Diska Windira x Luan Gevano Bintara
Gadis itu diam membisu menikmati suasana yang begitu ramai diluaran sana. Ditemani secangkir coklat panas, gadis itu betah duduk sendirian sampai sore menjelang di dalam cafe yang terdapat banyak orang datang berkunjung.
Diskawindara Angkasa namanya. Biasanya dipanggil Diska. Wanita cantik dan mandiri berumur 23 tahun yang sudah berani memegang perusahaan yang dibangun oleh ayahnya sendiri.
Diska sangat cerdas. Ia adalah lulusan terbaik di Australia. Sosoknya yang bak seperti model, memenuhi kriteria putri Universe membuatnya pernah diutus menjadi putri Indonesia, namun karena sudah berjanji ingin mengurus perusahaan ayahnya, akhirnya Diska menolak dengan mentah-mentah tawaran tersebut.
Namun penolakannya itu tak pernah disesali oleh Diska, nyatanya Diska sudah berpuas diri karena sudah menjadi CEO perempuan termuda di Indonesia. Perusahaan yang dipegangnya berkembang dengan pesat, bahkan sudah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan terkenal di negara lain.
Beruntung cafe yang didatanginya ini memiliki dinding kaca yang transparan, membuatnya bisa memandangi aktivitas orang-orang diluar jalanan sana.
Memasuki bulan desember, suasana natal terasa kental sekali disini. Meskipun bukan benua eropa yang jatuh salju ketika bulan desember, disini orang-orang punya cara tersendiri untuk meramaikan.
Langit semakin menggelap. Jalan-jalanan yang dihias lampu-lampu warna-warni semakin indah menarik banyak pasang mata. Pohon-pohon natal banyak yang dipasang di depan rumah. Semakin menambah kesan natalnya. Apalagi dengan dinyalakan musik natal. Sama halnya dengan Diska sekarang, cafe yang ditempatinya ini memutar lagu-lagu natal. Seperti o holy nigth, jingle bell, dan masih banyak lagi.
Sehabis Diska menyesap satu kali pada cangkir coklat panasnya, ponsel yang dibiarkan tergeletak di meja tiba-tiba bergetar panjang menandakan sebuah telepon masuk dari sekretarisnya. Sera.
Dengan cepat Diska menaruh cangkirnya diatas meja, salah satu tangannya meraih ponselnya dan segera menjawab telepon tersebut.
"Hallo?" sapa Diska.
"Ha-Hallo bu." suara takut-takut Sera terdengar, membuat Diska mengerutkan kening merasa terjadi sesuatu yang aneh.
"Iya, kenapa Ra?"
"Gini Bu, tadi siang ada orang yang ngantar undangan. Saya mau sampein ke Ibu, tapi saya takut nanti Ibu marah."
"Langsung to the point aja Ra, nggak usah bertele-tele. Kamu udah gangguin waktu saya, tau nggak?!" tanpa sadar Diska membentak.
Diska ini memang sedikit galak orangnya, baginya orang yang menguhubunginya tanpa ada penjelasan yang jelas berarti orang itu mengganggu. Tidak punya kerja!
"Ma-maaf bu. Sebenarnya tadi siang, sekretarisnya pak Bintara ke kantor. Ngantar undangan buat peresmian hotel yang baru mereka bangun. Karena Ibu ada pergi, jadi undangannya di titipin ke saya."
Wajah Diska langsung datar. Tak ada ekspresi sama sekali.
"Kirim pesan aja, bilang saya nggak bisa datang. Lagi sibuk."
"Tapi bu, sekretarisnya bilang kalau Ibu nggak datang, Pak Bintara yang jemput langsung di rumah Ibu."
Diska berdecak kesal.
"Pokoknya saya nggak mau tau, Sera kamu harus ngelakuin sesuatu supaya dia nggak datang ke tempat saya!" secepatnya Diska mematikan teleponnya.
Gadis itu menggeram. Dengan kasar ia menarik tas dan membawanya pergi, setelah sebelumnya ia menaruh selembar uang berwarna merah di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
About U And Me [Cerpen]
Short StoryIni adalah kisah cinta kami. Cerita kami bersama. *Sesuai judul, ini hanyalah cerpen dan setiap bab beda-beda ceritanya