Misteri Kulkas

205 7 2
                                    

Aku Sherina, kalian bisa memanggilku Sherin. Aku mempunyai kakak perempuan yang sangat baik, namanya Sarah. Kami tinggal bersama Ayah kami. Sedangkan Ibu kami telah meninggal 2 tahun yang lalu akibat kecelakaan tabrak lari.

Setelah kepergian Ibu, Ayah jadi banyak berubah. Dia jadi sering marah-marah pada kami, memukul kami hingga mengakibatkan luka fisik juga luka pada hati kami. Ayah tidak lagi peduli pada kami, dia jarang tinggal di rumah. Ayah hanya memilih sibuk mabuk-mabukkan bahkan pernah melakukan kekerasan seksual pada kami.

Kehidupan kami berubah kacau. Orang-orang disekitar kami tidak ada yang peduli dengan kondisi kami yang sengsara. Kami tidak tahu harus bagaimana menjalani kehidupan kami yang sekarang. Ibu telah meninggal, ayah berubah toxic, kondisi ekonomi kami yang tak terkendali. Semuanya benar-benar membuat kami tak berdaya.

Akhir-akhir ini cuaca disekitar rumah kami terasa dingin. Aku bahkan merasa tubuhku seperti membeku dan terlihat pucat saking dinginnya. Namun Kak Sarah tidak merasa dingin sepertiku, dia terlihat santai dan selalu bangun pagi untuk mengecek isi kulkas.

Aku tak mengerti mengapa Kak Sarah melakukan hal itu, padahalkan cuaca saat ini sedang dingin apalagi dipagi hari. Anehnya Kak Sarah tidak peduli akan hal itu, dia malah selalu tersenyum dan mengucap selamat pagi ke dalam kulkas.

Aku merasa heran, Kak Sarah seperti orang gila saja.

Aku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada kak Sarah, apa yang dia lakukan? Tapi Kak Sarah hanya tersenyum dan mengelus kepalaku dengan lembut. Dia tidak menjawab apapun dan itu semakin membuatku penasaran. Sebenarnya apa yang dia sembunyikan selama ini?

Suatu hari aku melihat Kak Sarah tiba-tiba mencabut steker kulkas. Aku menatapnya bingung, gelagatnya terlihat aneh. Wajahnya terlihat ketakutan dan banyak keringat yang timbul bercucuran hingga ke lehernya. Kak Sarah mendadak menyuruhku untuk bersembunyi dulu ditempat yang aman dan jangan pernah keluar apapun yang terjadi. Aku tak mengerti tapi tetap mengikuti permintaan Kak Sarah.

Aku bersembunyi dan membuat celah kecil agar bisa melihat apa yang dilakukan Kak Sarah. Anehnya cuaca disekitar rumah kami mendadak menjadi terasa hangat. Namun aku bersyukur karena itu tidak membuat tubuhku dingin dan terlihat pucat lagi.

Kak Sarah membuka pintu dan munculah sosok Ayah kami yang tidak pulang belakangan ini. Aku menggigit bibirku, pantas saja Kak Sarah hari ini terlihat ketakutan itu karena Ayah kembali ke rumah.

Ayah masuk ke dalam rumah. Pria itu duduk di sofa dan mulai meminum minuman kerasnya.

"Mana istri saya?!" Teriak Ayah.

"Ayah darimana? Kenapa tidak pulang dari kemarin?" Tanya Kak Sarah menghiraukan teriakan Ayah.

"Ck. Mana istri saya?! Kalian sudah bunuh dia, ya?! Dasar anak pembunuh! Tidak tahu diuntung kalian!"

Aku membekap mulutku kala melihat Ayah tiba-tiba menampar pipi Kak Sarah dengan keras. Mataku berkaca-kaca melihat respon Kak Sarah yang hanya diam.

"Saya menyesal membesarkan kalian. Kalian membunuh istri saya. Saya benci kalian!"

Kak Sarah didorong Ayah hingga terjatuh ke lantai dengan kasar. Ayah bahkan tak segan-segan memukul kepala Kak Sarah dengan bekas botol minuman kerasnya membuat kepala Kak Sarah mengeluarkan darah.

Aku tak bisa, aku tak bisa membiarkan Kak Sarah disakiti lagi oleh Ayah. Luka ditubuh kami sudah banyak tercipta bahkan dihati kami, tapi Ayah tidak pernah sadar bahwa dia telah menyakiti anak-anak kandungnya sendiri.

Ibu meninggal karena kecelakaan. Dia ditabrak oleh manusia tak punya hati saat mau membelikan kami hadiah karena telah mendapatkan peringkat terbaik di Sekolah. Pelaku bukannya menolong justru melarikan diri saat tubuh Ibu sudah berdarah. Ini bukan kesalahan kami. Tapi Ayah malah menyalahkan kami bahwa Ibu meninggal karena kami.

"Dimana Sherina?!" Aku terkejut kala namaku disebut. "Dimana dia Sarah?! Anak satu itu menghilang, ibunya mati tapi dia justru memilih pergi. Kalian memang tidak punya rasa bersalah. Kalian penjahat!"

Aku semakin menangis di dalam persembunyianku ketika melihat Kak Sarah menjadi samsak kefrustasian Ayah. Di sana, Kak Sarah di injak-injak oleh Ayah dengan kasar. Tubuh Kak Sarah memiliki banyak luka lebam. Tapi perempuan itu hanya bisa pasrah dan menerima segala kekerasan yang dilakukan Ayah.

Oh Tuhan, apa yang harus ku lakukan?

"Sherina, dimana kamu?!" Ayah berteriak mencariku. "Sherina keluar kamu! Dasar biadab!"

Aku menutup mulutku berusaha tak mengeluarkan suara apapun. Di saat Ayah sibuk mencari keberadaanku, Kak sarah dengan tubuh lemahnya beranjak bangkit. Dia masuk ke arah dapur dan mengambil sesuatu.

Ayah mulai merusak barang-barang yang ada di dalam rumah. Pria itu menjadi marah karena tak kunjung menemukanku. Kepalaku menggeleng ketika melihat Kak Sarah mendekati Ayah.

Jangan Kak, jangan! Kamu akan dipukuli lagi jika mendekati Ayah saat dia emosi.

"Kamu masih tanya di mana Sherina, disaat KAMU YANG SUDAH BUNUH DIA BRENGSEK!"

Kak Sarah langsung menikam Ayah dengan pisau yang diambilnya dari dapur. Aku terkejut refleks menutup mulut melihat tubuh Ayah melemas hingga jatuh ke lantai. Tanpa belas kasihan Kak Sarah terus menghujani tubuh Ayah dengan pisau. Darah berceceran kemana-mana namun itu tidak membuat Kak Sarah berhenti melukai Ayah sampai pria itu tak bernyawa lagi.

Kak Sarah kemudian berjalan dengan baju penuh cipratan darah dan membuka kulkas. Dia tersenyum sambil meneteskan air mata. "Kamu tetap aman, kan? Hari ini kamu kepanasan, ya? Maaf Kakak sengaja mematikan kulkas."

A-apa ini?

Aku seketika terisak menyadari apa yang telah terjadi. Pantas saja cuaca dirumah selalu terasa dingin, tubuhku selalu terlihat pucat, Kak Sarah selalu membuka kulkas setiap pagi dan tersenyum, dan aku yang hanya bisa diam bersembunyi saat melihat Kak Sarah disakiti Ayah.

Nyatanya selama ini aku telah mati.

"Maaf ya Kakak selalu menyuruhmu bersembunyi disini. Kakak takut kamu diapa-apakan lagi oleh Ayah. Tapi sekarang Ayah telah mati. Dan kita akan hidup berdua dengan aman disini, Sherina."

Kak Sarah mengelus tubuh kaku tak bernyawaku yang tersimpan di dalam kulkas.

Bodoh, aku tidak menyadari bahwa aku telah mati dibunuh Ayah. Kak Sarah sengaja menaruh tubuhku ke dalam kulkas agar tetap awet, sehingga Kak Sarah tidak pernah merasa kesepian tinggal di rumah ini. Kak Sarah, maafkan aku.

About U And Me [Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang