Love in kitchen

364 17 2
                                    

Chelsi Kasandria X Marvel Javien Gintaro

Sekolah SD Cahaya Jaya kala itu sedang mengadakan perlombaan masak untuk kelas 6. Lapangan sekolah saat itu benar-benar ramai dipenuhi oleh anak-anak yang ikut lomba dan para orang tuanya.

"Heh, kamu!" Marvel tiba-tiba berteriak galak ke arahnya diikuti kedua temannya.

"Ke-kenapa?" Chelsi menatapnya takut ketika bocah seumurannya itu sudah berdiri di depannya bersama kedua temannya.

Tampang bocah-bocah itu terlihat galak. Tubuh mereka terlihat lebih besar meskipun mereka seumuran.

Chelsi meremas baju kokinya. Tubuhnya mulai bergetar merasa terintimidasi.

Suasana di belakang sekolah saat itu terlihat sepi, tidak ada orang sama sekali. Hanya ada dirinya dan juga ketiga bocah itu. Dan itu semakin membuat Chelsi ketakutan.

Chelsi jadi menyesal memilih menunggu Bundanya yang pergi ke kamar mandi sebentar. Seharusnya tadi Chelsi ikut saja kemana Bundanya pergi.

"Dengar ya, kamu harus kalah dalam lomba ini! Kamu gak boleh menang! Hanya aku yang bisa menang!" Ancam Marvel.

"Ke-kenapa? Aku kan kepengen menang juga." balas Chelsi berani menatap Marvel. Ia lalu menunduk saat bocah itu melotot tajam padanya.

"Pokoknya nggak boleh. Hanya aku yang boleh menang. Kamu nggak boleh!"

"Nggak bisa!" Chelsi kali ini mencoba berani. "Kenapa aku nggak boleh menang? Aku kan jago masak!"

"Di bilangin nggak boleh, ya nggak boleh. Dasar jelek!" Bocah itu malah menarik kuciran rambutnya dengan kasar hingga karet rambutnya putus. Chelsi menggigit bibirnya menahan rasa sakit.

"Awas aja kalo kamu menang!" Ketiga bocah itu lantas berlari meninggalkannya yang mulai mengeluarkan air mata.

*****

Air mata Chelsi kembali meleleh melihat bukan dirinya yang menjadi pemenang dalam lomba masak, melainkan bocah yang mengancamnya di belakang gedung sekolah tadi. Marvel.

Marvel tersenyum bangga berdiri di depan sana sambil memegang piala.

Semua orang bersorak dan bertepuk tangan memuji kehebatan Marvel. Padahalkan sebenarnya Chelsilah yang paling hebat.

"Bun, Chelsi mau menang kayak dia, bun." Chelsi mulai merengek sambil memeluk bundanya dengan erat.

Cintia tersenyum tipis, ia mengelus lembut surai rambut anaknya.

"Udalah gak papa. Chelsi gak perlu menang, Chelsi udah jago kok menurut bunda."

Chelsi menghentak-hentakkan kakinya di atas tanah, "Tapi Chelsi pengen dapet piala. Piala yang bagus kayak gitu."

Ini semua gara-gara Marvel yang nakal itu!

Kalau bukan karena dia yang mengancamnya tentu Chelsi tidak akan kepikiran terus hingga membuat kemampuan memasaknya menurun. Sudah pasti Chelsi lah yang menjadi pemenangnya.

"Bunda, huwaaa!"

"Hei, anak bunda nggak boleh nangis kayak gini. Anak bunda adalah pemenang. Ingat, cukup membuat orang tersenyum karena melihat kehebatan kamu. Itu berarti kamu udah lebih dari pemenang."

"Maafin Chelsi Bun, Chelsi gak bisa dapet pialanya. Padahalkan Chelsi udah janji mau buat Bunda dan Ayah senang. Tapi Chelsi malah kalah. Maaf."

Cintia kembali tersenyum lembut. "It's okey. Chelsi ngikutin lomba ini Bunda sama Ayah udah seneng banget kok."

About U And Me [Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang