two

70 10 2
                                    

Fiia berjalan gontai menuju ke kamar nya rasanya seluruh tulang dan persendiannya remuk seketika setelah latihan lari sepulang sekolah. Dia menghempaskan tubuhnya di kasur dan terpejam sesaat.
Dia memikirkan bagaimana waktu dia wawancara nanti apa yang akan dia lakukan di depan para senior dan pembina Journalist Club.

Kepalanya terasa pening dan berat sekali dan akhirnya ia pun tertidur dengan mengenakan seragam dan sepatu larinya.

-

"Dava, Adek kamu kemana sih?" Tanya Bu sarah "Yaelah ibuk,si Pia kacang ijo lagi ngorok di kamarnya" Jawab Dava yang sedang membantu Ibunya mengemasi baju pelanggan ke kantong plastik,karena Ibu Fiia punya Laundry-an.

"Tumben langsung tidur?" Tanya Bu sarah "Capek mungkin buk,hari ini kan jadwalnya Pia kacang ijo latihan lari" jawab Dava "Dava kalo manggil nama adeknya itu yang bener dong" Ujar Bu Sarah sambil menggelengkan kepalanya "Iya deh,iya maaf deh lagipula si Fiia ngga denger tuh" Jawab Dava sekenanya "Yaudah sekarang bangunin Fiia,suruh dia buat mandi abis itu suruh dia kesini" Ucap Bu Sarah, Dava pun kaget karena membangunkan Fiia itu merupakan hal yang sangat dibencinya karena Fiia sangat sulit sekali dibangunkan apalagi kalau sedang capek"nya "Kok Aku sih buk?" Ujar Dava protes "Hla terus mau siapa lagi? Ayo cepetan berangkat sana" UJar Bu Sarah sembari tetap melanjutkan mengemasi pakaian-pakaian pelanggan.

Dava berjalan menuju ke dapur untuk mengambil segelas air putih jangan tanya lagi untuk apa yang pastinya ini adalah senjata Dava untuk membangunkan Fiia.

Setelah dari dapur ia pun menuju ke kamar Fiia, Dava geleng" kepala melihat adiknya yang tidur dengan masih mengenakan seragam sekolah "Ini orang gimana sih,tidur masih pake seragam sekolah lagi sepatu juga belum dilepas emang capek banget ya?" Ucap Dava sambil melepaskan sepatu Fiia.

"Oe Fii,bangun di panggil sama ibuk tuh" Ujar Dava sambil menggoyangkan badan Fiia,akan tetapi Fiia tidak menunjukkan reaksi apa-apa.
"Sumpah ni anak tidur apa hibernasi sih susah amat banguninnya" keluh Dava. "Gue siram aja nih pake air biar mampus bodoamat lah kasurnya basah yang penting dia bangun" Dava pun akhirnya menyiramkan air tepat di depan muka Fiia. SRRATT!!! Fiia mengerjap-ngerjapkan matanya "Huwaa,apa-apaan iniiii" Praktis fiia langsung bangun dari tidurnya "Rasain noh mampus ga lu" Ujar Dava "Ihhhh,Abang kalo bangunin biasa aja kali!" Ulah Dava memicu emosi Fiia meningkat "Tadi udah dibangunin pake cara biasa ga bangun sih yaudah terpaksa pake cara kaya gini,udah deh cepetan sono mandi abis itu bantuin Ibuk" Jawab Dava lalu meninggalkan Fiia yang masih duduk diatas tempat tidurnya.
"Gara-gara si abang nih kasur gua jadi basah menyebalkan" Gerutu Fiia sembari berjalan menuju Kamar mandi.

Setelah mandi Fiia pun menuju ke tempat Ibunya mengemasi pakaian-pakaian pelanggan.

"Tadi kamu susah dibangunin yaaa?" Tanya Bu Sarah setengah meledek anak perempuannya "Ih ibuk kenapa jadi ikut"an abang sih,ya wajar dong susah dibangunin aku kan capek" Bela Fiia tak terima diledek oleh Ibunya "Udah ah yuk sekarang bantuin Ibuk masih banyak bajunya yang belum dikemas" Ucap Bu Sarah mengakhiri perdebatan kecil mereka.

"Bang Dava kemana buk?" Tanya Fiia "Dia lagi ada di kamarnya ngerjain tugas kuliahnya katanya" jawab Bu Sarah "Bang Dava libur tetep di kasih tugas aduh jahat banget sih dosennya" Balas Fiia "Belum tentu loh fii dosennya jahat bisa jadi emang abang mu aja yang mager ngerjain tugas jadinya dikerjain pas waktu libur begini jangan nethink dulu dong" Ujar Bu Sarah "Eh iya juga sih buk, si abang mah sukanya males-malesan" Jawab Fiia setengah meledek abangnya.

Pekerjaan mengemasi pakaian pun telah selesai Fiia kembali menuju ke kamarnya.

Drrt drrrt

Fiia pun langsung mengambil ponselnya yang ada di meja belajar, ada 2 pesan masuk dari Gaby dan 3 pesan masuk dari nomor tidak dikenal.

Fiia membuka pesan dari Gaby terlebih dahulu ternyata Gaby hanya menanyakan tentang tugas Matematika dan Fiia berganti membuka pesan dari nomor tak dikenal tersebut disana tertulis :

"Kepada Naia Safiia kami dari Journalist Club memberitahu bahwa wawancara anda dimajukan besok 12 Desember jam 10 siang waktu istirahat pertama mohon maaf atas ketidaknyamanan anda dan terimakasih atas partisipasinya."

"Mampus lah lu Fiiaa" gumam Fiia dalam Hati, Ini sebuah keanehan karena kemarin Fiia saja baru mengumpulkan formulir dan Fiia merupakan pengumpul pertama lalu besok sudah wawancara pikiran itu berkecamuk di otak Fiia "Apa mungkin aku malah menjadi pengumpul terakhir ya? Soalnya aku ngga update info tentang journalist club,coba deh besok gue tanya ke Gaby mungkin dia paham." Batin Fiia.

Mulai malam ini Fiia akan mempersiapkan wawancaranya entah kenapa dia menjadi sangat gugup dan dia merasakan ada sesuatu di perutnya.

Dan dia baru sadar kalau dia tadi sore belum makan Fiia pun akhirnya bergegas menuju ke Dapur.

Hai readers😍😍😘😘 semoga kalian suka sama chapt ini yahh,ini lebih panjang daripada chapter sebelumnya hehe,seperti biasa mohon maaf jika ada kesalahan di penulisan chapter kali ini dan jangan lupa vote dan tinggalkan kesan berupa kritik dan saran untuk chapter ini.🤗🤗😇

Luv❤❤

From Ordinary Become ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang