Five - Park Jihoon (박지훈)

141 37 5
                                    

Seoul yang dingin menjadi alasan yang tepat untukku bermalas-malasan dirumah dan tidak mandi. Haha. Aku bercanda. Tentu saja aku mandi. Jika Jisung Hyung sudah teriak-teriak tidak jelas, aku pasti akan mendi.

Hari ini aku bermalas-malasan -seperti biasanya- diatas kasur atau bermain bersama Max. Rencananya hari ini aku akan bermain game bersama Woojin di kamar, seharian. Namun, sejak pagi tadi aku bangun, aku tak menemukan Woojin di kamar. Jisung Hyung bilang ia pergi bersama Daehwi ke kantor BNM untuk menyelesaikan urusan.

Sambil membaca artikel di internet, tangan kananku mencoba membuka bungkusan makanan ringan milik Max. Sepertinya dia sedang lapar. Atau mungkin dia lapar dari tadi, tapi aku baru sadar. Maafkan aku Park Max.

Dan dengan bodohnya aku menumpahkan snack dengan tekstur creamy itu ke bajuku. Dengan heboh Max berjingkrak-jingkrak ingin menjilati snack yang berlumuran di dadaku. Anjing ini tidak bisa diam. Benar-benar.

Dari dalam kamar aku menguping pembicaraan Jaehwan Hyung yang sedang ngobrol bersama Jisung Hyung perihal rencana wajib militernya. Diam-diam aku merasa sedih karena Jisung Hyung akan sulit dihubungi selama kurang lebih 2 tahun kedepan. Jaehwan Hyung masih terdengar merengek saat ia berkata bahwa ia ingin mengantar Jisung Hyung berangkat wajib militer nanti. Ah. Aku juga! Aku mau ikut!

Tanpa sadar aku memakai baju tanpa lengan milik Woojin. Woojin-ah. Maafkan aku. Aku sengaja karena baju milikku masih dijemur diluar. Maafkan aku sekali lagi.

Aku mengecek handphone ku kembali dan teringat bahwa aku diminta untuk mengecek beberapa file terkait kegiatan soloku nanti setelah kontrak bersama Wanna one selesai. Benar, aku rencananya akan debut solo sebagai seorang penyanyi dan aktor. Mungkin model juga. Tapi aku belum terlalu memikirkan untuk masuk ke dunia modelling. Aku hanya ingin fokus ke dunia perfilm an dan musik. Bagaimanapun aku seorang penyanyi dan bagaimanapun aku debut pertama kali sebagai seorang aktor. Yang lucu.

Sekarang aku tidak lucu. Sekarang aku tampan dan gagah.

Tidak. Jangan memintaku untuk "Jeojang".

Aku terus membaca file pdf yang manajer Hyung berikan beberapa hari lalu. Ia memintaku untuk membacanya dengan teliti dan perlahan-lahan. Aku tak diminta untuk mengambil keputusan buru-buru melainkan untuk memikirkan semuanya.

Bukannya memikirkan rencana solo ku nanti dengan matang, aku memikirkan 1,5 tahun yang lalu. Saat aku debut sebagai bagaian dari Wanna one. Ah, apakah akan sama rasanya? Ini seperti debut untuk yang kedua kalinya, namun sendirian. Kenapa jadi sedih begini?

Nyatanya debut bersama para Hyung sangat menyenangkan. Dan aku bersyukur dengan semua yang aku dapatkan selama 1,5 tahun belakangan ini.

Banyak orang yang berkata padaku, bahkan ketika aku akan solo nanti aku pasti sangat sukses dan terkenal karena aku menduduki peringkat kedua. Namun, selama aku bersama member aku tak pernah berpikir sedikitpun bahwa aku adalah peringkat kedua Wanna one. Tidak perduli, sungguh, saat bersama Wanna one tidak ada peringkat apapun kecuali beberapa member adalah Hyung ku dan yang lainnya adalah Dongsaengku. Sudah. Itu saja.

Aku melirik jam di dinding. Woojin belum juga pulang. Padahal ia berjanji untuk bermain bersamaku nanti. Sepertinya aku memang harus mengirim pesan padanya.

"Woojin-ah. Kapan kau kembali?"

Tanpa menunggu lama, aku mendapat balasan.

"Tidak tahu. Kenapa?"

Aku mengernyitkan dahi, bagaimana bisa dia bertanya kenapa?

"Kenapa katamu? Wah. Tak bisa dipercaya. Apakah kau lupa akan janjimu padaku?"

Countdown - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang