Chapter 7

2 3 1
                                    

"Ayah?sedang apa dia di sini?bersama seorang wanita?siapa dia?ah mungkin rekan kerja. Tapiii...wohoo tidak semudah itu ferguso" seolah menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri, senyuman licik tercetak jelas di bibir Angel. Saat ini Angel sedang menikmati kesendirian,mencoba mencari ketenangan di sebuah Club Malam terkenal di daerah sini.Perpaduan antara gaya Klasik-Eropa dengan gemerlap lampu kecil yang amat remang mampu menarik jiwa-jiwa nakal untuk mencari candu di tempat ini. Dentuman musik yang memekakkan telinga tak mengusik konsentrasi Angel untuk menyimak pembicaraan sang ayah.Ya,mana mungkin ada bisnis perkantoran yang mengadakan meeting di Club malam?dengan pakaian yang bisa dibilang cukup santai?tanpa ada rekan kerja yang lain?oh, ini adalah kegiatan yang sangat asik menurut Angel. Ada sisi ketegangan yang memacu adrenalin.

"Bagaimana bisa Friska?bukankah aku sudah menyuruhmu meminumnya?" ayah Angel berteriak marah sambil menatap benda di atas meja,testpack.

"Maaf mas, saat itu aku benar-benar lupa. Sekali lagi aku minta maaf," eh, bahkan perempuan ini terlihat begitu takut menghadapi ayahnya Angel. Namun, di seberang sana Angel tengah menikmati red wine sambil menatap licik kedua insan ini.

Entah angin dari mana berhembus,membuat gadis cantik ini menjalankan aksi bodohnya.

"Selamat malam ayah, dan ini siapa?" ucap Angel sambil menatap ramah pada Friska.

"A..A..Angel? Ngapain kamu ada di sini?" jelas saja sang ayah begitu terkejut, bagaimana anaknya bisa ada di sini? Namun, wajar jika Angel bermain ke sini sebab ia termasuk anak yang liar.

Dengan sangat tenang Angel duduk di antara mereka "bahkan kalimatmu tak bisa menjawab rasa curigaku," . Angel mengambil white wine milik ayahnya, meneguknya dengan tenang seolah menikmati suasana ketegangan yang ada di sana.

"Apa yang kamu lakukan?!" teriak ayahnya marah. Mana ada seorang ayah yang tidak kecewa melihat anaknya belingsatan seperti tingkah Angel tadi.

"Aku tahu, saat ini semestinya kau menjadi ibu tiriku. Aku akan sangat senang menerima kehadiranmu di rumahku,". Gadis itu tersenyum hangat pada Friska, memandang seolah Friska adalah malaikat dari surga.

"Kau cantik sekali,perkenalkan aku Angelina. Kau bisa memanggilku Lina" senyum Angel tak luntur, perkenalan berlangsung cukup canggung. Tetap saja seramah apapun Angel, ayahnya tetap takut membayangkan apa yang terjadi selanjutnya.

"Hanya saja, rasa welcomeku padamu hilang saat menyadari testpack ini. Aku adalah wanita pertama yang akan membencimu sejak perkenalan pertama kita. Entah ayahku dapat darimana, yang jelas kau adalah manusia yang paling rendah diantara wanita murahan. Perlu kujelaskan, bahwa jalang sejati tak akan menuntut pertanggungjawaban ketika ia hamil" Friska berdiri hendak menampar Angel tak terima atas hinaannya, namun dengan tenang Angel menangkisnya dan ikut berdiri sambil mencengkeram dagu Friska. Senyuman itu berubah menjadi senyuman misterius yang tersungging di bibir Angel, matanya menatap nyalang tepat pada bola mata milik Friska. Angel mengambil 1 gelas white wine yang tersisa dan menyiramkannya tepat di atas kepala Friska.

"Mengingat tindakanmu sudah diluar batasan wajar, terpaksa aku harus menjadi diriku yang sesungguhnya. Aku bisa saja mematahkan tulangmu di sini cantik, jadi jangan macam-macam dengan gadis sepertiku. Memang aku lebih muda darimu nyonya, tapi sayangnya cara berfikirku lebih dewasa darimu. Dan kau ayahku tercinta, tetap di sini atau pulang ke rumah? aku permisi" Angel melepaskan cengkeramannya dengan keras hingga Friska terpelanting dan mengerang kesakitan.

"Kau!! gugur kan anak itu malam ini juga!" kalimat perintah sang ayah menjadi penutup dari pertemuan mereka malam ini.

"Sial, aku gagal lagi kali ini!! Anak itu benar-benar liar" pekik Friska dalam hati.

Angelina Pov

"Kau bertingkah terlalu berlebihan sebagai seorang anak" oke, aku berfikir ini adalah tanda pengibaran bendera perang.

"Anda pun berlebihan sebagai kepala rumah tangga, berhenti dan aku akan turun di sini" kataku. Namun prediksiku salah,ayah justru tetap mengendarai mobil ini dengan tenang.

"Aku berfikir bahwa telinga anda masih berfungsi" aku mulai memaksanya. Ku lihat rahangnya mengeras saat aku mengutarakan kalimat yang memang kurang sopan. Tapi ia tetap tak mendengarkanku hingga aku berfikir ini saatnya harus nekat.

"Bangsat!!! Berhenti atau aku loncat sekarang?!!" aku melepas sabuk pengaman ku. Dan mulai membuka pintu.

"Diam!! Dasar anak pelacur!!" entah kenapa ada sesak di dadaku mendengar kata-kata itu. Benar bahwa ucapannya menusuk tepat di ulu hatiku. Dengan pikiran penuh amarah aku membuka pintu mobil dan nekat meloncat. Sakit memang merasakan hantaman batu yang keras, namun tak sebanding dengan suasana hatiku. Ucapannya terlalu berlebihan hingga menyayat dan kembali membuka luka yang selama ini ku simpan di sudut ruang paling gelap dalam kehidupanku.

"Aww" ringisku merasakan sakit di beberapa bagian tubuhku.

"Mbak tidak apa-apa? Mari saya bantu untuk membersihkan lukanya,". Sebuah tangan terulur di depanku, dengan sedikit ragu aku menyambutnya dan berdiri. Saat aku membersihkan pakaianku, dia masih tetap berdiri di depanku. Tapi aku berfikir bahwa suara itu sangat familiar bagiku dan aku merasa sangat tenang mendengar suara itu. Siapa dia? Dan kuputuskan untuk memandang wajahnya.

"Lo!!!" oke fiks aku tercengang untuk saat ini. Bagaimana tidak? Dia adalah Kak Tiar!! OMG hello plis deh, dari luasnya dunia ini kenapa harus dia yang bantuin aku? gak ngena banget sih suasananya.

"Eh ikan tongkol,santai dong ga perlu teriak gue juga bisa denger kalee" Ganteng sih, tapi kalo ngomong suka nyolot.

"Tuh mulut ngomongnya halus dikit bisa gak sih, jadi pengen nyantet kan!!" sumpah lukaku jadi mati rasa gara-gara dia. Eh tiba-tiba dia narik tanganku.

"Santai elah, sakit bang. Kalem dikit napa sih sama cecan" sebel juga kalo diginiin. Ya, meski gak kasar sih kalo narik.

"Udah, ayo! Nurut aja. Pegangan biar gak jatuh, gue bakalan ngebut" saat ini aku ada di motornya gaes. Gak ngerti kenapa aku bisa luluh gini, saat dia megang tanganku berasa kayak tersengat listrik gitu. Aroma tubuhnya berhasil buat aku nyaman berada di dekatnya. Saat aku menikmati semilir angin malam tiba-tiba ada suara misterius 'Dug,dug,dug' .

"Kak?lo denger sesuatu gak?" tanyaku pelan-pelan takut mengganggu konsentrasinya.

"Gak". Singkat padat dan jelas bro. Sakit juga rasanya dicuekin.

"Eh buset,dingin bat sih jadi orang. Sumpah lo gak denger apapun? Soalnya ini gue denger bunyi 'dug dug dug' gitu. Mana keras banget lagi suaranya" tuh kan aku jadi ngomel kalo ketakutan. Eh eh, dia berhenti ke tepi jalan. Waduh kenapa pikiranku jadi negatif ya?

"Itu suara detak jantung kamu Chika, percaya sama aku semua akan baik-baik saja. Dan akan kupastikan jantungmu yang berdetak cepat itu hanya terjadi ketika kamu berada di sampingku. Karena aku percaya aku adalah bagian jiwamu" ucapnya tulus. Sumpah suaranya halus banget,mana sambil genggam tangan aku lagi. Entah karena jantungan atau ketakutan? tiba-tiba aja detakan yang awalnya cepat, sekarang jadi makin cepat. Kenapa harus terjebak di situasi seperti ini?

"Aku minta maaf untuk kemarin, saat ini, dan nanti. Karena aku..." ucapannya menggantung banget sih, kan jadi deg-degan.

Bagian JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang