"kau akan sadar ia berharga saat kau kehilangannya"
-01.28-Bukan ini rencananya!
Bong Cun masih kaget dengan apa yang terjadi dengannya, Jimin memeluknya begitu erat sampai-sampai Bong Cun mulai kesulitan untuk bernafas
"ji-jimin.." lirih Bong Cun. Bukan main, pelukkan Jimin terlalu menyesakkan, tidak ada kelembutan sama sekali didalam pelukan ini
Jimin sendiri masih kacau dengan perasaan yang tiba-tiba menyerang nya. Membuat hampir seluruh sel otaknya ikut terbawa kembali ke memori yang telah lalu. Mengingat kan nya kembali dengan sosok gadis yang tinggi nya hampir sama dengan gadia yang tengah ia peluk sekarang
Untung nya sisa sel otak jimin yang tidak ikut terseret kenangan masih dapat merasakan pukulan lemah dipunggungnya.
Sedikit terkejut, jimin langsung melepas dekapannya dan melihat gadis yang habis ia peluk sedang meraup udara dengan rakus. Wajahnya memerah, matanya sedikit berair"cun-ah. Kau.. Oke?" tanya jimin, memastikan keadaan bong cun. Seberapa tidak sadarnya jimin tadi sampai membuat wajah putih bersih bong cun menjadi merah padam seperti itu?
"kau ini kenapa sih park jimin?" tanya bong cun sengit. gadis itu masih belum mengertu dengan perasan yang ia rasakan sekarang.
Marah? tentu saja
Berdebar? apalagi ini!
tapi kenapa debaran ini terasa begitu menyenangkan? bong cun tidak mengerti. Yang ada, gadis dengan sneakers putih ini sedang takut dengan rasa yang menggeletik jantungnya, mengaduk isi perutnya dan sebagainya
"aku tidak jadi makan, aku lupa kalau aku punya janji dengan tae hee" ucap bong cun tiba-tiba dan jimin hanya diam sambil menatap dalam bong cun. Tatapan nya terlihat menyedihkan tapi bong cun tidak peduli, ia harus menyelamatkan jantung nya terlebih dahulu
"aku pergi" lanjut bong cun kemudian berjalan melewati jimin yang masih diam, tidak mengatakan sepatah kata pun. Sekedar bilang 'iya' atau 'hati-hati' pun tidak ada
Dan bong cun merasa kecewa dengan jimin yang menyikapi kepergiannya.
----------------------
jam sudah menunjukan pukul 3 siang dan bong cun masih saja belum beranjak dari kasur nya. Ia masih sibuk bergelung-gelung dengan selimut yang membungkus tubuh kecilnya.
Pikirannya kacau, apalagi hati nya. Ia tidak pernah merasa segelisah ini. Terakhir ia merasa seperti ini ketika ia akan meninggalkan orang tua nya di ilsan. takut bagaimana nanti ia rindu dengan kedua orang tuanya, bagaimn jika hanya dengan bertukar kabar dengan menelpon dan saling mengirim pesan tidak mempan dalam mengobati rindunya.
Dan sekarang, jelas-jelas saja dia tidak sedang merindukan jimin. Bong cun sudah tau penyebab ia uring-uringan seperti sekarang itu pasti karena pria bermarga park itu.
Asik dengam aktivitas uring-uringannya, gadis itu tidak sadar kalau ponsel yang ada diatas nakas sudah berdering berkali-kali sampe akhirnya ponsel nya jatuh karena kaki gadis itu menedang nakas, spontan bong cun mengambil ponselnya yang sudah tergeletak di lantai
"astaga.. aku harus bekerja!"
Dan akhirnya selesai sudah aktivitas tak berguna bong cun, gadis itu memulai aktivitas selanjutnya, yaitu kerja paruh waktu
-------------------
Bong cun hanya terlambat satu menit
Catat!
Itu hanya satu menit, tapi sepertinya gadis yang berada didepan bong cun ini dari tadi tidak berhenti mengomeli gadis berkulit putih pucat ini
"kau itu dari mana? cafe kita ramai sekali. Dan kau tidak ada disini untuk membantu" cerca tae hee sengit sambil menatap garang bong cun yang hanya menundukan kepalanya dari tadi.
"liat. cafe hari ini sangat ramai pelanggan, kau tau betapa kesulitannya aku" lanjut tae hee
"maafkan aku, tadi ada sedikit masalah" jawab bong cun dan tae hee hanya menatap bong cun sangar.
gadis yang bernama tae hee ini sadar, karena ia sedang dalam periode, membuat emosi nya jadi tidak bisa terkontrol dan akhir nya terlampiaskan ke temannya yang polos ini. Ah.. Tae hee merasa bersalah
"cun-ah, maafkan aku ya. Aku sedang tidak dalam kondisi emosi yang bagus" ujar tae hee setelah itu dan bong cun hanya mengangguk-nganggukan kepalanya, membuat poni gadis itu bergerak seiring kemana kepala bergerak
"hee-yah, kenapa rame sekali? ada acara ulang tahun?" tanya bong cun. Sedari tadi, gadis bermarga lee ini begitu penasaran akan cafe tempat dimana ia bekerja menjadi sangar ramai hari ni
"kau tau? sepertinya ada sesuatu di antara kalian berdua" ucap tae hee tanpa melihat ke bong cun. Dan gadis yg di ajak bicara menjadi tambah bingung karena kalimat ambigu yg keluar dari mulut tae hee
"maksudmu?" tanya bong cun. Lagi
"sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk menjadi sesuatu" balas tae hee.
Sungguh bong cun jadi kesal sekarang
"aiss.. berhentilah mengatakam sesuatu yang ambigu hee-yah. Cukup jelaskan ke aku apa yg terjadi disini" cerja bong cun. Ia sudah terlanjur jengkel
"liat siapa yang sedang busking di depan" kata tae hee sambil tersenyum. Lebih dapat kita sebut itu dengan seringai
bong cun sedikit berjinjit untuk mengetahui siapa yang sedang busking di depan sana. Dan ah ternyata
"jimin?"
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fiksi Penggemarserendipity : " sebuah kebetulan yang indah dan menyenangkan " #237 on baku