7. Hanya Mimpi

283 10 0
                                    

Jingga Arshita adalah seorang gadis yang nakal. Di Sekolah menengah atas tempatnya menimba ilmu, dia adalah pelanggan tetap dari Guru BK. Setiap hari namanya selalu disebutkan didepan sekolah dan terkenal dimana-mana sebagai si tukang onar.

Merokok dibelakang sekolah, tidur selama jam pelajaran, bolos, tidak ikut upacara, tidak pernah mengerjakan PR, tidak melaksanakan piket membersihkan kelas. Semuanya dilakukan oleh Jingga. Orang tuanya sampai pusing karena berulang kali menerima surat panggilan dari sekolah akibat dari tingkah nakalnya. Meskipun sudah di nasehati dan diberi hukuman, Jingga tetap mengulangi hal yang sama. Bukannya merenungi atas kelakuan buruknya selama ini, Jingga malah balik marah dan tingkahnya semakin menjadi-jadi. Sahabat dan pacarnya, Rika dan Biru bahkan sampai turun tangan membuatnya sadar, namun Jingga tetap tidak mempedulikannya.

Hingga pada suatu hari orang tuanya dipanggil kembali oleh pihak sekolah. Kali ini kasusnya mengenai Jingga yang memukul teman sekelasnya. Entah karena sudah lelah atau sudah tidak peduli lagi, hari ini Jingga tidak mendapat siraman rohani dari kedua orang tuanya. Biasanya Mamanya akan mengomelinya dan Papanya akan memberi nasehat-nasehat yang baik. Namun kali ini terasa berbeda, suasana rumah menjadi sepi ketika mereka baru pulang dari sekolah. Mamanya langsung pergi ke dapur untuk memasak makan siang.

"Mama tidak marah pada Jingga seperti biasanya?" Tanya Jingga sambil berdiri disamping Mamanya yang sedang menggoreng daging ayam.

"Tidak. Mama sudah lelah marah kamu terus. Setiap di marah kamu tetap tidak mau berubah bahkan malah semakin menjadi nakal. Jadi untuk kali ini Mama tidak mau mengomeli kamu." Jawab wanita paruh baya itu dengan santai.

Jingga tertawa kecil lantas merebut ayam goreng yang sudah matang di piring. "Bagus Mama sudah sadar. Jingga memang tidak perlu di marah karena Jingga tetap tidak akan pernah mau berubah."

Mamanya hanya tersenyum tipis dan melanjutkan kegiatan memasaknya. Melihat itu Jingga memundurkan langkahnya menjauh. Ia kembali diam memperhatikan punggung Mamanya yang bergerak lincah dalan memasak.

Ini membingungkan. Jingga bukan rindu atau sangat ingin di marahi, namun rasanya ada yang tak beres jika ia tidak dimarahi seperti biasanya.

Tak mau ambil pusing lagi, Jingga akhirnya beranjak darisana menuju kamarnya. Namun sebelum sampai ditempat ternyamannya itu, ia melihat Papanya yang sedang duduk santai sambil berbicara melalui telepon genggam.

"Di hotel yang kemarin? Oh iya itu tempat ya bagus. Saya juga suka tempat itu karena bikin nyaman." Kata Papanya melalui telepon, tak menyadari kehadiran Jingga.

Mendengar obrolan itu seketika Jingga memasang wajah tak suka melihatnya. Papanya sama saja dengan Mamanya yang hari ini tidak mempedulikannya. Biasanya Pria paruh baya itu akan memberinya nasehat yang banyak ketika melakukan kenakalan disekolah.

"Ngomong-ngomong uangnya saya sudah transfer kemarin, apa sudah masuk?"

Lantas Jingga langsung masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu dengan rapat lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Orang tuanya hari ini memang sangat aneh. Tidak seperti biasanya Jingga di angguri ketika melakukan kelakuan buruk lagi. Mamanya sangat santai tak mengomelinya. Bahkan Papanya tidak berniat menasehatinya baik-baik seperti yang sudah-sudah.

"Mama sama papa kenapa ya? Apa sedang sariawan?" Monolognya bertanya sendiri. "Tapi sudahlah aku malah jadi pusing sendiri memikirkan mereka." Jingga akhirnya memilih memejamkan mata, nafasnya terdengar mulai teratur pertanda sudah terlelap dalam tidurnya.

About U And Me [Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang