♥11 - Rahasia

3.5K 364 61
                                    

❝Menghadapi kenyataan selalu berujung dengan kepahitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghadapi kenyataan selalu berujung dengan kepahitan.

-Deano Hultara

♥♥♥

Gara-gara Mbak Gojek itu, Deano jadi terlambat pulang. Padahal dia sedang kepepet sekali. Tadi ketika selesai bermain basket, ayahnya menelepon dan memintanya untuk segera pulang. Jadilah Deano tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah tanpa sempat mengucap salam.

Masuk ke dalam ruangan, Deano mendapati ayah dan ibunya sedang berkumpul. Langsung saja Deano berlari dan memeluk ibunya cukup erat.

"Ibuuu! Ibu nggak papa, kan?" tanyanya dengan nada khawatir yang kentara.

"Ibu udah mendingan kok," jawab Daria, sang ibu disertai dengan senyuman tipis.

"Mau Deano temenin ke dokter?"

"Ndak usah, Sayang. Ibu baik-baik aja."

"Syukurlah. Deano khawatir banget pas denger ayah nelpon."

Lagi-lagi Daria hanya merespon dengan senyuman tipis. Deano melihat ada yang aneh dengan orang tuanya. Tingkah mereka begitu kaku, tidak seperti biasanya.

"Ini pada kenapa sih? Kok tegang?" Deano menatap ayah dan ibunya bergantian. "Butuh pelumas nih ya," kelakarnya lalu tertawa sendirian.

Melihat wajah datar kedua orang tuanya, Deano menghentikan tawanya pelan-pelan.

"Ada apa sih Bu, Yah? Jangan bikin Deano merinding dong," ujarnya semakin lama semakin pelan.

Daria menepuk ruang kosong di sebelahnya. "Sini duduk di sebelah Ibu, Sayang."

Tanpa perasaan ragu, Deano merapat duduk dekat ibunya. Lengan ibunya langsung dipeluknya erat.

"Sudah saatnya memberi tahu rahasia yang selama ini dipendam." Kali ini Devan, sang ayah yang berbicara.

Melihat wajah serius ayahnya, Deano melonggarkan pelukannya. "Rahasia apa?" tanyanya sambil menatap sang ayah serius.

Tak biasanya keluarga mereka doyan guyonan. Tidak pernah ada adegan-adegan serius seperti ini. Jadi hati Deano pun mendadak tidak enak. Pastilah ini hal yang benar-benar serius.

Lama keheningan berpendar. Deano dengan sabar menunggu orang tuanya untuk lanjut berbicara.

"Kamu bukan anak kami," ucap Devan dalam satu tarikan napas disertai pejaman mata.

Bagai petir di siang bolong, Deano sungguh kaget mendengar perkataan itu meluncur dari mulut orang yang sudah disebut ayah selama belasan tahun. Sosok pemimpin yang selalu menjadi panutannya selama ini.

"Ayah lagi bercanda, kan?" tanya Deano panik. Kemudian dia menatap sang Ibu yang sudah berlinangan air mata. "Bu, Ayah lagi akting, kan?"

"Itu benar, Nak," jawab sang Ibu meyakinkan.

JEALOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang