7. Pertandingan

628 50 11
                                    

Budayakan, vote dan komentar!!!

****

    Hari ini adalah hari pertandingan Iqbaal dan Steffi. Mereka berdua akan berjuang bersama tim membawa nama sekolah.

    Gor tampak ramai oleh para pendukung di berbagai sudut tribun. Pertandingan ini memang pertandingan besar yang diadakan setiap tahunnya.

    Di back stage, Steffi dan anggota cheers nya sedang bersiap-siap. Tim basket Iqbaal pun begitu, melakukan berbagai pemanasan dan menghindari gugup.

    "Menang kalah udah biasa, yang penting kita tampilin yang terbaik, oke?" Ucap Steffi menyemangati, senyumnya mengembang sempurna menatap setiap anggotanya.

    Setelah memanjatkan doa, Steffi hanya duduk dengan wajah gelisah. Pandangannya tertuju pada Iqbaal di sana, dia terlihat sangat serius mengatur strategi bersama coach Pandu dan teman-teman basketnya.

    Tidak sadar, sudut bibirnya terangkat.

    Beberapa saat, pertandingan akan di mulai, Iqbaal tiba-tiba menghampirinya. Lengannya menggenggam erat jemari Steffi, menatap Steffi dengan senyum lembut.

    "Selamat berjuang, jangan lupa doain aku" katanya lembut.

    Steffi mengangguk dengan senyum lembut, "kamu juga, selamat berjuang. Aku percaya kamu bisa"

    Iqbaal mengembuskan napas seraya mengangguk, lengannya melepaskan genggaman Steffi lantas mengusap-usap puncak kepala Steffi.

    "Aku ke sana dulu ya" katanya lantas melenggang pergi.

    Tak sadar, Violin sedari tadi memperhatikan. Lengannya mengepal kuat, matanya menatap tajam ke arah Steffi.

    Beberapa menit menunggu, akhirnya tim cheers sekolah Steffi dipanggil ke tengah lapangan. Seisi Gor riuh oleh tepuk tangan dan pukulan-pukulan snare drum dari tribun barat, supporter dari sekolahnya.

    Lagu mulai diputar, gerakan demi gerakan berhasil di lakukan. Steffi tampak sangat menawan berada di atas Piramida tertinggi, mengangkat kedua bendera kecil dengan senyum merekah sempurna. Dia menjadi pusat perhatian semua orang.

    Iqbaal yang ada di sisi lapangan hanya menyunggingkan senyum. Lengannya bergerak membuka ponsel, mengambil gambar Steffi berulang kali.

    Meski bangga, tetap saja dia merasa tidak suka Steffi berada di Piramida tertinggi. Tidak suka senyum manis dan wajah cantiknya menjadi pusat perhatian orang-orang, rasanya tidak rela.

    Sekitar lima belas menit kemudian, tim cheers Steffi berhasil menyelesaikan gerakannya. Mereka berdiri sejajar saling menggenggam dan membungkuk hormat pada penonton.

    Tepuk tangan ramai, setelah itu mereka berbalik, hendak ke sisi lapangan. Steffi mendekati tim basket Iqbaal.

    "Capek?" Tanya Iqbaal seraya menyodorkan sebotol air mineral yang sudah dibuka tutupnya.

    Steffi mengangguk dengan napas tersengal-sengal.

    "Bentar lagi aku main" kata Iqbaal.

    "Semangat" kata Steffi masih sibuk mengatur deru napasnya yang tidak beraturan.

    Sekitar lima menit kemudian, tim basket Iqbaal main melawan SMA Bina Nusantara. Kini gantian, Steffi yang membidikkan kamera ponselnya ke arah Iqbaal. Sesekali, dia bersorak menyerukan nama Iqbaal.

    Di beberapa menit pertama, tim Iqbaal tertinggal dua poin. Namun setelah itu, gerakan Iqbaal semakin agresif. Tidak membiarkan lawannya menguasai bola sedikit pun.

PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang