Chapter 13

1 0 0
                                    

"Bodoh, gue cuma minta lo buat jaga dia. Tapi, kenapa lo malah buat dia jatuh cinta?!! Berengsek!!" teriakan itu terdengar amat keras, seolah menggema hingga merasuk jiwa. Suara itu, suara yang aku rindu. Suara yang pernah menjadi candu, apa rindu membuatnya kembali nyata?

"Lo boleh benci gue, satu hal yang harus lo tahu. Kita adalah orang yang sama-sama mempunyai luka, dan ini salah lo karena udah ninggalin dia!!" sahut seseorang di sana.

Aku berjalan semakin mendekat, mencoba melihat apa yang terjadi, saat semakin dekat aku mulai menajamkan pendengaran.

"Aku tahu kamu ada di sana, aku tahu kamu rindu dan tetap menantiku. Tapi itu dulu, sebelum dia yang mengisi relung hatimu." tubuhku membeku, suara itu. Senyuman itu, sejak kapan dia berada di sini? Tanpa kusadari, jantungku tak lagi menemukan irama. Tubuhku bergetar hebat saat menatap manik matanya. Apa yang sebenarnya aku rasakan? Apa aku merindukannya?

"Kak Johnson, kamu pulang?" lidahku kelu saat mengucap namanya, setetes air mata turun dari mataku.

Saat aku hendak mendekat, tubuhku terasa kaku. Napasku tercekat, dan pandanganku mengabur, kepalaku sakit seperti ditempa ribuan baja. Apa? Kenapa? Apa yang terjadi?

Hatiku terus meneriakkan namanya, tapi dia tetap diam. Entah tuli atau aku yang mendadak bisu, yang jelas tak sanggup rasanya merengkuh tubuh tegap yang selalu kurindukan. Senyuman itu, aku merindukannya. Kurasakan darah mulai mengalir, mengucur deras dari hidungku. Rangkaku seperti remuk, hancur dan lenyap. Tak kuasa aku menahan sakit ini, tubuhku seakan tak lagi bernyawa dan semuanya perlahan tampak gelap.

______________

"Sorry, gue gegabah. Harusnya gue gak pukul lo membabi buta seperti tadi." ucap Tiar menyesali perbuatannya.

"Santai, gue tahu siapa lo. Lo serius sama cewek itu? Gue lihat lo gak pernah setakut ini kehilangan cewek. Jujur aja, dia cewek pertama yang menyadarkan gue bahwa Syifa bukan satu-satunya wanita yang ada." jawaban Fanto mampu menggetarkan perasaan Tiar. Bagaimana mungkin mereka dipertemukan kembali dengan keadaan yang sama? Ya, mencintai orang yang sama pada satu waktu.

"Permisi, ada keluarga pasien?" seorang lelaki paruh baya menghentikan percakapan mereka.

"Kami kakaknya." jawab Fanto dan mulai mengikuti langkah lelaki itu menuju suatu ruangan.

"Maaf, ada yang ingin saya sampaikan mengenai kondisi pasien. Dia telah terdiagnosa mengidap peradangan selaput otak. Hal ini akan berdampak buruk pada otaknya, dan perlahan akan mengikis organ lainnya. Saya harap, jangan bebani pasien dengan pikiran yang berat. Sementara ini biarkan ia mengistirahatkan pikiran sejenak, setelah itu saya harap pasien menjalani pengobatan dengan rutin. Saya yakin, keadaan psikologis yang baik akan menguatkan sel-sel leukosit untuk ber regenerasi untuk melawan penyakitnya, " ucap dokter itu.

"Baik, kami permisi."

Setelah keluar dari ruangan, mereka terdiam di bangku tunggu. Tidak ada raut kecewa atau bahkan kesedihan.

"Fanto, lo harus kuat kalo kita kehilangan Chika. Gak ada harapan, peradangan selaput otak bukan penyakit ringan. Lo inget Syifa? Ini juga terjadi sama dia kan? Gue gak mau kehilangan Chika dengan seribu penyesalan yang sama seperti saat kita kehilangan Syifa." ucapan Tiar memecah keheningan yang ada.

Perlahan Fanto menoleh, mencari kejujuran yang tersirat dari Tiar. Tiar benar, dia harus mulai menerima jika suatu saat Angelina gak ada. Bukan hal yang mustahil untuk kehilangannya, dan dia tidak mau egois akan hal ini.

"Gue sayang sama Chika, tapi gue tahu dia lebih butuh lo. Gue titip Chika sama lo, dia sayang sama lo. Jangan lo sakiti perasaan dia, jangan anggap Chika adalah pengganti Syifa. Gue gak mau egois, gue pergi dulu." pamit Fanto sambil menepuk bahu Tiar.

Tanpa disadari, ada yang mendengar pembicaraan mereka diam-diam. Ada yang terluka menahan rasa, ada yang teriris meratapi nasib. Perlahan isakan demi isakan lolos dari bibir Angelina, ia tak kuasa menahan beban semua ini. Hingga Tiar menyadari keberadaannya.

"Chika?!" keterkejutan tak bisa ia sembunyikan, apa lagi yang akan terjadi? Semua mendadak kacau saat ini, pikiran mereka melayang ke mana-mana. Namun, satu hal terkunci dalam hati masing-masing.

"Aku merindukanmu," gumaman itu mampu meruntuhkan langit dan bumi, mengguncang seluruh penjuru dunia.

"Kamu pasti bisa, kamu harus sembuh. Kita gak boleh nyerah sampai di sini, aku percaya kamu gadis yang kuat. Ini bukan akhir dari segalanya, aku masih mencintaimu dan aku akan ada di sini bersamamu" bisikan Tiar merasuk ke dalam sukmanya. Angelina tak tahu harus bagaimana, yang bisa ia lakukan hanya menggigit bibir kuat-kuat berharap sesak di dadanya berhasil menguap. Pelukan Tiar semakin erat, seolah tak ingin melepaskan Angelina barang sedetikpun.

"Kak, ajari aku bahagia tanpa meminta. Aku ingin berubah, sebelum usiaku berakhir." Angel kehilangan arah, ada banyak pikiran yang merayapinya. Ini bukan hal yang mudah, ia harus memulai segalanya dari awal. Cukup Fanto dan Tiar yang tahu tentangnya, jangan sampai orangtuanya menyadari itu semua.

"Takkan ada yang berakhir, semua akan bergerak layaknya roda tiada henti. Aku akan mengajarimu, tetaplah tersenyum pada dunia. Mereka tak perlu mengasihanimu, karena kau wanitaku. Satu-satunya perempuan terkuat setelah ibuku," jawab Tiar sambil menggenggam erat tangannya.

Tak terasa langit semakin lembut menatapnya, dalam hati Tiar begitu gamang dengan apa yang ia ucapkan. Jika suatu saat kehilangan itu datang, dia benar-benar akan mempersiapkan segalanya. Ketakutan itu ada, dan pastinya semua karena ia telah benar-benar jatuh pada cinta.

Bagian JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang