"Because the dawn in darkest before the sunrise"
-21.12-Bong Cun dan Jihoon sudah duduk di dalam ruangan. Bong Cun masih diam sedangkan Jihoon sudah menatap tajam Bong Cun, menunggu jawaban dari gadis yang duduk disampingnya sekarang.
"Kau berhutang sesuatu padaku" jihoon membuka percakapan.
Bong Cun akhirnya mengarahkan wajahnya ke Jihoon, menatap mata Jihoon sebentar kemudian kembali menundukan kepalanya.
"Aku bingung cerita dari mana" kata Bong Cun, lebih seperti berbisik.
"Oke, kau hanya harus jawab pertanyaanku"
Jihoon menghela napas panjang dan Bong Cun hanya menganggukkan kepalanya.
"Siapa orang yang tadi mengejarmu?"
"Namanya Jimin"
"Aku sudah tau itu" jihoon menghela napas nya dengan berat.
"Kau bertanya kan" jawab Bong Cun, polos.
"Maksudku, dia itu siapa? Dia kenalanmu?" tanya Jihoon lagi sambil mengangkat wajah Bong Cun agar gadis itu tidak terus menundukkan kepalanya.
"Itu..."
"Apa? Ceritakan saja" jawab Jihoon lagi
"Aku baru mau cerita kau memotongku terus" gerutu Bong Cun.
"Hehe baiklah, lanjutkan" Jihoon tertawa kecil.
Bong Cun menceritakan semuanya, berawal dari pertemuannya yang pertama dengan Jimin sampai kejadian saat dia sedang kerja paruh waktu di cafe tempatnya dengan Tae Hee bekerja.
Jihoon hanya mangut-mangut. Bong Cun melihat Jihoon hanya menunjukan ekpresi seperti itu bingung.
"Kau tidak merasa aneh?" tanya Bong Cun.
"Buat apa?" tanya Jihoon lagi
"Kenapa kau malah balik bertanya" dan Jihoon tertawa lagi.
"Hahaha, ternyata Bong Cun sudah besar, sudah ada cowok lain yang peluk-peluk selain aku" kata Jihoon sambil mengelus-ngelus rambut Bong Cun.
"Ish apaan sih, berantakan lagi kan" omel Bong Cun sambil merapikan rambutnya yang tadi sedikit berantakan akibat ulah Jihoon.
Jihoon dan Bong Cun itu bersahabat. sejak mereka masih berumur 3 tahun mereka sudah sering bermain bersama. Orang tua mereka berdua berteman baik sejak dulu. Tak heran mereka dekat bahkan sampai sekarang.
"Terus, kamu menyukainya?"
"Eih pertanyaan apa ini"
"Aku bertanya Cun-ah, kenapa kamu selalu balik bertanya"
"Gak tau ah"
"Ya marah nih" Jihoon mengusak-ngusak kembali rambut Bong Cun, kini lebih keras. Alhasil berantakan lah rambut Bong Cun.
Dengan terpaksa Bong Cun membuka ikatan rambutnya kemudian menyisir-nyisir rambut dengan tangannya. Jihoon melihat pergerakan Bong Cun langsung ikut membantu menyampirkan rambut-rambut halus Bong Cun kebelakang telinganya.
Pemandangan dari Bong Cun dan Jihoon ini sudah biasa dilihat orang lain, tapi lain halnya dengan seseorang yang dari tadi menatap mereka dari luar ruangan.
Siapa lagi kalo bukan Jimin, si penguntit dadakan.
Mengapa dada Bong Cun merasa tidak enak, apa yang salah? Bahkan dia tidak sedang melakukan sebuah kesalahan. Dia bahkan merasa bahwa dirinya sedang tertangkap basah oleh laki- laki yang sedang berdiri didepan pintu tersebut. Tentu itu Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fanfictionserendipity : " sebuah kebetulan yang indah dan menyenangkan " #237 on baku