Samuel Fearnandes X Kara Geranatha
Matanya tiba-tiba terbuka. Keringat dingin tanpa bisa dicegah bercucuran jatuh dari pelipisnya hingga pipinya.
Kara, nama gadis itu bergetar hebat penuh ketakutan. Dadanya bergemuruh hebat, sampai setiap hembusan nafas keras dapat terdengar di ruangan kamar temaram yang hanya di terangi oleh sebatang lilin yang ditaruh di atas meja belajarnya itu.
Tangannya bergerak mencengkeram sprei putih yang dipakaikan di kasurnya. Lagi-lagi mimpi itu. Mimpi yang mampu membangkitkan perasaan takut yang selama ini tak pernah ia rasakan. Mimpi yang mengisahkan tentang seorang laki-laki yang berumur jauh darinya sedang melakukan kekerasan pada seorang gadis malang. Laki-laki itu dengan kalap memukul dan menendang gadis itu. Bahkan laki-laki itu sampai berencana mencoba membunuh gadis malang tersebut. Mimpi itu terasa nyata. Sangat terekam jelas di pikirannya, seolah dialah yang menjadi saksi atas tindak kekerasan itu.
Kara melirik jam dinding yang bergantungan di dinding kamarnya. Tepat disana, waktu jam menunjukkan pukul 2 malam. Dan itu masih terlalu malam untuk dirinya bangun.
Ia melirik ke segala arah ruang sudut kamarnya. Mencari letak lilin yang ditaruhnya sejak lampu dirumahnya mati. Melihat cahaya api kecil yang terletak tak jauh dari jangkaunnya saat ini, dengan cepat Kara menyibak selimut dan memutuskan beranjak berdiri dari tempat tidurnya. Mengambil lilin kecil itu dan membawanya keluar dari kamar.
Sudah jelas bukan, kalau Kara sudah tak nyaman tidur kembali saat mimpi itu datang menakutinya. Maka dari itu, sedikit berjalan-jalan mungkin bisa menghilangkan sosok laki-laki kejam itu dari pikirannya.
Kara menuruni tangga. Seharusnya ia pergi ke kamar mama dan papanya dan meminta tidur bersama, tapi langkah kakinya membawanya menjauh dari pintu besar berwarna coklat disana menuju ruang dapur.
Ruang dapur sangat gelap. Jika saja ia tidak membawa lilin, mungkin kini ia sudah menabrak tembok. Tapi ia beruntung, walaupun hanya di temani dengan cahaya api kecil ini, ia mampu menerobos segala kegelapan yang ada.
Kara membuka pintu kulkas. Sesaat tubuhnya merinding karena merasakan ada hawa panas yang terasa di sekitar lekukan lehernya. Semacam nafas seseorang. Tapi ketika ia menoleh kebelakang, tidak ada seorang pun disana. Semuanya gelap gulita. Kara mengadahkan lilinnya ke arah belakang, namun disana tidak ada siapa-siapa. Nyatanya hanya ia sendirian disini.
"Kak.. apa itu kakak?" panggilnya namun tak ada satupun sahutan terdengar.
"Bi.. bibi Ayu?"
"Mama! Itu mama kan? Atau mungkin itu papa?"
"Jangan kerjain kara, dong. Ulang tahun Kara masih satu bulan lagi. Masa kerjainnya hari ini sih?" decaknya bersunggut tak suka. Tapi lagi-lagi tak ada yang menjawab.
Kara menghela nafas. Oke! Sekarang ia benar-benar sangat takut. Jika tadi ia hanya takut pada sosok pria kejam dalam mimpinya, sekarang ia takut pada hantu juga.
Kara mengambil minuman kaleng bersoda di dalam kulkas. Ia berpikir secepatnya ia harus pergi dari sini dan kembali ke kamarnya.
Tapi ketika ia berbalik, tiba-tiba saja minuman berkaleng itu jatuh mengakibatkan suara yang nyaring memenuhi ruangan dapur. Ia terkejut. Sangat terkejut saat menemukan lelaki yang berwajah mirip dengan pria yang berada dalam mimpinya sedang berdiri tegap tepat di depannya.
Mata Kara melotot karena dengan cepat pria itu mengurungnya dengan kedua lengan berototnya itu. Tubuhnya bersandar pada kulkas. Menahan nafas, karena pria itu semakin mengikis jarak di antara wajah mereka masing-masing.
"Ka-kamu.. pria ke-kejam itu kan?" dan bodohnya Kara masih bertanya, padahal sudah jelas-jelas kalau pria itu memiliki wajah yang sama seperti pria yang berada dalam mimpinya. Yang berarti laki-laki kejam itu benar-benar nyata hidup, bukan hidup hanya dalam mimpinya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
About U And Me [Cerpen]
Short StoryIni adalah kisah cinta kami. Cerita kami bersama. *Sesuai judul, ini hanyalah cerpen dan setiap bab beda-beda ceritanya