Dan akhir nya Bong Cun sadar.
Dengan cepat Bong Cun mengambil dua langkah besar maju kedepan Jimin yang masih tertawa. Jimin yang sadar akan kehadiran gadis tersebut didepannya mulai memberhentikan tawanya kemudian menatap Bong Cun yang sudah berdiri didepanmya sambil mengepalkan kedua tangannya.
" kau kenap-"
Bugh..
Tak sempat melanjutkan kalimatnya, Jimin terlihat kesakitan karna Bong Cun baru saja memukul bagian perut Jimin lumayan keras.
" kau fikir kau siapa hah?!, apa kau tau yang kau lakukan barusan?!" Bong Cun membentak Jimin.
" ais sakit " gerutu Jimin sambil memegangi perutnya yang baru saja terkena pukulan dari Bong Cun
Jujur ini terasa sangat sakit. Bagaimana bisa gadis sekecil ini dapat memberikan pukulan yang kuat? Apa yang sebenarnya dimakan gadis ini?" kau, kenapa tidak minta maaf hah?!" Bong Cun mulai membentak lagi.
Sementara pemuda yang sedang ditanya ini sedang meringis kesakitan.
" dasar mesum! , jangan pernah mengganggu gadis lainnya seperti tadi atau kau akan berurusan denganku! " bentak Bong Cun sambil menepuk-nepukan tangan yang dikepal ke dadanya.
" hei, maafkan aku, tadi aku sangat harus melakukannya " jelas Jimin yang mulai bisa berhenti meringis.
" harus? ,tindakanmu tadi sangat tidak wajar bodoh! " Bentak Bong Cun lagi. Dia sudah mulai kehabisan kesabarannya.
" maafkan aku ya, tadi itu sangat diperlukan , kau lihat gadis yang tadi mengejar dan meneriakiku?" tanya Jimin mencoba menjelaskan keadaan.
" iya aku lihat, memang ada apa? " Bong Cun bertanya. Sepertinya dia mulai tertarik dengan cerita pemuda didepannya ini.
" dia itu salah satu fansku, dan dia sangat terobsesi denganku. Aku tidak suka" jelas Jimin sambil memajukan bibirnya. Lucu.
" cih, membual, aku akan melaporkanmu ke kantor polisi, aku berharap tidak ada lagi yang menjadi korbanmu" Bong Cun kembali tidak tertarik dengan penjelasan Jimin dan mulai melangkah menjauhi Jimi. Terus terang dia benar-benar ingin ke kantor polisi.
Penjelasan Jimin lebih terdengar seperti sebuah bualan ditelinga Bong Cun.
Jimin sadar bahwa Bong Cun sepertinya benar-benar melangkahkan kakinya ke kantor polisi. Boleh diketahui bahwa kantor polisi didekat mereka hanya berjarak 200 meter.
Dengan gerakan cepat Jimin meraih tangan kiri Bong Cun dan membuat tubuh Bong Cun bertubrukan dengan badan Jimin.
Bong Cun terkejut dan langsung mendongakkan kepalanya sehingga ia dapat melihat Jimin.
" yaa!, apa yang kau lakukan Jimin! " pekik Bong Cun.
" wah, kau bahkan sudah tau namaku, apakah kau sebegitu tertarik nya padaku hm? " tanya Jimin, lebih terlihat menggoda gadis yang kini berada didepannya.
Jimin melangkah maju lebih mendekatkan dirinya pada Bong Cun. Bong Cun otomatis melangkah mundur hingga sekarang dia terpojok di dinding halte sementara Jimin menaruh tangan kanan nya di dinding membuat Bong Cun membulatkan matanya.
" a-apa yang ka-kau lakukan Jimin?" Bong Cun terbata-bata. Dia tidak ingat kapan terakhir kali dia merasa takut. Tapi rasa takut ini berbeda. Membuat jantung Bong Cun berdebar. Debaran ini begitu terdengar oleh telinga Bong Cun.
" wah kau bahkan menyebut namaku lagi? " Jimin mengatakan ini sambil menatap Bong Cun.
Bong Cun sangat takut sekarang. Bukan hanya takut, dia risih dengan jantung nya yang terus berdetak lebih cepat dari biasanya. Sekarang pandangan Bong Cun terkunci pada mata Jimin.
" haha kau sangat lucu " Jimin mecolek hidung kecil Bong Cun kemudian sedikit memundurkan badannya.
Semburat merah muncul di pipi Bong Cun. Dia tidak pernah merasa seperti ini. Sentuhan yang diberikan Jimin membuat Bong Cun kehilangan kesadarannya sebentar.
" yaaa, disini terasa sangat panas" batin Bong Cun yang mulai meracau kemana-mana.
Jimin melihat pipi gadis didepannya ini merona. Ia melihatnya. Tentu saja dia lihat. Bong Cun tidak bisa menyembunyikannya.
" kenapa kau begitu lucu " tanya Jimin sambil tersenyum. Dan tidak sadar tangan Jimin kini tengah mengusap pelan rambut Bong Cun.
Bong Cun yang tadi diam saja sekarang telah sadar apa yang dilakukan oleh pemuda yang tadi memojokkannya reflek sedikit mengambil langkah kecil untuk menjauh dari Jimin.
" mau apa kau hah?" tanya Bong Cun sedikit bergetar. Dia memegang payung nya sambil mengarahkan ujung payung nya pada Jimin.
" apa yang dia lakukan? Lucu sekali dia. Tadi pipi meronanya sekarang tingkahnya? " batin Jimin.
Tanpa sadar Jimin tersenyum. Mungkin seseorang yang melihatnya akan sangat ingin mencubit pipi berisi Jimin.
Bong Cun yang melihat senyum Jimin hanya menatap bingung Jimin yang hanya tersenyum dan tentu saja Bong Cun masih mengarahkan payung nya ke arah Jimin.
Jimin akhirnya melangkahkan kakinya mendekati Bong Cun. Memegang payung Bong Cun dan mendorongnya perlahan kebawah kemudian menyerahkan tangannya. Bong Cun tengah bingung sekarang. Blank.
" mari kita mulai dari awal " jelas Jimin.
Bong Cun masih diam.
" seperti yang sudah kau ketahui namaku Jimin, Park Jimin. Salam kenal" Jimin memperkenalkan dirinya pada Bong Cun sambil memamerkan senyumnya lagi.
Telah sadar bahwa ini adalah sesi perkenalan, akhir Bong Cun membalas uluran tangan Jimin kemudian tersenyum.
" namaku Bong Cun. Lee Bong Cun. Namaku baguskan?" tanya Bong Cun sambil tersenyum-senyum.
Sungguh, senyum Bong Cun tak kalah manis dari senyum Jimin. Pemuda yang tengah bersalaman dengan Bong Cun pun sadar bahwa gadis yang diajak berkenalan ini memiliki senyum yang manis dan indah.
Jimin sedikit terlena dengan senyum gadis tersebut yang dengan akhirnya terhenti karna ada suara decitan rem yang dihasilkan oleh bis yang kini sudah berhenti di samping mereka berdua.
" ah, Bis ku sudah datang, ku harap kau tidak memeluk orang sembarangan seperti tadi. Dah" ujar Bong Cun sambil sedikit berlari meninggalkan Jimin dan segera memasukki Bis yang akan kembali berjalan.
Bong Cun mengambil tempat duduk paling belakang tepat disebelah jendela. Terlihat dari halte bahwa Jimin tengah terdiam sambil menatap Bong Cun yang tengah sibuk membereskan payungnya dibalik jendela bis.
" kuharap kita dapat berjumpa lagi. Lee Bong Cun. ah, aku bahkan belum menjawab pertanyaanmu".
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fanfictionserendipity : " sebuah kebetulan yang indah dan menyenangkan " #237 on baku