4 | Perkara Kunciran

9.7K 1K 46
                                    

Malam ini cuaca sedikit mendung. Sesekali suara petir terdengar, namun langit tak kunjung menurunkan hujan. Rupanya hal itu tak menyurutkan niat cowok berjaket levis itu untuk menancap gas motornya. Mata tajamnya tampak fokus pada jalan didepannya. Iqbaal berdecak kesal melihat jalanan Ibu kota cukup padat malam ini. Maka dari itu ia memilih mencari jalan tikus saja agar lebih cepat sampai tujuannya.

"Shit!" umpat Iqbaal tak tahan saat ia dihadang oleh beberapa geng motor saat melewati gang sempit.

Salah satu cowok beranting hitam terkekeh kecil, "Berani banget ya, lo ngelewatin kawasan gue?!" bentaknya dengan tangan mencengkram kerah jaket Iqbaal, lalu cowok itu mendorong Iqbaal hingga tersungkur ketanah.

Iqbaal dengan mata setajam elangnya yang memancarkan emosi itu membuka helm nya, "Mau apa lo semua?" tanya dingin.

"Wah, Bos, ini mah ketua SMA Garuda itu! Inget gue, pernah masuk berita nih orang. Haha akhirnya bisa ketemu juga." Cowok berbadan gempal itu seketika meringis saat perutnya disikut, "Anjir!" ringisnya.

"Gue cuma mau lo serahin semua barang berharga lo, kalo gak-"

"Kalo gak kenapa?" Iqbaal menarik sudut bibir kanannya.

Cowok itu memberikan Iqbaal satu pukulan, tepat mengenai sudut bibirnya. Iqbaal terkekeh kecil lalu menyeka darah dibibirnya. Seketika tatapannya berubah menjadi gelap. Ia memberikan pukulan pada cowok tak dikenalnya itu hingga sang cowok yang tak siap harus jatuh ketanah dengan wajah babak belur. Beginilah jika Iqbaal sudah marah. Ia tidak suka mengusik jika sang lawan tidak mengusik, begitupun sebaliknya.

"Ngapa lo semua diem?!" Cowok itu menatap teman temannya, "Serang woi!"

Terjadilah perkelahian antara Iqbaal dan 3 orang lainnya. Ah, ini bukan masalah yang besar bagi Iqbaal. Ia bahkan pernah menghabiskan lebih dari ini. Bukannya ingin sombong, tapi ini bicara soal fakta.

Bugh!

Bugh!

Iqbaal memberikan 2 pukulan untuk lawan terakhirnya dan berhasil membuat cowok berbadan gempal itu berteriak sakit, "Lo kira kira dong kalo mukul! Sakit nih. Awas lo ya, sampe muke gue gak ganteng lagi bakalan abis sama gue, lo!" teriak cowok itu memegangi wajahnya.

"Kiki jangan mulai anjng!" umpat cowok yang menjadi ketua geng itu.

Iqbaal mengangkat bahunya acuh, ia masih setia dengan pandangan dinginnya, "Gue yakin lo semua melakukan ini karena suatu alasan, bisa kasih tau gue?"

Kiki, cowok berbadan gempal itu menatap ketiga temannya, lalu fokus pada sang Bos yang memiliki nama Rayhan. Kiki mengembuskan napasnya perlahan, "Kalo kami kasih tau apa alasannya, apa yang akan lo lakuin? Lapor polisi?"

"Uang."

Rayhan, Kiki, Angga, dan Kafhi mengernyit tak paham. Mereka memang tak melanjutkan sekolah, tapi mereka tentu saja tak bodoh bodoh amat. Tapi untuk yang satu ini? Hei, apa cowok berjaket levis itu ingin bermain kode kodean?!

"Kalian butuh uang?" tanya Iqbaal yang langsung mendapatkan respon dengan cepat, mereka serempak menjawab dengan sebuah anggukan.

"Jelasin." ujar Iqbaal singkat, padat, dan jelas.

Rayhan mengangguk 2 kali, "Lo janji jangan laporin kita ke polisi dulu lah." Iqbaal membalas dengan dehaman singkat, "Jadi gue dan kawan kawan gue begini ya--karena ekonomi, apalagi emangnya?" Rayhan terkekeh kecil, "Kami orang kecil. Nyari pekerjaan susah. Ya, lo tau sendirilah. Jadi gada pilihan laen untuk kami." lanjutnya menjelaskan secara ringkas.

My (Bad) Boyfriend -IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang