#5 Kejutan Pedih

142 52 6
                                    

Kejutan pedih, 22 November 1996

Julang beberapa pohon di belakang rumah sakit ini, sebenarnya terlalu kecokelatan daunnya.

Dan terkadang, jatuh agar selalu berserakan.

Jalan seluas dua bahu manusia, terbuat dari luasnya hamparan tanah alam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalan seluas dua bahu manusia, terbuat dari luasnya hamparan tanah alam.

Daun yang gugur lagi, selalu disundul angin agar jatuh dimana saja. Agar penyapu halaman tak lagi malas-malasan untuk berkelana.

Taman yang luas, kini mendung menyatu dengan teduh seakan meremehkan keindahan langit.

Hery yang telah diamputasi kakinya itu duduk di atas kursi kayu yang panjang. Dia membaca buku dan sesekali menoleh ke hadapannya. Dimana ada Sarah dan Nadia, yang telah bergegas pamit.

Hery tersenyum ramah sambil mengangguk.

Setelah ataupun sebelum peristiwa itu terjadi, Hery tak mengoyakkan hatinya. Dia seakan lupa bahwa kejadian itu pernah teralami dalam hidupnya.

Hery belajar dari ketegaran tokoh pria, yang ada dalam novel 'Falltrees Road dan Ayunan Paman Apel' yang sedang dia baca. Saat tokoh pria dalam novel itu dimusuhi oleh seluruh penduduk kota, namun dia tetap berada pada kokoh hidupnya.

Sarah dan Nadia sudah semakin jauh.

Di sebelah kanan, mereka melewati seorang gadis kecil periang yang sedang bermain dengan kucing hitam kecil. Kucing itu sangat lincah saat gadis itu menaburkan tumpukan daun kering ke arahnya.

Sarah tersenyum, "Jadi inget, Hery kan suka kucing."

Nadia yang berada di sebelah kirinya, tersenyum seperti terpaksa. "Rah, kita nanti duduk dulu di kursi di sebelah sana ya!?"

Sarah memandangnya, sambil terus berjalan berdampingan.

Muncul tebakan dalam benaknya, tentang apa yang akan disampaikan Nadia nanti. Sama seperti kesekiankalinya.

Angin riuh pelan, itulah udara yang terus bergerak.

Bergerak mencari ekornya.

***

🎵Melly Goeslaw - Tiga Cinta

Sarah dan Nadia belum berkata sejak duduk saling menyamping.

Lelah untuk memulai topik yang dulu lagi.

Sejak lama, Nadia menatap kosong ke depan.

Punggung Sarah juga tersandar, terkadang dia melirik ke arah Nadia.

Sarah menunggu Nadia yang memulai, seperti biasanya. Namun, ini sudah terlalu lama.

Kini, Sarah memberanikan diri untuk membuka percakapan. "Tumben mampir ke Rumah Sakit Nad? Gimana kabar Fano?" tanya Sarah. Pertanyaan yang tidak lain hanya untuk membuka obrolan. Menurut Sarah, topik itu yang Nadia inginkan.

Kincir Putih Romansa Usang | Dear Sarah (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang