah ruangan besar yang tampaknya seperti sebuah aula lengkap dengan banyak bangku yang berderet.

Tampaknya aula tersebut berbentuk huruf 'O' di mana di tengah-tengah aula terdapat taman bunga yang dilengkapi dengan air terjun buatan yang telah kering. Bagian area taman bunga tersebut tentu tidak beratap sehingga air hujan dapat mencapai taman tersebut jika sedang hujan. Sedangkan di sisi lain terlihat dinding tembok serta empat buah lorong yang memiliki pintu teralis berwarna hitam.

Mira pun bangkit dari posisi duduknya dan mulai berjalan menuju bagian lain di dalam aula tersebut. Mira sempat melihat sebuah plank kaleng bertuliskan "Area Khusus Pasien RSJ Buni Asri". Mira pun menyadari bahwa aula tersebut sebenarnya biasa digunakan para pasien rumah sakit jiwa ketika masih dalam proses penyembuhan.

Mira kemudian menuju ke salah satu pintu teralis dan mencoba membukanya, namun pintu teralis tersebut terkunci dari dalam. Karena Mira sempat melihat sebuah anak kunci menempel di lubang kunci pintu teralis tersebut, namun ia tidak dapat menggapainya.

Mira pun menuju ke pintu-pintu teralis yang lain, di mana salah satu pintu teralis tepatnya pintu yang ketiga dapat ia buka. Sedangkan pintu teralis kedua dan keempat dalam keadaan terkunci sama seperti pintu teralis yang pertama.

Ketakutan Mira : Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang