04

463 35 1
                                    

Sesaat setelah Nara berjalan akhirnya dia sampai di minimarket
Ia membeli beberapa camilan dan langsung pulang

Diperjalanann pulang dia melihat sosok cowok ganteng nan gagah itu masuk rumah kakek Achmad

Nara melihatnya sambil bicara dalam hati "ohh, mungkin dia temannya mas farid"

Nara berjalan lemas karena sudah malas untuk memikirkan sesuatu.
Setelah berjalan sampai di depan rumah kakek Achmad,  Farid memanggil Nara yang ingin memberikan sesuatu kepada Nara

"Ra,  Ara sini.  Kamu habis dari mana?"

Kalimat itu membuat semangat Nara tumbuh lagi karena diperhatikan oleh pujaannya Farid

"ohh ini loh mas, Nara habis beli camilan. Soalnya dirumah gak ada camilan bunda sama ayah juga gak ada dirumah" Jawab Nara dengan nada seperti anak kecil yang ingin mengadu pada kakaknya

"sendirian dong,  oh ya ini aku titip ini ke bunda kamu ya,  kamu juga jangan lupa datang"  Benda itu bagaikan petir disiang bolong bagi Nara
Bahwasanya benda itu adalah undangan pernikahan Farid dengan pacarnya yang selama ini katanya kaya raya.

Nara nyaris menjatuhkan air matanya,  tetapi ia dapat menahannya karena takut Farid akan mengetahui kesedihannya.

"Oke mas,  Nara pulang dulu ya nanti Nara akan sampaikan ke bunda "
Ucap nara dengan pelan dan tak bisa menahan kesedihannya

"Iya ra, hati - hati ya dijalan jangan bengong mulu loh"

Nara tak menggubris perkataan Farid, ia sedang berkalut dalam kesedihannya yang moodnya semakin hancur.

Dirumah Nara menangis sejadi jadinya. Panutan dan Orang yang dia cintai sekarang akan menjadi milik orang lain,  dan dia tidak memiliki kesempatan untuk mendekatinya lagi.
Setelah lama menangis,  Nara tanpa sadar tertidur dengan mata sebam.

Bunda ayah dan adiknya sudah pulang dari rumah.
Bunda Nara melihat sebuah undangan dimeja, ia melihat dan membacanya. 
Setelah mengetahui bahwa itu undangan pernikahan Farid,  bunda Nara menuju ke kamar Nara dan mengetuk pintu Nara

"Ara anak bunda, ara gpp kan sayang?  Bunda udah tau,  yang kuat ya nak"
Sambil mengetuk pintu Nara yang tidak kunjung dibuka sang pemilik kamar.

Setelah sekian lama mengetuk pintu akhirnya Nara membuka pintunya dan menangis dipelukan bundanya

Bunda Nara hanya memberi nasihat bahwa memang Farid bukanlah jodoh Nara dan Nara harus tegar dalam menghadapinya.

Dengan nasihat dari bundanya, nara menjadi lebih sedikit membaik.

.

.

.

.

.

•Aku gak yakin sih ini dibaca gak sama pembaca.  Menurutku ini jelek banget kata katanya
Maaf yaa

My Bea CukaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang