Eleven - Yoon Jisung (윤지성)

323 58 24
                                    

"Hyung .."

"Hyung .. Bangun .."

Dalam pertama kali dalam hidupku, aku sangat merasa berterimakasih kepada Minhyun yang hari ini membangunku dari mimpi buruk ini. Aku segera duduk dan memijit kepalaku perlahan begitu Minhyun keluar dari kamarku.

Mungkin Minhyun tak sadar bahwa dengan pagi sedingin ini aku bangun dengan penuh peluh dan juga rasa resah yang kubawa dari alam tidur. Aku resah akan diriku.

Kau pasti sudah tahu, jika ditanya siapa member yang paling sering berpikir belebihan pasti jawabannya aku. Dan semakin hari aku semakin sering melakukannya bahkan ketika aku mengatakan pada diriku sendiri untuk menghentikan melakukan hal itu. 

Terhitung pagi ini, 11 hari lagi aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku harus berpisah dengan para penghabis keberuntunganku ini. Ya, kau tahu bahwa aku adalah member yang paling sering terkena sial. Bahkan burung sangat selektif saat menentukan kepalaku yang dijadikan sasaran ia buang kotoran. Menyebalkan.

Kau pasti tahu juga mengapa aku menyebut para member sebagai para penghabis keberuntungan bukan?

Bertahun-tahun aku mengatakan bahwa aku orang yang sangat sial, aku orang yang sering terkena sial dan semua hal yang bersifat sial akan dengan mudah datang kepadaku. Ternyata bertahun-tahun itu juga aku sedang mengumpulkan keberuntunganku. Dan.. Iya, aku menggunakan keberuntungan itu untuk menghabiskan 1,5 tahun yang begitu singkat dengan 10 member lainnya.

Tentu saja tidak masalah. Aku tidak pernah mempermasalahkan keberuntunganku yang habis begitu saja hanya karena kugunakan untuk bersama dengan mereka. Bahkan jika aku diberi keberuntungan yang sama besar, aku ingin menghabiskannya untuk bersama mereka juga. Bersama orang-orang yang sama.

Rumah begitu sepi ketika masing-masing member mulai memiliki jadwal nya masing-masing dan kembali siang hari nanti. Aku tahu, mereka harus mempersiapkan banyak hal untuk kehidupan selanjutnya setelah disbandment nanti. Aku tahu dan sangat memahaminya.

Tanganku meremas perlahan ujung surat panggilan Wajib Militerku. Benar, mau bagaimana lagi. Aku harus melakukannya di ujung usia 20an ku ini. Ini hal yang tak bisa dihindari dan tentu saja aku tidak berniat menghindarinya.

Kau tahu kenapa mereka semua meninggalkanku dirumah sendirian? Karena aku tak punya apapun yang harus kuurus setelah akhir kontrak kami nanti. Semua sudah diurus dan direncanakan dengan baik. Yang harus aku lakukan adalah menyiapkan diriku.

Menyiapkan hatiku.

Ada sedikit. Sedikit sekali rasa menyesal dalam diriku saat aku debut bersama mereka. Mengapa aku harus debut jika akhirnya dipisahkan dengan cara seperti ini. Mungkin bagi banyak orang semua ini akan terlihat normal. Seperti perpisahan pada umumnya.

Tapi kau harus ingat bahwa tak ada perpisahan yang tak menyisahkan luka.

Tak ada kata lain selain berpisah yang mampu mencabik perasaanmu.

Aku mulai memikirkan hal yang tak jelas lagi.

Setelah semua ini berakhir, aku akan pergi Wajib Militer. Tentu saja. Aku akan pergi dan kembali dengan sehat juga menjadi orang yang lebih baik lagi. Kau tahu, aku bukan seorang leader yang baik bagi mereka semua, tapi aku bersyukur bahwa aku mampu mendengarkan dan memahami kerasahan hati masing-masing dari para member.

"Hyung, aku akan mengantarmu pergi wajib militer", kata-kata Jaehwan terngiang dikepalaku.

"Tidak perlu, aku akan pergi sendiri. Seulgi akan mengantarku", kataku penuh cemas. Cemas akan menyita waktunya.

"Hyung, ayo kita pergi minum sebelum kau berangkat wajib militer. Aku akan melepasmu disana", semalam Seongwoo juga mengatakan hal yang senada dengan Jaehwan dan aku kembali menolaknya dengan alasan yang sama. Ia pasti sedang disibukkan dengan rencana debut solonya nanti.

Countdown - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang