Langit malam menjadi salah satu objek yang sangat disukai oleh seorang Iqbaal Wijaya. Kerlap kerlip bintang yang begitu indah mengisi kekosongan langit pada malam hari. Tidak ada suara bising kendaraan, tidak ada suara gaduh atas aktivitas manusia, yang ada hanya suara angin yang berhembus dengan tenangnya.
Iqbaal duduk dikursi yang ada pada balkon kamarnya ditemani dengan secangkir kopi buatan Bik Atun, sang pembantu rumah tangga dan juga dengan sebungkus rokok favoritenya. Ia termenung dengan mulutnya yang aktif mengisap rokok, lalu ia hembuskan perlahan. Matanya menerawang pada kejadiaan saat di sekolah, ah, tidak, tepatnya saat ia berlagak seperti orang bodoh yang mengejar cewek.
(Namakamu) Salsabilla.
Cewek manis dengan tinggi badan yang hanya mencapai dada Iqbaal itu entah mengapa selalu mengisi fikiran Iqbaal sedari tadi. Mengganggu memang, karena biasanya ia tak akan melakukan hal konyol seperti itu. Hah, buang buang waktu.
Iqbaal jadi teringat saat mulutnya tiba tiba tanpa ia minta mengucapkan hal yang tak pernah ia ucapkan pada cewek setelah kejadian waktu lalu.
Flashback on.
Iqbaal berdecak dengan tangan berkacak dipinggang. Ia sudah mencoba mencari dekelnya yang bernama (Namakamu) itu tapi cewek itu seolah mempunyai sihir untuk menghilang. Cepat sekali. Iqbaal menyusuri setiap penjuru lapangan, namun tak kunjung menemukan keberadaan (Namakamu). Akhirnya dengan terpaksa Iqbaal bertanya pada salah satu cewek.
"Lo liat (Namakamu)?" tanya Iqbaal dengan wajah flatnya. Ia memandang siswi berkacamata itu dingin.
Siswi nerd itu meneguk ludahnya susah payah, waw demi apa dihadapannya saat ini kakel cogan yang menjadi incaran siswi Garuda?! Ckck mimpi apa dia semalam.
"Lo budek?" Iqbaal menaikkan sebelah alisnya.
"Eh, eng-gak kok Kak." siswi itu membenarkan letak kacamatanya, "Btw, (Namakamu) Salsabilla yang baby face itu ya kak?" tanyanya memastikan.
Iqbaal mengangguk singkat.
"Tadi gue liat dia kearah taman kak, biasanya dia emang kesana." jelas siswi itu.
Iqbaal mengangguk singkat, "Thanks." setelah mengatakan itu Iqbaal segera melangkahkan kakinya menuju taman belakang sekolah.
Mata tajam Iqbaal kembali menelusuri setiap penjuru taman, lalu pandangan jatuh pada seorang cewek yang membelakanginya. Iqbaal bernafas lega karena berhasil juga menemukan (Namakamu). Ia pun menghampiri dekelnya itu.
"Dek." Iqbaal menutup mulutnya yang tak dapat ia filter dulu jika sudah berbicara. Apa apaan itu, ia memanggil (Namakamu) dengan sebutan 'dek. Hah Iqbaal tidak percaya ini!
(Namakamu) menegang kaget. Ia menghapus air matanya dengan cepat, lalu mendongak untuk melihat sang pemilik suara tadi.
"K-ak Iqbaal." (Namakamu) menggeser duduknya saat Iqbaal memberi instruksi agar ia sedikit bergeser.
Setelah duduk, Iqbaal berdeham pelan, "Kenapa nangis?" tanya Iqbaal datar.
(Namakamu) menggeleng pelan dengan kepala menunduk. Ia juga tidak tahu mengapa dengan dirinya. Ia merasa sangat sensitif jika membahas perihal sang Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Boyfriend -IDR
Novela JuvenilBagaimana perasaanmu jika menjadi pacar dari seorang Badboy disekolah tempatmu menuntut ilmu? Sebuah musibah atau malah sebuah keberuntungan karena cowok itu sangat tampan dan perhatian?